Hotalge High School

By Enhyliy

206K 25K 1K

Apa kalian tau Hotalge High School? Sekolah ternama di dunia. Mungkin semua murid ingin bersekolah disana. Ta... More

Terpaksa (1)
Tentang Hotalge School (2)
Preliminary Exams (3)
Perpisahan (4)
Makan malam (5)
Teman baru? (6)
Hari perkenalan (7)
Mental orang beda-beda (8)
Rooftop (9)
Iri(10)
Kunjungan orang tua (11)
Chapter exam (12)
Curhat (13)
Game (14)
Buku hilang (15)
Poin berkurang (16)
Jadi bahan gibah (17)
Death note (18)
Maag kambuh (19)
Selamat jalan (20)
Kena hukum (21)
Persiapan semester exam (22)
Rindu ibu (23)
D-day (24)
Dia kembali lagi (25)
Kemarahan orang tua (26)
Jangan lupa bersyukur (27)
Terbunuh (28)
Tae-Ra (29)
Bad birthday (31)
Sad boy (32)
Tersangka pertama (33)
Salah tuduh orang (34)
Rest in Peace (35)
Tersangka baru (36)
Amaya (37)
What kind of job? (39)
Three cell phones (40)
Who? (38)
Flashback (41)
Confession (42)
43 (END)
44 (EXTRA PART)

Saudara tiri (30)

3.3K 454 15
By Enhyliy

Caitlin memakaikan hoodie ke tubuhnya lalu meraih sebuah buku yang berisikan tentang kasus pembunuhan Elena.

Mereka melakukan ini semua untuk mengeluarkan Tae-Ra dari penjara.

Mereka yakin bukan Tae-Ra pembunuhnya.

Hari ini masih libur karena kematian dua murid Hotalge High School, dan penyebab kematiannya sangat membuat orang-orang terkejut bukan main. Yang satu dibunuh dan yang satu lagi bunuh diri. Sungguh mencengangkan.

Para orang tua murid menelfon pihak sekolah secara bersamaan menanyakan keadaan anak-anak mereka setelah mendengar kematian dua murid sekaligus.

⚫⚫⚫⚫

"Salah satu cara kita buat mengungkap kasus ini adalah dengan ngeliat rekaman CCTV malam kejadian pembunuhan dan pas pagi Elena tergeletak di lantai. Pasti ada satu petunjuk. Mungkin sih," kata Caitlin.

Evelyn mengangguk. "Tapi cara kita dapet rekaman CCTV gimana? Kita ngendap-ngendap ke ruang CCTV gitu? Terus kita bius pengawas CCTV nya?"

Adrin memutar bola matanya malas. "Gak gitu juga."

"Menurut lo kita harus gimana lagi dapetin rekamannya hah?"

"Ada gue. Gue bisa ambil rekaman CCTV itu lewat laptop gue."

"Lo bisa ngeretas?!" Tanya Caitlin kaget.

Adrin mengangguk. "Ya gue bisa."

"Sial kenapa gak dari kemaren!"

"Ya kayaknya kalian gak butuhin jasa peretas ya gue diem aja."

Evelyn menjitak kepala Adrin dengan kesal. "Seharusnya lo tawarin diri."

"Ya sorry."

"Yaudah sana lo ambil rekamannya," ucap Caitlin mendorong lengan Adrin.

Adrin yang sedang duduk berdiri dengan malas. "Iya sabar."

Adrin menarik kursinya lalu menduduki kursi empuk itu.

Tangannya mulai memencet-mencet keyboard laptop dengan lihai. Lalu tak sampai beberapa menit dia mencabut flashdisk dari laptopnya.
Flashdisk itu dilemparkan ke kasur tempat Caitlin dan Evelyn membicarakan teori pembunuhan Elena.

"Tuh udah gue pindahin kesana filenya. Udah sana lo berdua pergi gue mau tidur dulu."

"Kok ngusir?"

"Au ah gue capek kalo gamau keluar minggir lo berdua duduk di lantai aja gue mau tidur."

Caitlin menatap sinis Adrin. "Yaudah kita keluar aja Lyn," katanya menarik pergelangan tangan Evelyn .

"Yaudah bye," kata Adrin menghempaskan dirinya ke kasur.

Setelah keluar dari kamar Adrin Evelyn mengajak Caitlin untuk melihat rekaman CCTV itu dikamarnya saja.

Evelyn memutar rekaman CCTV itu satu persatu namun tak ada yang janggal sama sekali.

"Gaada apa-apa."

"Mana sini liat."

Evelyn menggeser laptopnya.

Caitlin memperhatikan video dengan sangat detail. Dia mengulang beberapa kali rekaman itu sampai melihat sesuatu yang terasa janggal.

"Eh pause bentar," kata Caitlin mendadak.

"Kenapa?"

"Ini rekaman pas Elena di kerumunin sama murid-murid. Coba lo perhatiin Adrin."

Evelyn mengangguk lalu memperhatikan wajah Adrin dengan teliti.

"Lo liat kan?"

"Dia senyum?!"

"Masa pas orang dibunuh dia senyum aneh banget."

"Lyn lo gak mikir yang sama kan kayak gue kan? Gue jadi overthinking nih."

"Ya tapi masa Adrin yang ngebunuh," ucap Evelyn paham apa isi pikiran Caitlin saat ini.

"Iya sih. Tapi  sehari sebelum Elena dibunuh mereka berdua berantem gede kan?"

"Ah ga percaya gue."

"Gue juga enggak tapi gue cuma overthinking aja Lyn," kata Caitlin jujur.

"Yaudah daripada overthinking mulu mending kita samperin Adrin dan tanya apa sebenernya masalah dia sama si Elena. Gue yakin dia punya masalah yang cukup berat sama Elena."

"Yaudah ayo."

⚫⚫⚫⚫

"

Adrin! woi buka pintu!" teriak Evelyn menggedor pintu kamar Adrin. Karena sejak tadi dia sudah memencet bel berkali-kali tapi Adrin sama sekali tak keluar.

"Woiiiii!!!"

Akhirnya dengan segala teriakan super Evelyn, Adrin keluar dengan muka bantalnya.

"Kenapa sih lo berdua?!"

Tanpa dipersilahkan Caitlin dan Evelyn langsung masuk ke kamar Adrin.

"Drin jawab jujur," kata Caitlin serius.

Adrin tersentak kaget karena mendengar Caitlin serius seperti itu. Dia jadi berpikir keras apa yang dia lakukan.

"Lo kenapa senyum pas Elena dibunuh?"

Adrin ber-oh ria lalu kembali merebahkan dirinya di kasur.

Evelyn yang melihat kelakuan Adrin langsung memukul punggung cewek itu. "Woi lo ditanya malah tidur ya."

"Lo sebenci itu sama Elena? Sampe-sampe pas dia dibunuh lo senyum gitu?"

"Lo mau  tau sebenci apa gue sama dia?"

Caitlin mengangguk menunggu jawaban Adrin yang tampak mulai serius.

Adrin bangkt dari tidurnya lalu duduk di tepi kasur. "Gue benci banget sama dia. Benci banget tau gak sih. Nyokap dia udah ngerusak keluarga gue."

"Ya mungkin kalian heran kenapa gue sebenci itu sama Elena. Nyokapnya gak sekedar ngerebut bokap gue aja, selama bokap gue di luar kota dia nyiksa gue. Dia nganggep gue kayak pembantu, Elena perlakuin gue kayak gue itu budaknya dan gue gabisa ngelawan sama sekali waktu itu karena gue masih umur 10 tahun. Mereka berdua ngerebut kebahagiaan gue."

"Jadi  sebenarnya Elena itu saudara tiri lo?!"

Adrin berlagak ingin muntah. "Gak sudi gue ngakuin dia sebagai saudara gue."

Flashback on

"Kamu bersihin semua tempat di rumah ini! Itu hukuman buat kamu karena udah bikin anak saya nangis begini!"

"Tapi aku marah ke Elena bukan tanpa sebab tante. Sehari sebelum aku ikut lomba piano dia dorong aku dari tangga sampe tangan  aku terkilir kayak gini, aku gagal ikut lomba piano gara-gara anak tante. Dia emang gapernah mau ngeliat aku bahagia, Elena takut papa bakalan bangga kalo aku menang lomba. Dia takut papa gak sayang lagi sama dia. Dia takut aku lebih disayang sama papa karena itu dia ngedorong aku supaya aku gajadi ikut lomba," teriak Adrin meluapkan semua  kekesalannya kepada Elena.

Mama Elena menggeram kesal lalu menatap Adrin dengan tajam. Ia mencengkram dagu Adrin dengan sorotan mata penuh amarah. "Berani kamu sama saya?!"

"Tante jahat! Aku bakal aduin sama papa!"

"Aduin aja saya gak takut! Papa kamu gak bakal percaya omongan bocah bodoh seperti kamu!"

"Aku gak bodoh!" teriak Adrin murka.

Plakk

Satu tamparan mendarat di pipi bocah malang itu. "Mulai ngelunjak kamu ya!"

"Kalo kamu pinter kenapa rankingku lebih tinggi dari kamu hah?" tanya Elena mengangkat dagunya sombong.

Dada Adrin kembang kempis. "Liat aja aku bakal bisa lebih unggul dari kamu," teriak Adrin di depan wajah Elena.

"Gak bakal bisa," kata Elena mendorong Adrin sampai terjatuh ke lantai.

Elena menendang tubuh Adrin yang terduduk di lantai. "Kamu itu bodoh! Dan akan tetap bodoh sampai kapanpun. Kamu gak bakal bisa ngalahin aku dasar bodoh," ucapnya lalu mendorong kepala Adrin sampai terbentur ke dinding.

Adrin meringis kesakitan. "Sakit!"

"Udah sana bersihin rumah, jangan lupa cuci bajunya Elena!"

"Tapi kan kita punya pembantu tante! Kenapa harus aku!"

"Kan sudah saya bilang itu hukuman buat kamu!"

"Gamau! Aku mau tinggal sama mama aja."

"Kamu mau saya aduin papa kamu? Kalo papa kamu tau kamu bakal di pukul loh."

Adrin langsung berubah pikiran lalu menggeleng cepat. "Iya maaf tante."

Flashback off

"Papa gue meninggal pas gue umur 12 tahun sejak itu gue tinggal sama mama gue," ucap Adrin.

"Ternyata selama ini kita ngebenci orang yang sama Drin," kata Evelyn setelah mendengar cerita masa kecil Adrin yang sangat miris.

"WTF?"

"Nyawa dibalas nyawa," ucap Evelyn membuat Adrin dan Caitlin bingung.

Apa maksud nyawa di balas nyawa?

"Maksud lo?! "

"Nyokapnya udah bikin nyokap gue mati!"

"Hah?"

"Nyokap dia nabrak nyokap gue sampe meninggal," kata Evelyn mulai berkaca-kaca.

"Serius?"

"Kenapa gue harus bohong? Mungkin kalian heran kenapa keluarga gue gak nuntut nyokap Elena. Itu semua karena papa gue nolak buat sahabatnya itu di tuntut. Dia gamau menjaraiin mama Elena karena itu sahabat dekatnya. Gue benci."

"Awal dari penderitaan hidup gue sejak kematian nyokap gue."

"Kalian tau? Ketika tangan gue di perban dan gue ngakunya karena itu jatuh itu semua bohong. Gue gak jatuh. Gue disiksa papa gue, gue dipukul, tangan gue ditancepin kaca itu hanya gara-gara gue cuma dapet peringkat lima. Gue suka iri liat kalian karena peringkat berapapun kalian bakal dihargain sama orang tua kalian."

Caitlin jadi teringat dia tidak punya orang tua lagi. "Tapi gue gak punya orang tua lagi Lyn."

"Iya lo pengecualiannya," kata Evelyn menghapus air matanya. Akhirnya dia bisa jujur mengungkapkan semua masalah yang selama ini dia pendam.

"Gue bangga sama diri gue sendiri karena  bisa ngungkapin semua masalah yang udah gue pendam selama ini sendiri."

"Gue juga bangga sama lo karena udah bertahan sampai sekarang ini," ucap Caitlin sangat paham bagaimana keadaan Evelyn ketika disiksa papanya.

"Gue gak bakal berpikir buat bunuh diri," Evelyn terkekeh. Dia tidak sebodoh itu. Dia akan tetap menjalankan kehidupannya sebagaimana mestinya dia akan membuktikan kalau dia bisa bertahan walaupun hidup dengan orang tua yang toxic.

"Wah ternyata banyak banget yang belum gue ketahui tentang lo berdua ya," kata Caitlin tertawa. Dia masih kaget dengan kisah miris kedua sahabatnya itu. Dia pikir Adrin  itu sebenarnya adalah gadis yang ceria yang sama sekali tak memiliki masalah, karena selama ini Caitlin melihat Adrin begitu ceria dan tampak bahagia.

Ternyata orang yang tampak begitu bahagia belum tentu benar-benar bahagia. Mungkin itu adalah cara mereka menutupi kesedihan.

Semua orang itu punya masalah. Tak ada yang benar-benar hidup bahagia di dunia ini. Semua orang mempunyai masalah dan kesedihan masih-masing.

⚫⚫⚫⚫

Terima kasih sudah membaca.

Jangan lupa untuk vote dan comment ya.

Sampai jumpa di bab selanjutnya.

See you











Continue Reading

You'll Also Like

84.5K 5.6K 36
Xander Erlangga, cowok tampan, maniak milkita rasa coklat, masuk ke dalam Westren University adalah satu tujuannya dari SMA bukan tanpa alasan tapi u...
534K 26.6K 45
Kisah ini mengisahkan bagaimana sakitnya seorang Nabila menjalani kehidupan dengan takdir yang begitu menyakitkan, semenjak peristiwa masalalunya yan...
21.9K 2.3K 42
Menurutmu bagaimana rasanya melihat sahabat mu dibunuh di depan matamu sendiri tetapi kamu tak dapat melakukan apapun? Jane chriselda mengalami hal y...
27.6K 1.4K 57
Sebelum baca follow dulu, ya 🙌😇 Sebuah peraturan baru, membuat seisi SMA Citra Bangsa gempar. Peraturan yang sudah ditetapkan oleh kepala sekolah...