「TechiMemi」Love Story [ Compl...

By majikayou

1.5K 109 54

Sebuah kesalahan yang dilakukan oleh Hirate Techi, ke sahabatnya. Kakizaki Memi. Sebuah kesalahan yang akhirn... More

TechiMemi Story
Yurina!?
Meet !
Kenangan...
Because, my little Babu #1
Because, my little Babu #2
Because, my little Babu #3 [ End ]
「TechiMemi」After story
Bonus part ! 「Jatah 」

Kesempatan kedua !?

114 11 2
By majikayou

" Dareeee~ daaa~ ''

" Umm.. Techi ! "

" Bagaimana bisa kau tau? "

Techi yang sudah melepaskan kedua tanggannya yang tadi sempat menutup kedua mata Memi dari belakang kini sudah mengambil duduk di sebelah Memi.

" Kamu kira aku budeg gak bisa kenal suara kamu ''

" Ahh iya, aku tidak kepikiran itu ''

Memi hanya menggelengkan kepalanya.

" Memi, ayo kekantin, aku sangat lapar ''
Techi mengelus perutnya. Sedangkan Memi tampak mengerutkan dahi.

" Kalau lapar sebaiknya kamu pergi ke kantin lebih dulu, ngapain kamu samperin aku ke fakultas aku. Dasar aneh. "

" Memii... aku ingin mengajakmu ''

" Apa kamu tidak lihat aku sedang apa? "

Techi hanya mendengus melihat tumpukan buku yang ada di meja taman dimana mereka sedang berada sekarang. Tumpuk buku yang sepertinya memang digunakan Memi untuk mengerjakan tugas.

" Kalau kamu benar-benar lapar, aku bawa bento, kamu makan punyaku saja '' Memi membuka tasnya dan mengeluarkan bento miliknya.

" Ini buat kamu aja ''

" Tapi kamu nanti bagaimana? "

" Aku belum merasa lapar kok, ini.. ''

" Umm, bagaimana kalau kita makan berdua? "

" Aku masih ma- ''

" Kamu juga harus makan, saat mengerjakan tugas kamu butuh energi ''
Memi mengernyit, bukankah itu kata-kata yang selalu ia lontarkan untuk Techi.

" Baiklah.. ''

Memi membuka bentonya,

" Tapi aku hanya membawa satu sendok ''

" Kalau begitu, suapi aku.. aaaa~ ''

Techi memajukan wajahnya kearah Memi, dan itu malah membuat Memi tertawa. Tapi tak lama Memi benar-benar menyuapi Techi.

" Umm~ masakanmu memang yang terbaik.... ''

" Benarkah? "

" Umm~ aku selalu ingin merasakannya.. ''

" Kalau begitu, sini buka mulutmu lagi... ''

" Heii, kamu belum memakannya juga ''

" Aku kan sudah bilang aku belum lapar ''

" Tidak bisa, kau juga harus makan, sini ''

Techi meraih bento itu dari tangan Memi.

" Sekarang buka mulutmu, aaa~ ''

" Apa sih.. aku bukan anak kecil ''

" Aaa~~ ''

Mau tidak mau Memi akhirnya menuruti Techi.

Dan pada akhirnya mereka terus melakukannya, saling menyuapi bergiliran sampai bento itu habis.

***

Techi terkekeh kekeh, saat melihat bagaimana damainya wajah Memi ketika tertidur. Saat ini mereka ada di apartment milih Techi. Karena Techi yang minta di ajarkan oleh Memi. Tapi sepertinya Memi terlihat kelelahan sampai-sampai tidak sengaja ketiduran di apartment milik Techi.

Techi sesekali menekan-nekan pipi Memi, kadang menggambar abstrak dengan jarinya di sekitar wajah Memi.

Karena tidak ingin mengganggu kenyamanan tidur Memi, akhirnya Techi berhenti untuk melakukan hal bisa saja mengganggu Memi.

" Maaf ya, aku selalu saja bergantung padamu ''

Kini tangannya mengelus lembut pipi Memi.

" Maaf selalu saja menyusahkanmu ''

Dengan hati-hati agar tidak membangunkan Memi, Techi berusaha untuk menggendong Memi, memindahkannya kedalam kamar. Walau sesekali Memi menggeliat namun Memi sama sekali tidak terbangun.

Setelah menempatkan Memi di ranjang, Techi melangkah keluar kamar menuju ruang lainnya. Techi merebahkan tubuhnya di sebuah sofa banjang, kemudian mencoba menutup matanya karena iapun kini sudah merasa mengantuk.

Hampir beberapa jam berlalu. Dikamar terlihat Memi menggeliatkan tubuhnya. Membuka secara perlahan matanya, ia terkejut saat mengenali ruangan ini. Dengan cepat Memi menoleh kearah samping. Kosong..

" Techi? "

Memi menyingkap selimutnya kemudian turun dari atas ranjang bermaksud mencari keberadaan Techi. Saat Memi keluar dari kamar, ia bisa melihat Techi tertidur di sofa panjang itu tampa menggunakan bantal maupun selimut. Memi menghela nafasnya, kemudian ia masuk kembali kedalam kamar, mengambil bantal dan selimut untuk Techi.

Memi melampirkan selimut itu ketubuh Techi, menutup tubuh Techi sebatas dada.

" Dasar kamu ini, kenapa kamu tidak membangunkanku sih.. ''

" Maaf ya, tapi aku akan pulang saja ke apartmentku.... ''
Memi menggigit bibir bawahnya, seolah ragu, namun secara perlahan-lahan wajahnya mendekat kearah Techi,

Chup..

Kecupan yang diberikan Memi di pipi Techi. Techi sempat menggeliatkan badannya sebentar hanya untuk membalik arah. Melihat itu Memi hanya tersenyum. Sebelum  berlalu dari apartment milik Techi. Memi menyempatkan dirinya untuk meninggalkan memo untuk Techi, memberitaukan bahwa dirinya pulang ke apartmentnya saja.

***

" Hei, coba kau cobain es krim punyaku ini sangat enak ''

Techi menyodorkan es krim milihnya ke Memi yang duduk di sebelahnya, sama seperti Techi yang sedang menikmati es krim, karena memang keduanya tengah menikmati es krim sekarang.

Memi menurut saja, ia kemudian merasakan bagaimana rasa es krim milik Techi.

" Umm enak.. ''

" Sekarang giliranku.. ''

Techi menggigit es krim milik Memi, menggigit tepat di sisi es krim yang di gigit oleh Memi sebelumnya.

" Ummm, punyamu lebih enak ''

Plakk

Memi memukul bahu Techi.

" Heii, kenapa kau menggigit di sisi yang sudah aku gigit sih ''

" Ohh benar kah? Pantas saja lebih terasa enak ''

" Heiii... ''

Karena takut akan mendapatkan pukulan dari Memi lagi, Techi dengan buru-buru mengambil posisi berdiri. Tertawa dengan kerasnya karena berhasil menggoda Memi.

" Heii, kenapa wajahmu memerah? Apa yang kamu pikirkan? "

Memi mendelik mendengar ucapan Techi.

" A-Aku tidak memukirkan apapun ''

" Benarkah? Atau jangan-jangan kau- ''

" A-apa? "

Techi tampak menaik turunkan aliskan. Melihat gelagat aneh dari Memi membuat Memi awalnya mengernyit, namun ketika tau gelagat aneh itu menerumus ke hal-hal yang tidak-tidak, lantas Memi langsung meneriakkan nama Techi, mengejar Techi yang lebih dulu kabur darinya. Techi tidak henti-hentinya tertawa karena mendengar teriakan-teriakan Memi yang terus memanggilnya, bahkan mereka terlihat tidak memperdulikan mahasiswa yang berlalu lalalng di taman itu menatap mereka hanya dengan gelengan kepala.

***

" Sudah aku katakan jangan main hujan-hujana. Lihat sekarang kau malah jadi demam begitu ''

Memi dengan telaten memerah handuk kecil itu, kemudian memberikan kompresan di dahi Techi.

" Jangan tinggalin aku ''
Techi menahan lengan Memi ketika gadia itu hendak bangkit dari sisi ranjang.

" Aku hanya ingin menaruh ini dulu ke dapur ''

" Taruh di sini aja dulu. Aku tidak ingin ditinggal ''

" Kenapa kamu sangat manja sekalu ''

" Biar saja. Manja dengan sahabatku sendiri tidak masalahkan ''

Memi tersenyum kecut mendengar hal itu. Memi ingin Techi menganggapnya lebih dari itu. Tapi mungkin itu akan mustahil baginya. Techi hanya menganggapnya sebagai seorang sahabat. Dimana ia memang dibutuhnya sebagai seorang sahabat. Tidak lebih.

" Lebih baik kamu istirahat saja ''

" Tapi, jangan tinggalkan aku ''

" Iya... ''

" Janji? "

" Kamu kenapa sih ''

" Janji dulu ''

" Iya aku janji ''

" Tidak akan meninggalkan aku selamanya ''

" Hmmm? "

" Janjikan kamu tidak meninggalkan aku selamanya ''

Meskipun bingung arah dari ucapan Techi, Memi tetap menganggukkan kepalanya.

***

Techi mengusap wajahnya kasar, ketika kenangan-kenangannya bersama Memi muncul dalam ingatannya. Kenapa selama itu kedekatan mereka ia tidak pernah menyadari perasaan Memi padanya. Techi sesekali menjambak rambutnya sendiri dengan kasar. Techi sudah benar-benar merasa putus asa.

Disisi lain..

Memi memandang sebuah kotak yang terdapat barang-barang kenangannya. Salah satunya disana terdapat banyak foto dirinya dengan Techi. Memi meraih salah satu itu. Mengusap dengan pelan karena terdapat debu disana. Karena memang, Memi sudah lama tidak pernah membuka kotak itu. Semenjak beberapa hari ini Memi terus bermimpi tentang kenangan masa lalunya dengan Techi. Membuat Memi selalu terbangun di tengah malam, dan selalu menangis dengan tiba-tiba.

Lagi-lagi, melihat foto ini menerjunkan Memi kedalam jurang kenangannya dengan Techi.

" Kau selalu saja meminta bantuanku akan semua hal, apa sekarang kau sudah menemukan penggantiku? Apa dia lebih baik dariku? "

" Kau selalu saja ceroboh, dan selalu diingatkan terlebih dulu ''

" Kau- ''

" Mama!? "

Memi terkejut mendengar suara Yurina. Dengan cepat ia meletakkan kembali kotak itu di tempat yang sulit di jangkau oleh Yurina. Menghapus air matanya yang tidak sengaja lolos begitu saja.

" Mama? "

" Hei sayang.. ''

Memi berbalik menatap putrinya tersebut.

" Mama kenapa? Apa mama menangis? "

" Emm tidak, ini tadi hanya kelilipan debu saja, mata mama jadi perih ''

" Mama.. Papa Kage datang, dia mengajak Yurina jalan-jalan boleh kan? "

" Papa Kagenya mana? "

" Di luar ''

Memi hanya mengangguk meraih tangan Yurina untuk di gandengnya keluar kamar.

" Kage ''

" Hei... '' Kage mengernyit saat melihat mata Memi terlihat sembab.

" Apa kau ingin ikut ? "

" Aku sedang tidak ingin pergi kemanapun hari ini ''

" Beneran? "

" Umm.. ''

" Baiklah.. aku pinjam Yurina dulu ya.. ''

" Awas saja kalau lecet ''

" Kalau lecet, bisa aku ganti dengan yang baru ''

" Heiiii.. '' Memi nendang kaki Kage dengan keras sehingga membuat Kage tampak meringis kesakitan

" Aku kan hanya bercanda.. ''

" Tapi kalau mau serius- '' Memi melototkan matanya,

" Ok aku pergi.... Yurina.. let's go ! Kita jalan-jalan ''

Yurina tampak antusias mendengar jalan-jalan dari Kage. Setelah berpamitan pada Memi. Ia berlalu dengan Kage. Memi menatap punggung Kage dan juga milik putrinya itu.

" Jika saja itu adalah kamu ''

***

" Papa... itu paman ''

" Paman? "

Kage yang tampak bingung, lantas menatap kearah tunjuk Yurina.

' ahh Techi '

" Ayo kita menemuinya ''

" Heii, tidak biasanya kamu menyukai orang asing ''

Yurina meletakkan jari telunjuknya yang kecil itu di dagunya.

" Umm, Yurina juga tidak tau. Tapi paman itu berbeda papa. Yurina menyukainya ''

" Kamu menyukainya? Kamu kan masih kecil ''

" Papa bukan begitu '' Kage tertawa karena melihat raut wajah Yurina yang tampak kesal.

" Ok. Ok. "

Dengan menggendong tubuh Yurina Kage mulai mendekat kearah Techi yang menyandarkan tubuhnya di badan mobil, entah apa yang tengah dipeehatikan oleh Techi.

" Pamannn~ ''

Mendengar suara yang sangat familiar itu lantas saja Techi menoleh. Dan benar saja, itu Yurina yang sudah di turunkan dari gendongan Kage dan berlari memeluk kakinya. Techi lantas berjongkok di depan Yurina.

" Hei, kamu lagi.. ''

Yurina hanya terkekeh. Ia sangat suka jika Techi selalu mengelus kepalanya.

Techi melihat seorang laki-laki yang kini berdiri tak jauh darinya. Techi kemudian mengambil posisi berdiri.

" Hajimemashite, '' Techi menjulurkan tangannya lebih dulu dan dibalas oleh Kage. Setelah memperkenalkan nama masing-masing. Techi dan juga Kage memilih untuk mengobrol-ngobrol di sebuah bangku di taman itu sembari mengawasi Yurina yang sudah asik bermain sendiri.

" Yurina sebelumnya tidak pernah mudah akrab dengan orang lain, ini adalah pertama kalinya dia terlihat menyukaimu '' Kage menoleh kearah Techi

" Benarkah begitu? "

" Iya, dia itu sangat pemalu jika keorang asing, tapi mungkin karena suatu alasan dia jadi mudah dekat denganmu dan menyukaimu ''

" Alasan? Alasan apa? "

" Mungkin kau akan tau sendiri nantinya.. ''
Sementara Kage tersenyum, Techi tampak mengernyit heran.

" Yurina.. '' Panggil Kage kearah Yurina yang terlihat asik bermain dengan pasir. Mendengar panggilan dari Kage lantas saja Yurina mendekat.

" Yurina masih mau main papa.. ''

" Heii, kamu menyukai paman Techi kan? " Techi mengernyit mendengar ucapan Kage karena ia benar-benar tidak mengerti.

Yurina menatap Techi yang di tunjuk oleh Kage. Tidak lama kemudian ia menganggukkan kepalanya dengan begitu antusias.

" Kalau begitu. Kenapa tidak panggil paman Techi dengan sebutan papa ''

Techi lantas melototkan matanya mendengar ucapan Kage.

" Papa ''

Deg..

Sebuah seruan dari panggilan Yurina menyebutkan kata papa padanya membuat dada Techi bergemuruh. Dia tidak tau kenapa effectnya sangat berdampak seperti ini.

" Papa ! "

Lagi-lagi, panggilan itu terdengar.

" fufufu.. Yurina punya dua papa ''

" Ano... sumimasen.. '' Techi menatap kearah Kage

" Hmm? "

" Umm~ ''

" Apa kamu tidak suka? "

" Paman Techi tidak suka Yurina memanggil papa? " mata Yurina tampak berkaca-kaca. Membuat Techi menggosok tengkuknya.

" Bu-bukan begitu- ''

Mata Yurina semakin berkaca-kaca. Karena tidak tega melihatnya, Techi memasang senyum kearah Yurina menyentuh pipi gadis kecil itu.

" Kamu boleh memanggilku papa ''

" Benarkah.. '' Yurina tampak berbinar-binar

" Umm ''

" Yey~ Yurina punya dua papa ''

" Jika kamu ingin bertemu dengannya kamu bisa menghubungiku ''

" Arigatou ''

" Kamu menyukainya juga kan? "

" Eh? Maksudnya? "

" Kamu senang dengan Yurina bukan? "

" Umm~ jujur saja, aku sangat menyukainya dan aku sangat senang. Bahkan ketika pertama dia memanggilku papa tadi. Ada sesuatu hal yang aku rasakan ''

Kage tampak tersenyum penuh arti kearah Techi. Kemudian beralih memandang Yurina yang masih tampak merasa senang.

Continue Reading

You'll Also Like

144K 656 8
📌 AREA DEWASA📌
306K 3.3K 4
Oneshoot gay tentang Daniel yang memiliki memek dengan bermacam macam dominan. Jangan salah lapak-!!!
6.3M 484K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
2.2K 139 8
Re-publish Tidak ada descrip Lebih.. kalau penasaran cuss baca aja... konflik Ringan... bahasa non baku, - Wakayuu -