Gate into the Unknown [END]

Por Fadli_L

26.4K 4.4K 252

[Fantasy: Nagaragung Universe] Hayu, harus menyembunyikan fakta bahwa dia bisa melihat yang tak terlihat. Ia... Más

Intro by Author
01 - Dream Team
02 - Tantangan
03 - Pergi
04 - Misi
06 - Penculikan
07 - Restu Siluman
08 - Latihan
09 - Kantor Polisi
10 - Pusaran Hitam
11 - Keberangkatan
12 - Rindu
13. Anak Baru
14. Family
15 - Memori
16 - Memori [2]
17 - Reuni
18 - Fight
19 - Identity
20 - Massacre
21 - Family Matters
TMI [1] - Character Profile
22 - Join Forces
23 - Blue eyes
24 - Victim
25 - Silent Killer
26 - Segel yang terlepas
27 - Dunia yang tersembunyi
28 - Dunia yang tersembunyi (2)
29 - Sunyi
30 - Kebenaran Pahit
31 - Hayu
32 - Organisasi Misterius
33 - Ranggaditiya
34 - Yang Mereka Cari
35 - Orang Asing
36 - Para Tamu
37 - Bakat tersembunyi
38 - Setetes Darah
39 - Bantuan dari Kegelapan
40 - Istirahat
41 - Anomali [1]
42 - Anomali [2]
Lelaki dengan pakaian aneh
Kisah Masa Lalu
Nyai Arkasa
Epilogue
Last Word dan Karya Berikutnya

05 - Festival

697 124 5
Por Fadli_L

Hayu merasa canggung.

Pada saat festival perayaan pernikahan Gusti Pangeran dengan Putri Renita, semua instansi diliburkan. Kebanyakan festival diadakan di alun-alun Ibukota Kadipaten. Kebetulan Ibukota Kadipaten Timur terletak di Banyuwangi, tempat Hayu tinggal.

Festival biasanya diadakan dengan acara budaya pada hari pertama, lalu dilanjutkan dengan pasar malam selama seminggu penuh.

Meski banyak orang yang datang untuk melihat acara pembukaan, Hayu diam saja karena dirinya harus menunggu Dirga dan Liana di sudut restoran cepat saji bersama Yustas. Hayu tidak tahu kenapa tapi, gangguan sosok cukup berkurang sejak dia duduk bersama Yustas.

"Jadi ... rumor kalo kamu bisa melihat hantu, apa itu benar?" Tanya Yustas dari seberang meja.

Mereka berdua sedang duduk  berhadapan sambil menikmati burger yang dibeli Yustas. Sesuai perkataannya kemarin, semua pengeluaran akan dibayar Yustas.

"Memangnya kamu percaya hantu itu ada?" Ujar Hayu mengembalikan pertanyaan pada Yustas.

"Aku percaya." Jawabnya tegas.

Hayu tertegun mendengar itu. Sejujurnya dia tidak mengira seorang seperti Yustas akan mengakui hal bodoh seperti itu. Zaman modern seperti ini masih ada yang percaya hantu? Tentu saja kalian akan ditertawakan orang.

Hayu awalnya tidak percaya pada hantu, tapi begitu dia mengalami menstruasi pertamanya, entah kenapa indranya mulai peka dan dia akhirnya bisa melihat sosok yang tidak terlihat. Teman-temannya menganggap Hayu gila karena dia bercerita kalau ada hantu yang menganggunya. Sejak saat itu, Hayu memilih untuk tidak menceritakan kemampuannya ataupun membicarakan hantu.

Hayu kemudian tertawa mendengar jawaban Yustas. "Kamu? Percaya hantu?" Hayu menggelengkan kepala.

"... pasti itu cuma caramu untuk memancing obrolan aneh dariku kan? Setelah nanti aku bercerita, kamu akan menyebarkannya pada anak-anak untuk mengejekku?" Sergah Hayu.

Yustas terlihat tersinggung mendengar itu. "Memangnya aku pernah mengejekmu? Atau menganggumu? Aku benar-benar ingin mengenalmu lebih dalam karena aku suka kamu." Sergah Yustas.

Hayu terdiam mendengar respon itu. Apalagi ekspresi Yustas benar-benar terlihat tersinggung. Anak itu menghindari tatapan Hayu dan fokus makan sambil menatap keluar jendela.

Hayu menggaruk kepalanya salah tingkah, "Maaf, aku tidak bermaksud menyinggungmu. Tapi, aku terlalu sering bertemu orang yang penasaran mengenai sosok yang tak terlihat, tapi begitu aku menceritakan apa yang kulihat, mereka mulai menertawakanku dan mengejek." Ucap Hayu lalu menyeruput minuman sodanya.

Yustas menghembuskan napas pelan. "Ah, aku tidak pernah mempertimbangkan itu sebelumnya. Maaf ucapanku tadi terlalu kasar." Jawab Yustas.

Hayu menganggukkan kepala. Entah kenapa dia melihat Yustas dengan cara yang berbeda sekarang.

"Yah .. aku mulai bisa melihat sosok seperti itu setelah aku mengalami menstruasi."

Yustas mengeryit, ia terlihat bingung tapi tidak memotong ucapan Hayu. Malahan Hayu yang menangkap reaksi Yustas lalu bertanya, "Kenapa? Ada yang aneh?" Tanya Hayu. Yustas menggelengkan kepala, "Lanjutkan saja ceritamu."

"Aku mulai melihat sosok-sosok tidak terlihat itu, tapi aku tidak bisa berkomunikasi dengan mereka. Hanya melihat saja. Tapi, itu kadang membuatku frustasi. Jika aku bisa berkomunikasi dengan mereka setidaknya aku bisa marah-marah pada mereka atau mengusir mereka jika terlalu mengangguku." Jelas Hayu.

Yustas semakin terlihat termenung setelah mendengar penjelasan Hayu. Ia lalu bertanya, "Apa orangtuamu tahu tentang hal ini? Ataukah mereka juga bisa melihat sosok yang tidak terlihat?"

Hayu tidak menduga akan mendapat pertanyaan seperti ini. "Ibuku sudah meninggal saat melahirkanku jadi aku tidak tahu. Tapi ayahku ... sepertinya dia tidak bisa melihat sosok tidak terlihat ... tapi entahlah, ada saatnya ia seperti tahu? Aku tidak yakin sepenuhnya ..." Jawab Hayu.

Yustas terlihat berpikir keras, ia kemudian menatap Hayu, "Apa kamu punya semacam tanda lahir? Mungkin terlihat seperti tato? Atau apapun begitu?"

Hayu semakin terlihat bingung, semua respon dari Yustas menurutnya tidak wajar, karena anak itu tidak fokus menanyakan sosok-sosok tidak terlihat melainkan pada hal pribadi yang menyangkut hidupnya.

"Tidak ada .. sejauh yang aku tahu. Memangnya kenapa?" Jawab Hayu dengan nada ragu.

"Aneh juga ..." komentar Yustas.

"Aneh kenapa?"

Yustas menoleh ke arah sekitarnya, Ia mendekatkan kepalanya ke arah Hayu lalu berbisik, "Setahuku, kemampuan seperti itu biasanya diturunkan dari keluarga atau bisa saja karena kamu seorang si .... Lupakan, intinya aku mengira kamu sama denganku?"

Hayu sama sekali tidak mengerti apa yang diucapkan oleh Yustas. "Sama denganmu? Maksudnya?"

Yustas semakin mendekatkan kepalanya, sebelum dia sempat bicara, Dirga mengetuk meja tepat di tengah-tengah mereka sambil berkata, "Waktunya kita berangkat."

Hayu melihat Liana juga berdiri di belakang Dirga. Yustas terlihat kesal karena ia baru saja akan mengatakan sesuatu tapi diganggu oleh kedatangan Dirga. Anak itu bahkan tidak menawarkan makan pada Dirga dan Liana lalu berdiri. "Baiklah ayo kita berangkat." Ucapnya kesal.

Hayu mengangkat tangan, "Tunggu, aku mau menghabiskan burger ini dulu. Sayang kalo tidak dihabiskan." Potong Hayu dengan ekspresi ceria. Baik Dirga maupun Yustas bertukar pandang sekilas lalu duduk kembali. Dirga di sebelah Hayu dan Liana duduk di sebelah Yustas.

Liana masih diam dan sesekali melirik ke arah Yustas, sedangkan anak itu melihat jauh ke luar jendela. Hayu bahkan masih mempertanyakan kenapa anak itu bisa berakhir pada situasi ini.

"Liana, kamu sudah makan?" Tanya Hayu sambil melirik ke arah gadis itu.

Liana menatap Hayu tanpa ada ekspresi, "Sudah ..." Jawabnya pendek sambil melirik ke arah Yustas yang masih melihat jauh ke luar jendela.

Hayu tersenyum kecil mendengar jawaban itu. Untuk pertama kalinya Liana berbicara dengannya tanpa rasa marah atau kesal.

Setelah Hayu akhirnya selesai makan, gadis itu mengelap tangan dengan tisu basah kemudian ia mengajak teman-temannya untuk pergi menonton festival. Jarak restoran cepat saji ke pusat alun-alun tidak terlalu jauh. Suasana pagi itu meriah. Kebanyakan orang-orang datang ke festival dengan memakai kebaya atau baju beskap dan secara umum merayakan pernikahan kerajaan yang tidak terjadi tiap tahunnya.

Banyak orang berjualan souvenir, makanan, atau pamer pertunjukkan di sekeliling alun-alun. Bagian tengah sudah dikosongkan untuk diisi panggung terbuka tinggi.

Hayu berjalan duluan dan dengan otomatis Dirga berjalan di sebelahnya, tetapi itu tidak bertahan lama. Yustas juga maju untuk berjalan di pinggir Hayu juga. Gadis itu menyadari kalau Liana berjalan sendiri jika dua anak ini berjalan di sebelahnya.

Hayu akhirnya berjalan melambat, lalu menarik Liana untuk melingkarkan lengannya pada gadis itu. Dirga dan Yustas menoleh ke belakang.

"Kalau jalan bertiga, kasihan Liana sendiri. Aku jalan dengan Liana saja sambil ikut kalian."

Yustas terlihat menggerutu pelan, tapi akhirnya berjalan ke belakang dua anak perempuan itu diikuti oleh Dirga.

"Kalian saja yang di depan, biar kami bisa mengawasi kalian." Tungkas Yustas.

Hayu tersenyum mendengar itu kemudian menarik Liana untuk jalan duluan. Liana di sisi lain lumayan kaget saat Hayu memelan untuk berjalan bersamanya. Meskipun ia tidak benar-benar menyukai Hayu, cara gadis itu memperlakukan Liana membuat Liana sadar kalau Hayu adalah orang yang menghargai orang lain.

"Kenapa kamu nggak jalan sama mereka saja?" Tanya Liana.

"Kamu kan juga ikut main hari ini, masa kami jalan bertiga, kan gak etis." Jawab Hayu tenang.

Liana tersenyum kecil mendengar itu. Ia bahagia ada orang yang peduli padanya ketika kebanyakan dari orang lain tidak ingin berinteraksi dengannya.

"Apa kamu tidak takut?"

"Takut apa?" Tanya Hayu sambil melirik ke arah Liana dan lagi-lagi seorang nenek berjalan di sisi lain Liana.

"Entahlah, kebanyakan teman-temanku bilang kalau aku menakutkan dan kesal padaku. Jadi aku benar-benar tiďak punya teman dekat.

Sebelum Hayu sempat merespon, terdengar suara ledakan keras dari pusat alun-alun.

Hayu, Liana, Dirga dan Yustas segera berlari menjauhi pusat alun-alun.

-------------------------------------------------------------

Seguir leyendo

También te gustarán

7.1M 371K 46
Daisy Mahesa, seorang model terkenal. Ia juga merupakan putri tunggal dari keluarga Mahesa. Menjadi seorang model merupakan mimpinya, namun sayang ka...
984K 72.4K 33
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
1.6K 145 32
"Jadi gini deh sekarang, kita menikah atas dasar di jodohin, pastinya lo belum siap dengan keadaan kaya gini. Jalani tugas masing masing aja ya. Lo s...
560 198 31
Tora tidak menyangka, jika menjadi anggota OSIS di SMA Wina Dharma justru menjadi sakelar terburuk yang pernah ia hidupkan. Demi mempertahankan beas...