AFTER MARRIED || (T A M A T)

De hananayajy_

437K 47.6K 15.7K

The next story 'MY COLD PRINCE 2' Cerita perjalanan Arkan dan Maura yang penuh duka, luka dan air mata, kini... Mais

P R O L O G
WEDDING DAY
PANGGILAN NORAK
KEINGINAN MAURA
YANG TERCANTIK
KETAKUTAN ARKAN
I'M YOURS
DUGAAN
KEJUTAN
KEGUGURAN
RECALL
GIVE ME A GIFT
MASA KECIL ARKAN
GOOD ADVICE
CEROBOH
UNKNOWN
JEBAKAN
UMPATAN KASAR
KELUARGA KECIL
KESEPAKATAN
ENDING
BONUS PART
SPECIAL PART
SEQUEL AFTER MARRIED

PERHATIAN

10.7K 1.7K 1.5K
De hananayajy_

Happy Reading

.

.

💍💍💍

Maura mendengus saat ia terbangun tidak mendapati Arkan di sebelahnya. Maura lalu beranjak dari kasur menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Lima belas menit kemudian Maura keluar dari kamar mandi dengan handuk biru yang melilit tubunya. Maura lalu berjalan mendekati lemari sembari memegangi perutnya khas wanita hamil.

Maura meringis kecil. Semakin perutnya membesar semakin sulit dirinya melakukan aktifitas. Tapi di samping itu Maura bersyukur karena memiliki Arkan yang sangat pengertian dan selalu siaga memenuhi kebutuhannya.

Yah, Maura berharap kehidupan rumah tangga mereka terus berjalan mulus tanpa adanya hambatan lagi.

Cklek!

Maura menoleh saat pintu kamar terbuka menampilkan sosok Arkan yang sudah rapih dengan kaus hitam lengan panjang berlehernya. Rambut setengah basahnya yang selalu jadi favorit Maura itu semakin membuat Arkan terlihat manly. Maura tidak pernah bosan dengan penampilan Arkan dalam gaya apapun.

"Udah bangun?" Arkan menghampiri Maura memberikan kecupan lembut di pipinya.

"Kenapa belum pake baju? Nanti masuk angin" Arkan lalu menarik lembut tangan Maura dan mendudukkannya di tepi ranjang. Arkan berjalan ke lemari mengambil pakaian untuk Maura.

"A-aku bisa sendiri" ujar Maura nampak gugup saat Arkan melepas handuk yang melilit tubuhnya hendak memakaikannya pakaian.

"Berapa lama kamu mandi?"

"Hmm ... gak lama kok"

"Berapa menit?"

"Mungkin sekitar lima belas menit atau lebih"

"Itu lama, Sayang"

"Uuh, aku kan mandinya emang segitu, Boo"

"Badan kamu dingin, Sayang"

Arkan kembali melepaskan atasan yang tadi sudah ia kenakan ke tubuh Maura lalu bergerak membuka laci mengambil minyak kayu putih.

Arkan menuangkan minyak kayu putih itu ke satu tangannya, mengusapnya dengan kedua tangan lalu mengolesinya ke tubuh Maura. Arkan mengulangnya lagi sampai seluruh tubuh Maura terkena minyak kayu putih, memastikan agar istrinya tetap hangat.

Sedangkan Maura terdiam dengan detak jantungnya yang kencang. Gugup saat kedua tangan Arkan yang terasa hangat menyentuh tubuhnya. Meskipun mereka suami istri, tetap saja Maura merasa malu setiap kali Arkan melihat tubuhnya.

"Bekas lukanya mulai hilang" kata Arkan, mengecup salah satu bekas luka cambukan Samuel di punggung Maura. Membuat tubuh Maura meremang di buatnya.

Arkan menatap satu persatu bekas luka-luka di punggung Maura. Sebagian luka yang tidak terlalu parah sudah hilang, hanya menyisakan bekas luka yang sebelumnya terlihat cukup parah. Arkan selalu rutin memberikan gel penghilang bekas luka ke tubuh Maura. Berharap jika setelah semua bekas luka itu hilang, Maura tak perlu lagi merasa cacat dan Maura lebih semakin percaya diri.

Arkan tidak peduli jika ia harus mengerahkan segala pengorbanan atau hartanya sekalipun. Selama Maura bahagia, Arkan akan melakukannya.

Arkan lalu bergerak memakaikan pakaian ke tubuh Maura. Ia tersenyum melihat tampilan istrinya yang tetap terlihat cantik meskipun memakai switer rajut putih berleher lengan panjang dan rok hitam bercorak bunga dengan renda di bagian bawahnya.

Arkan lalu berjalan mengambilkan hairdryer untuk mengeringkan rambut Maura. Selesai mengeringkan rambut, Arkan lalu berjongkok di hadapannya.

"K-kamu ngapain, Boo?" tanya Maura ketia tangan Arkan bergerak mengangkat switernya ke atas menampilkan perut buncitnya.

Arkan mengecup lembut perut Maura lalu mendongak. "Nyapa jagoan ayahnya"

Pipi Maura memanas mendengarnya. Ucapa manis Arkan barusan membuat jantung Maura berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Perlakuan dan kata-kata manis Arkan, Maura selalu di buat melayang.

Cup!

Maura membelalak ketika Arkan mengecup bibirnya. Ia hendak melemparkan protes, tapi tidak jadi karena ucapan manis Arkan lagi.

"Jagoan pengen ayahnya cium bundanya"

Ya ampun, begini saja wajah Maura sudah semakin terasa panas. Maura tidak tahu seberapa memerah wajahnya saat ini di hadapan Arkan.

Arkan tersenyum, tangan kanannya terangkat membelai kepala Maura penuh sayang. "Kamu laper? Aku udah masakin makanan kesukaan kamu"

Mata Maura berbinar. "Nasi goreng keju?"

Arkan mengangguk.

"Mau!"

Arkan tersenyum geli. Di kecupnya lagi bibir Maura gemas lalu menggendong Maura keluar, menuruni anak tangga dan mendudukkannya di kursi makan. Arkan lalu berjalan lagi ke arah dapur.

Dari tempatnya Maura menautkan kedua jemari tangannya, memangku dagunya memperhatikan Arkan yang sedang membuatkan susu untuknya.

'Suami idaman.' Maura terkikik geli, tidak menduga jika Arkan sangat ahli melakukan pekerjaan rumah dan mengurusnya.

Maura pikir, Arkan yang terkenal kaku, santai dan tidak pedulian itu tidak bisa melakukan hal semacam ini. Maura sungguh terkejut melihat Arkan benar-benar ahli melakukan semuanya setelah mereka menikah.

Seperti membersihkan rumah, mencuci piring, pakaian, dan hal-hal yang seharusnya Maura lakukan sebagai istri yang mengurus rumah selama suami bekerja, Arkan yang melakukannya. Arkan selalu melarang Maura melakukannya, enggan melihatnya kelelahan.

Setiap Maura protes dan mengeluh karena merasa tidak berguna sebagai istri, Arkan selalu menajawab 'Aku nikahin kamu buat jadi istri dan ibu dari anak-anakku, bukan jadi pembantu.'

Maura tidak tahu lagi harus bagaimana agar Arkan mengizinkannya melakukan pekerjaan rumah. Di izinkan memasak saja Maura sudah sangat bersyukur, meskipun itu harus dalam pengawasan Arkan.

Maura tahu Arkan sangat mempedulikannya.

"Aku tau aku ganteng"

Maura tersadar dari lamunannya. Arkan baru saja duduk di samping Maura seraya meletakkan segelas susu yang dibuatnya di hadapan Maura.

"Pede banget sih!"

Arkan hanya tersenyum geli. Maura mulai memakan nasi goreng kejunya dengan gugup. Betapa tidak gugup, Arkan memperhatikannya terus, seolah dirinya lebih menarik ketimbang nasi goreng keju kesukaan Arkan.

"Ng-ngeliatin apa sih, Boo?!"

"Ngeliatin malaikat cantik lagi makan"

Astaga. Bisa jantungan Maura pagi-pagi. Satu tangan Maura turun mengelus perutnya, rasanya ada ribuan kupu-kupu berterbangan di dalamnya.

"Gak usah liatin aku terus ih! Habisin sarapan kamu!"

Arkan tersenyum lagi. Melihat wajah Maura yang kian memerah malah semakin menambah kecantikannya. Arkan terheran sendiri, kenapa istrinya itu malah semakin cantik meskipun bobot tubuhnya makin bertambah. Entah Arkan yang sangat mencintai Maura sampai ia tetap tergila-gila dengan Maura dalam bentuk apapun, atau memang Maura yang memiliki turunan dari mamanya—Laura.

Oh, omong-omong soal Laura, Arkan hampir lupa dengan janji mereka. Sepertinya nanti Arkan harus menelpon mertuanya kembali untuk melanjutkan pembahasan soal rencana mereka.

"Sayang, hari ini gak usah ikut ke kantor gapapa kan?"

"Loh, kenapa?" tanya Maura agak kecewa.

"Hari ini aku ada kelas tambahan di kampus dan banyak urusan di kantor, ada pertemuan klien juga nanti. Takut kamu capek kalo ngikutin aku terus, kamu di rumah aja"

"Berarti kamu bakal pulang malem?"

Arkan mengangguk, Maura memasang wajah cemberutnya.

"Sendirian dong"

"Aku bakal kirim orang buat nemenin kamu di rumah"

Maura menghela napasnya. Sejujurnya Maura kecewa, ia ingin terus bersama Arkan, tapi Maura juga tidak mau egois. Arkan bekerja keras untuknya dan calon bayi mereka, jadi Maura harus mengerti.

Tapi kenapa perasaannya tidak enak?

Arkan melirik arloji yang melingkar di tangannya lalu membelai pipi Maura. "Udah jam segini, aku berangkat ya?" ucapnya lalu berdiri, mengambil jaket yang tersampir di sandaran sofa ruang tv.

"Tapi kamu belum sarapan"

"Udah hampir telat, Sayang" Arkan menghampiri Maura, memberikannya kecupan dikeningnya. Hendak melangkah pergi, namun di tahan Maura.

"Kamu gak boleh pergi kalo belum makan sedikitpun!" Maura lalu berdiri mengangkat piring makanannya. Menyendokkan nasi goreng dan menyuapkannya ke mulut Arkan.

"Cari nafkah boleh, tapi perut kamu harus diisi"

Arkan terenyum mengacak pelan puncak kepala Maura. "Iya. Makasih, Sayang"

"Jangan sampe sakit, kalo kamu sakit siapa yang ngurus aku?"

"Itu gak akan terjadi"

"Kamu harus janji" kata Maura seraya membersihkan noda di bibir Arkan. Arkan tersenyum senang dengan perlakuan Maura, tangannya terangkat menggenggam tangan Maura.

"Bersihinnya jangan pake tangan"

"Terus pake ap—"

Belum selesai berbicara, Arkan sudah lebih dulu menerjang bibirnya dengan sebuah ciuman, melumatnya lembut. Arkan mengambil alih piring dari tangan Maura dan meletakkannya ke atas meja, menarik tengkuk Maura lebih dalam. Menghantarkan perasaan cintanya pada Maura. Arkan baru menyudahinya ketika tangan Maura memukul dadanya, kehabisan napas.

Di tempelkannya kening mereka hingga Arkan bisa merasakan hembusan napas halus milik Maura. Matanya menyorot manik mata Maura dalam, Arkan mengecup bibir Maura sekali lagi.

Ah, Arkan jadi tidak ingin berpisah dengan Maura. Tidak ingin meninggalkan perempuan tercinta yang tengah mengandung anaknya, darah dagingnya.

Arkan jadi tidak rela.

Arkan membingkai wajah Maura lembut. "Bilang kalo kamu gak bolehin aku pergi"

"Kalo aku larang, kerjaan sama kuliah kamu gimana?"

Arkan mengecup bibir Maura lagi. "Aku gak peduli" jawabnya dengan suara serak.

"Kalo kamu bangkrut gimana?"

Arkan terkekeh. "Kamu takut aku jatuh miskin?"

Maura mengangguk polos, membuat Arkan terkekeh lagi, merasa gemas. "Aku gak bakal jatuh semudah itu"

"Kalo kejadian gimana?"

"Gak perlu khawatir, aku masih sanggup biayain hidup kamu dan anak kita"

Maura mendengus memukul dada Arkan. "Emang kamu gak takut?"

Arkan menggeleng. "Aku cuma takut kehilangan kamu"

Maura mengulum senyumnya. "Berangkat gih, nanti telat"

Arkan mengangguk, ia kembali membingkai wajah Maura, mengecup seluruh wajah istrinya itu. "Baik-baik di rumah, jangan bandel, kalo ada apa-apa telfon aku"

Maura mengangguk. Arkan mengecup bibir Maura sekali lagi lalu melangkah pergi.

Maura menatap punggung Arkan yang mulai menjauh dan hilang di balik pintu, selanjutnya ia mendengar suara deru mesin mobil milik Arkan yang terdengar mulai meninggalkan pekarangan.

Maura menghela napasnya tidak bisa melihat kepergian Arkan sampai lelakinya memasuki mobil dan menjauh. Arkan melarangnya untuk keluar karena cuaca di London saat ini tengah sangat dingin. Arkan tidak ingin Maura masuk angin.

Ia lalu duduk lagi di kursi dan melanjutkan sarapannya kembali.

☃☃☃

Bunyi bel pintu terdengar. Maura yang tengah mencuci piring pun harus menghentikan kegiatannya, mengeringkan kedua tangannya dan berjalan ke arah pintu, melihat siapa yang pagi-pagi ini datang bertamu.

Teringat ucapan Arkan yang akan mengirimkan orang untuk menemaninya di rumah selama Arkan tidak ada. Maura pikir Arkan hanya bergurau, tapi ternyata suaminya itu benar-benar mengirimkan orang untuknya.

Maura membuka pintu, matanya melebar melihat sosok tegap kakaknya kini berdiri di hadapannya dengan senyuman mengembang di wajahnya.

"Surprise"

"Kak Al!" pekik Maura berhambur ke pelukan Alvarel. Matanya sudah berkaca-kaca, terharu melihat Alvarel datang menemuinya. Jadi ini yang dimaksud Arkan orang yang dia kirim?

"Kak Al kok bisa disini?" Maura menggiring Alvarel masuk ke dalam rumah.

"Urusan kantor, semalem baru sampe"

"Kok gak bilang Rara sih?" Maura cemberut.

"Kakak udah ngabarin Arkan, sengaja aja biar jadi kejutan. Rara seneng?" tanya Alvarel mengacak pelan puncak kepala Maura. Lama tidak bertemu adik kesayangannya, Maura jadi lebih kelihatan berisi. Alvarel lega Arkan mengurus Maura dengan sangat baik.

"Adara gak ikut?"

Alvarel menggeleng. "Kakak cuma tiga hari disini"

Maura memanyunkan bibirnya. "Berarti kita gak bisa jalan-jalan?"

Alvarel hanya tersenyum membelai kepala Maura.

"Rara kangen Kak Al. Kak Al gak kangen Rara? Kok cuma tiga hari aja sih disini?" cicitnya.

"Kakak gak bisa ninggalin Dara sama Noah lama-lama, Sayang"

"Ih, Kak Al mah ... mentang-mentang udah ada Noah, sayangnya kebagi!" keluh Maura melipat kedua tangannya di dada. Wajahnya yang tengah cemberut itu malah terlihat lucu di mata Alvarel.

"Yaudah, hari ini kita jalan-jalan, gimana?"

"YES! Gitu dong! Kak Al emang terbaik!" Maura lalu bangkit dari sofa. "Tunggu ya, Rara ganti baju dulu!"

"Jangan lari-lari!" teriak Alvarel memperingati saat Maura berlarian menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Alvarel menggeleng, Maura masih saja begitu meski sedang hamil. Seolah tidak takut sesuatu terjadi pada Maura dan juga bayinya jika Maura bergerak seenaknya.

☃☃☃

Derap sepatu terdengar di sepanjang koridor kantor. Sapaan demi sapaan dia dapatkan dari beberapa pegawai yang ia lewati.

Maura tersenyum membalasnya. Hari ini moodnya sedang naik setelah acara jalan-jalannya dengan Alvarel tadi. Meskipun Alvarel tidak bisa lama-lama menamaninya jalan-jalan karena panggilan kerjaan, Maura sudah sangat senang.

Mereka sempat berjalan-jalan ke taman dan membeli waffle stroberi kesukaannya. Maura bahkan memakan bagian Alvarel karena kurang, dan itu mengundang tawa Alvarel. Tidak menyangka jika adiknya akan serakus ini untuk urusan makanan.

Tetapi, Alvarel sempat mengatakan jika dia beruntung melihat Maura saat ini. Alvarel bilang Maura jauh terlihat baik semenjak menikah dengan Arkan. Alvarel memuji Arkan mengurusnya dengan baik, jadi Alvarel tidak khawatir lagi dengan Maura.

Iya sih, Arkan memang mengurusnya dengan sangat baik. Sangat-sangat baik sampai Maura kelimpungan dengan perlakuan manis Arkan padanya. Maura jadi merasa seperti majikan dan Arkan pembantunya.

Oh, mungkin ada yang bertanya kenapa Maura datang ke kantor Arkan. Maura kemari membawakan makanan yang ia beli di jalan bersama Alvarel yang juga mengantarkannya kemari.

Maura ingat jika tadi pagi Arkan hanya makan sedikit sarapan, jadi ia berfikir untuk membawakan makan siang. Arkan pasti melupakan jam makannya karena terus sibuk bekerja.

Maura tersenyum lagi menatap paper bag makanan di tentengnya. Pasti Arkan akan senang melihatnya membawakan makanan untuknya.

Maura sudah sampai di depan ruangan Arkan, satu tangannya yang bebas terangkat menekan knop pintu dan membukanya.

Maura hendak melangkah masuk, namun tidak jadi ketika ia melihat pemandangan menyesakkan di depannya.

💍💍💍

Yang mau A.M update lagi besok, skuy nabung komen sampe 1k

Stay safe ya kalian, jangan sakit"

Sayang kalian banyak-banyak!

Continue lendo

Você também vai gostar

2.9M 147K 61
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
2.5K 203 25
"Gue samudra, dan lo langitnya. Setiap gue bergerak, dan apa yang gue lakuin, lo bisa saksi-in dari atas sana. Begitupula sebaliknya. Kita saling pah...
1.8M 9.8K 6
Blurb : Romantisme nikah muda. Tentang bagaimana manisnya rumah tangga Kelvin Pradijaya dan Raisya Katarina. Tapi sayangnya seseorang dari masa lalu...
Love Hate De C I C I

Ficção Adolescente

3M 209K 37
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...