Te Amo Rama

By wulanda-

4.3K 1.7K 3.8K

" Lupain Rama! Tinggalin Rama! Jangan ganggu Rama! Ikhlasin Rama buat gue!! Karena yang Rama suka, itu gue. L... More

Prolog
TAR~ 1
TAR~2
TAR~3
TAR~4
TAR~5
TAR~6
TAR~7
TAR~8
TAR~9
TAR~10
CAST
TAR~11
TAR~12
TAR~13
TAR~14
TAR~15
TAR~16
TAR~17
TAR~18
TAR~19
TAR~20
TAR~21
TAR~22
TAR~23
TAR~24
TAR~25
TAR~26
TAR~27
TAR~28
TAR~29
TAR~30
TAR~31
TAR~32
TAR~33
TAR~34
TAR~35
TAR~36
TAR~37
TAR~38
TAR~39
TAR~40
TAR~41
TAR~42
TAR~43
TAR~44
TAR~45
TAR~47
TAR~48
TAR~49

TAR~46

29 11 65
By wulanda-

Jika saja egoisku setelahnya mampu membuat hatimu baik-baik saja. Sudah aku pastikan, bahwa aku akan memprioritaskan setiap egoisku hanya demi bersisih denganmu.
_____________________________________



Bonne Lecture💐😘


Cup!

Deva membulatkan kedua matanya. Ia sangat terkejut akan tindakan yang dilakukan Rama kepadanya.

Namun, disisi lain ia juga merasa lega. Bahwa ternyata Rama tidak melakukan sesuatu hal yang ada dibenaknya.

'Uhh malu banget guee!!'

Pipi Deva bersemu merah. Deva sangat malu sekarang. Ada apa dengan fikirannya ini? Kenapa mendadak kotor seperti ini sih?

'Tenggelamkan Deva tolong!! Hiks..!'

Rama menarik sudut bibirnya ketika melihat gadisnya merasa malu.

Ya, sebenarnya Rama ingin mengecup bibir mungil berwarna pink alami milik Deva itu. Tapi sebelum itu terjadi gadisnya sudah menolaknya terlebih dahulu. Dan ia tidak bisa memaksanya. Akhirnya Rama menahan keinginannya dan lebih memilih mencium dagu kekasih mungilnya itu.

Rama menyeringai, berniat untuk menggoda Deva yang sedari tadi menunduk karena malu.

" Kenapa? Berharap aku cium dibibir ya? " tanya Rama tengil dengan menaik turunkan kedua alis tebalnya.
Deva yang mendengar pertanyaan gila Rama langsung menatap nyalang Rama. Bisa-bisanya Rama ini berkata seperti itu dengan santai dan-

Tengil lagi. Ingin rasanya Deva melakban mulut Rama.

Rama yang mendapat ancaman maut dari sorot mata Deva pun segera mencari cara untuk menjinakkan Deva kembali.

Rama memindahkan posisi Deva untuk bersandar pada pohon yang sebelumnya ia jadikan sandaran.

Kemudian meluruskan kaki Deva. Dan meletakkan kepalanya dipaha Deva. Cowok itu memposisikannya senyaman mungkin.

Lagi-lagi Deva dibuat terkejut oleh sikap Rama. Walaupun hal itu bukan pertama kalinya buat Deva, tapi Deva masih merasa sedikit malu jika dilihat oleh orang-orang yang berlalu lalang.

Rama sering bermanja menidurkan kepalanya dipaha Deva seperti anak kecil kepada ibunya.

Walaupun hal itu sering Rama lakukan, namun masih bisa membuat Deva malu.

Lalu Rama mengambil tangan kanan Deva dan meletakkannya diatas kepalanya. Kemudian menuntun jari-jari mungil Deva untuk menyisir rambutnya. Sesekali ia menuntunnya untuk mengelus dahi hingga bagian kepala belakangnya.

Setelah dirasa Deva bisa melakukannya tanpa harus dituntun olehnya. Rama mengambil tangan Deva yang sebelah kiri untuk kemudian ia genggam.

Rama meletakkan tangan Deva yang berada digenggamannya itu dipipinya.

Deva melihat kebawah menatap Rama yang memejamkan matanya seakan menikmati apa yang telah ia lakukan padanya.

'Manja banget sih kamu kak, tapi aku suka kok hihi' Deva terkikik sendiri melihat betapa manjanya seorang Rama Arizky Agustiar ini.

" Deva " panggil Rama pelan.

" Hmm " Deva menoleh ke bawah menatap Rama tepat dimanik coklat tajamnya.

" Aku sayang kamu "

" Heh?! " Deva menghentikkan aktifitas tangannya.

" Hei kenapa berhenti? Lanjutkan! " titah Rama.

'Iyaiya disini kamu yang menjadi raja kak, hanya dirimu'

" Iya yang mulia raja "

" Dengarin setiap apa yang aku ucapkan! Karena aku nggak akan mengulanginya " ucap Rama mengingatkan.

" Iya tuan yang mulia Rama yang sangat tampan "

Rama terkekeh kemudian menganggukkan kepalanya dan melanjutkan kembali ucapannya.

" Aku sayang kamu " Rama memberi jeda sebelum melanjutkan ucapannya. " Aku sayang kamu melebihi bahagiaku sendiri " lanjutnya.

Sedangkan Deva hanya diam dan terus menunggu ucapan Rama.

Rama menengadahkan kepalanya menatap keatas. Tatapan Deva dan Rama pun kembali bertemu. Ada yang tersirat dalam tatapan mereka masing-masing.

Cukup lama mereka saling menatap. Hingga Rama kembali bersuara.

" Apakah kamu mau memaafkan, jika aku melakukan kesalahan? " tanya Rama  dengan nada sungguh-sungguh.

" Tergantung, kesalahan apa yang kakak perbuat " jawab Deva mantep.

" Hmm "Rama mengangguk.

" Boleh peluk gak? " tanya Rama sambil menatap keatas kearah Deva.

" Bukannya kakak slalu melakukannya tanpa minta izin ya " sindir Deva sambil menyunggingkan senyum.

Mendengar itu, Rama langsung duduk memunggungi Deva.

'Eh apa ini, bukannya tadi dia yang mau meluk gue, masa iya gue harus peluk dia duluan, iih malu'

" Bersihin punggung aku pasti banyak pasirnya " mendengar ucapan Rama,  Deva menggelengkan kepalanya.

Seteleh dibersihkan Rama mengajak Deva untuk berdiri. Deva pun hanya menurut saja. Kemudian Rama menyuruh Deva untuk berdiri diatas batu supaya tinggi badan Deva semampai dengan Rama.

Rama menatap lekat mata Deva. Keduanya sama-sama tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Entahlah apa yang mereka pikirkan saat ini.

Setelah puas menatapi Deva, Rama langsung bergerak mendekat kemudian memeluk pinggang dan punggung Deva dengan erat. Ketika memeluk Deva, Rama sama sekali tidak melontarkan sepatah kata apapun.

Deva terbelalak ketika dadanya bisa merasakan debaran jantung yang sangat kuat dari bagian dada Rama.

'Ternyata cowok bisa sekencang gini juga ya detak jantungnya'

Deva merasakan bahwa Rama semakin mempererat pelukannya. Kedua tangannya pun beralih membelai lembut punggung Rama.

'Kenapa hari ini Kak Rama aneh banget ya?'

Cukup lama Rama mendekap erat tubuh mungil Deva. Setelahnya ia mengajak Deva untuk makan sebelum mengantarkan Deva pulang.

*****

Pukul 19.49

Deva mengambil ponselnya ketika mendengar ada panggilan yang masuk. Dilihatnya ternyata Liyan yang menelfonnya.

Deva pun menggeser tombol berwarna hijau dilayar ponselnya untuk menjawab panggilan dari sahabatnya.

" Halo Li, kenapa telfon gue? " tanya Deva seraya melangkah menuju balkon kamarnya.

" HALLOOOO DEVANDA, GUE KANGEN LO BANGET SUMPAH, LO APA KABAR? " suara diseberang sangat memekikkan telinga Deva.

" Heh bagong lo apa apaan sih teriak-teriak kaya tarzan gitu, telinga gue masih normal. Jadi lo bilang dengan pelan pun gue masih mendengarnya " omel Deva.

Sedangkan yang diseberang hanya cengar cengir ketika mendapat omelan dari Deva.

" Hehe ya sorry, gue kan udah kangen banget sama lo "

" Kalo kangen ya kerumah biar ketemu sama gue ogeb " jawab Deva sarkas.

" Ya masalahnya gue tuh masih berada dikota XX, dan gue baru pulang minggu depan " ucap Liyan dengan nada yang sedikit murung.

" Yaudah ntar kalo udah balik, lo bisa nginep dirumah gue sampe berhari-hari " jujur saja Deva juga sangat merindukan sahabat gesreknya ini.

Mereka berdua pun berbincang hingga larut untuk melepas kerinduan.

Liyan menceritakan bagaimana ia disana, Deva pun sebaliknya menceritakan apa yang telah terjadi saat liburan hingga sikap Rama yang tiba-tiba aneh hari ini.

*****

Matahari mulai menelisik memberikan kehangatan kepada seluruh makhluk hidup yang ada dan hidup dibumi.

Deva yang tengah terlelap mengerjapkan matanya karena merasa terganggu oleh sinar sang mentari yang memaksa masuk melewati jendela kamarnya.

Setelah sadar penuh. Ia memandangi langit-langit kamarnya. Deva kembali mengingat kejadian bersama Rama kemarin.

" Apakah kamu mau memaafkan, jika aku melakukan kesalahan? "

Pertanyaan itu terus terngiang dipikirannya.

'Kok bisa-bisanya sih dia menanyakan hal itu. Apa dia akan ninggalin gue ya? Apa dia akan pergi? Ah entahlah pusing kepala gue jika harus terus berfikir kenapa dia menanyakan pertanyaan aneh tersebut'

Ntahlah. Feeling Deva benar-benar tidak bagus setelah kejadian kemarin.

'Hufft!! Mending gue mandi aja!'

Deva melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah membersihkan tubuhnya selama 40 menit. Deva mengambil baju santainya.

'Ah ntar aja deh makannya, lagian gue ngggak laper'

Deva mengambil salah satu novel yang berada dimeja belajarnya.

Lembaran demi lembaran Deva membaca dengan penuh penghayatan.

Ketika disibukkan dengan novelnya, tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka dari arah luar.

Deva mengalihkan pandangannya kearah pintu yang mulai terbuka. Betapa terkejutnya bahwa yang membuka pintunya adalah Liyan, sahabat yang semalem telah menelfonnya.

" DEVAAA!!! " teriak Liyan ketika melihat Deva.

" Aaaa " Deva berlari kearah Liyan dan mereka berdua pun berpelukan layaknya teletubies.

" Aa gue kangen sama lo " ucap Lia sambil memonyongkan bibirnya hendak untuk mencium pipi Deva. Namun secepat kilat jari-jari mungil Deva menyentil bibir Liyan.

" Awsh " keluh Liyan ketika merasakan sedikit nyeri dibagian bibirnya.

" Berenti cium-cium sembarangan, kalo nggak bibir lo gue buat monyong semeter " ucap Deva sarkas.

Deva menutup pintu kamar dan mengajak Liyan untuk duduk dikasurnya.

" Lo jago juga kalo akting " Deva memicingkan matanya.

" Eh-heh hehe, gue cuma mau kasih kejutan kok " jawab Liyan sambil menggaruk tengkuknya tak gatal.

" Uuh si bambang " Deva melemparkan bantal tepat mengenai wajah Liyan.

" Iihh harusnya kita itu terus berpelukan untuk melepas rindu, elo malah mukulin gue terus dari tadi. KDRT! " omel Liyan.

Deva sangat jengah dengan si drama queen yang menjelma sebagai sahabatnya ini " Sekali udah cukup! "

" Lo sama siapa kesini? " tanya Deva.

" Ojol. Gue ga dikasih bawa motor pergi " adu Liyan sambil memasang wajah cemberut.

" Haha kasian! Lagian bocil mau bawa motor sendiri. Ya gabakal di kasihlah " ledek Deva.

Liyan mendengus mendengar ejekan dari mulut pedas Deva.

" De jalan yuuk " rengek Liyan dengan wajah puppy eyesnya.

" Mager " tolak Deva mentah-mentah.

" Lo mah gak adil De! Tiap diajak Kak Rama jalan gak perna nolak. Giliran gue lo ogah-ogahan " ungkapan Liyan berhasil membuat Deva luluh.

Dengan berat hati Deva meng-iyakan permintaan sahabatnya untuk pergi jalan-jalan.

Padahal kemarin udah pergi jalan dengan Rama. Tapi karena Deva tidak ingin membuat Liyan merasa iri pun langsung menyetujui permintaannya.

Deva mengambil kemeja yang kelonggaran ditubuhnya untuk melapisi kaos tipis yang ia gunakan saat ini. Kemudian memakai celana jeans, dengan beberapa robekan dibagian lututnya, namun masih terlihat sopan. Kemudian ia menguncir asal rambutnya. Tidak lupa Deva membawa topi yang warnanya senada dengan bajunya

Mereka berdua pergi ke salah satu wisata yang sudah menjadi trending dikalangan seusianya. Wisata Air Terjun yang berada didaerahnya ini, kini sedang menjadi wisata yang paling digemari untuk dikunjungi.

Walaupun perjalanannya cukup melelahkan, namun tak memadamkan semangat keduanya untuk terus berjalan naik turun demi mencapai tempat yang mereka tuju.

Peluh keringat membanjiri wajah mereka. Sesekali Liyan mengajak Deva untuk memberi jeda perjalanan mereka karena merasa tidak kuat jika harus terus berjalan.

Setelah 35 menit berjalan kaki. Dua bersahabat itu dibuat terperangah dengan keindahan yang disuguhkan didepan mata kepala mereka.

Rasa lelah yang sebelumnya sangat terasa, kini mulai memudar seiringnya mata mereka menjelajah memandangi Dua air yang jatuh dengan derasnya kebawah.

" Gak nyeselkan lo gue ajak kesini? " tanya Liyan dengan bangga karena tujuan mereka dengan usaha yang susah payah tadi tidak sia-sia.

" Yaya.. Tapi masih indah lagi ketika lo melihat warna birunya laut serta langit yang berpadu menjadi satu dengan matahari yang memberikan salam perpisahan ketika akan tenggelam. " seberapa indahnya pemandangan gunung, bukit, lampu-lampu ketika malam hari, bahkan hingga keindahan alami yang terlihat didepannya sekarang tidak akan mengubah pendapat dari seorang Devanda Fye Aghnessia.

Deva tetaplah Deva yang selalu mengagumi dan jatuh hati kepada senja disore hari yang ia nikmati dipantai.

Liyan menggandeng lengan Deva untuk lebih mendekat dimana Air Terjun itu berada.

Cipratan kecil dari air yang terjun dari atas membuat Deva tertarik untuk berendam dibawahnya.

" De lo mau kemana? " tanya Liyan seraya mengikuti Deva dari belakang.

" Gak asik kalo gak nikmatin air segarnya " kata Deva sedikit berteriak karena suara air yang jejatuhan membuat suaranya terendam.

Deva dan Liyan pun menikmati air yang mengguyur tubuh mereka dari atas.

Setelah menyudahi aksi basah-basahan. Mereka memutuskan untuk mencari warung yang menjual makanan untuk mengganjal perut mereka berdua. Terlebih lagi tadi Deva belum sempat untuk sarapan.

Weyooo!!!
Apa kabar kalian semua?

Pada nungguin bang Rama munculkan?

HAHA!  Sorry ya gue lama banget nggak up2! Ya gitudeh gue baru selesai ujian semesteran huhu. Untung dah nilainya cukup memuaskan. YAK KAN GUE JADI CURHAT GINI WKWK.

Oke genkss!!
Makasih ya udah baca dan mau nungguin Te Amo Rama ini. Semoga kalian gak bosen dan terhibur dengan cerita yang gue buat ini. Sekali lagi makasih yaa

Gue sayang lo semua! Terutama sama lo yang mau kasih jejak. Seperti vote misalnya, hehe

Tetap jaga kesehatan dan hati lo semua buat Bang Rama, WKWK

Salam sayang dari
-Wulanda-

Continue Reading

You'll Also Like

3.3M 209K 45
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
492K 37K 44
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...
392K 27.7K 26
[JANGAN SALAH LAPAK INI LAPAK BL, HOMOPHOBIA JAUH JAUH SANA] Faren seorang pemuda yang mengalami kecelakaan dan berakhir masuk kedalam buku novel yan...
1.7M 237K 38
Tidak ada yang bisa menebak sifat Drystan sebenarnya. Cowok itu ... terlalu hebat berkamuflase. Drystan bisa bijaksana, galak, manja dalam satu waktu...