เผ„แต—แตƒแต‰แต—แถปแต˜; ๐—›๐—ฒ๐—ฎ๐˜ƒ๐—ฒ๐—ป๐—น๐˜† ๐—ฆ๏ฟฝ...

By dlcemre_

33.4K 5.3K 2.7K

-Heavenly Sins. 11Jan21 More

PROLOGUE.
Part 1- Blue and Grey
Part 2-Hujan
Part 4-Sahabat
Part 5-Mengenal
Part 6-Tidak Mengenalku
Part 7-Saat Ditanya.
Part 8- Calon Ibu Peri Cantik dari Disneyland
Part 9-Anak Mungil Pita Merah, Aigoo Kamjagiya
Part 10-Harapan dalam Penggalan Film di Bioskop
Part 12-Menangis di Jalan Pulang
Part 11-Demi Penjaga Kantin Kesayanganmu
Part 13-Si Cerah Mentari Jimin.
Part 14-Yang Paling di Rindukan di Seluruh Dunia
Part 15-Fatamorgana
Part 16-Look at Me? I am.
Part 17- Aku akan Menjagamu.
Part 18-Japchae's Advertisement
Part 19-Aliansi Rumah Sakit dan Sepasang Suami Istri.
Part 20-Spaghetti Level 10
Part 21-Spill The Tea
Part 22-Pelukku untuk Pelikmu
Part 23-Jika Nanti Aku Kembali Pulang
Part 24-Ini Cerita Tentang Rumah yang Berbeda dan Berjarak Jauh
Part 25-Cause I've Been Running from The Sun
SHANNON CHOU IG.
Part 26-Tak Ingin Usai
Part 27-Katanya Mimpiku 'Kan Terwujud, Mereka Lupa Tentang Mimpi Buruk.
Part 28- Make A Wish, ์ฃผ์ฏ”์œ„๐Ÿฆ‹
Part 29-๋‚  ์•ˆ์•„์ค„๋ž˜?
Part 30-I Found U.
Part 31-"-you are the girl i want. I want to be together."
Part 32-Seperti Takdir Kita yang Tulis
Part 32-Mencari Cinta
Part 33-Don't Look Back in Anger
Bab 34-Kereta ini Melaju Terlalu Cepat
Bab 35-dan, Selesai
UPDATEโ€ผ๏ธ

Part 3-Tanya

818 155 87
By dlcemre_

Inseminasi✓

Inseminasi adalah sebuah teknik medis dalam membantu proses reproduksi dengan memasukkan sperma ke dalam rahim dengan cara yang disebut dengan kateter. Salah satu prosedur medis untuk mengatasi masalah kesuburan (infertilitas). Inseminasi buatan bertujuan untuk meningkatkan jumlah sperma yang dapat mencapai saluran indung telur (tuba falopi), sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan.

Nafas Taehyung berhenti sejenak memandangi layar laptopnya. Temaram lampu di ruang kerjanya membuatnya merasa aman melakukan pencarian informasi dari Google. Jika Irene tahu Taehyung mengulik-ulik informasi seperti ini, wanita itu akan terluka. Jelas bukan Irene tempat bersemayamnya tuba falopi dan sperma—karena rahim istrinya itu sangat lemah.

Apa Taehyung benar-benar akan melakukan ini? Pertanyaan Jimin tadi di cafe jelas mengganggunya sampai sekarang. Membangkitkan harapan lama Taehyung yang sudah bertua di dalam hati.

Buah hati. Anak kecil yang lucu—salinan sempurna dirimu dan wanita yang kau cintai.

Apa Irene akan marah kalau Taehyung menyatakan aspirasinya? Apa Taehyung akan melukai wanita yang dia cintai itu?

Suara langkah kaki yang mendekat membuat Taehyung kalap. Gerakan cepat menutup akses seluruh pencarian dan mengarahkan lembar kerja ke pada aplikasi word.

“Kau mau kopi?” suara lembut itu disambut senyuman hangat Taehyung.

Jam 1 lewat 24 menit waktu Korea. Subuh sekali untuk pulang. “Kau baru pulang sayang?”

Irene berjalan mendekat, masih dengan gaun hitam ketat yang membentuk tubuh dan riasan make up yang belum di hapus. Wanita super sibuk itu mengangguk dengan wajah bersalah.

“Maafkan aku sayang. Teman-teman mengajak ke bar sebelum pulang dan untungnya aku tidak mabuk. Maaf ya...”

Taehyung tersenyum dan meraih tangan istrinya untuk duduk di pangkuannya. Yang terpenting adalah kejujuran, maka semua akan baik-baik saja. Itu prinsip pernikahan mereka sejak awal.

“Kenapa harus marah? Kau jujur dan aku menghargai itu.”

Irene tersenyum malu-malu saat bibir sang suami menempel lembut di pipinya yang dingin. “Apa kau sudah makan?”

“Sudah dengan Jimin di cafe selepas pulang kantor. Dan yaaa—apa istriku yang cantik ini sudah makan?” pertanyaan semacam bodoh. Jelas saja kan sudah makan, berkumpul dengan gang konglomerat merupakan sebuah kemustahilan untuk tidak menyentuh makan malam mewah.

Tapi basa-basi adalah hal manis dan romantis dalam percintaan serta menggambarkan siapa yang bertanya berhati lembut dan bertanggung jawab.

“Aku senang ditanya meskipun suamiku sudah tahu jawabannya.”

Taehyung tertawa dan mengecup puncak kepala Irene berkali-kali. “Aku mencintaimu, istriku.”

“Tapi kau tahu kalau aku lebih mencintaimu.”

Taehyung menggeleng, “Aku lebih-lebih-lebih-lebih dan lebih lagi mencintaimu.”

“Aku lebih-lebih-lebih-lebih-lebih seratus kali mencintaimu!”

Taehyung tertawa lagi, senyum kotak dan mata menyipit membuat Irene turut merasakan detak sempurna pada jantungnya. “Seluruh dunia juga tahu kalau aku lebih-lebih-lebih-lebih-lebih-lebih-semilyar-milyar-triliun-dunia juta...”

“Hentikan...” Irene tertawa dan mengunci bibir sang suami dengan telapak tangannya.

Jika dalam menyatakan hal cinta kepadanya, Taehyung selalu tidak mau kalah. Tingkahnya lebih dari anak kecil yang pamer mainan kepada teman-teman bermain agar membuat lawan main menjadi iri. Irene menyukai sifat kekanak-kanakan dan manjanya Kim padanya.

Saat Irene hendak menarik kembali tangannya, Taehyung menahan tangan itu dan menciumi mesra telapak tangan mungil sang istri.

“Kenapa kau begitu sempurna, hmm? Aku bahkan sangat memujamu. Sinar rembulan bahkan kalah dengan wajah cantik istriku ini,” Taehyung menyatukan hidung bangirnya dengan hidung mungil Chou Irene.

Dalam sekejap, mata mereka bertemu dan selama menit berlalu bibir beradu. Ciuman hangat yang memabukkan yang membawa mereka kepada hasrat panas yang terpendam.

“Aku merindukanmu,” satu bisikan lembut Irene mampu menggoyahkan seluruh urat ke-lelakian Kim Taehyung.

Tangannya meraih seluruh tubuh sang istri. Mata mereka masih beradu dengan penuh artian, mengunci adanya hasrat yang harus dituntaskan detik itu juga.

Sekali lagi Taehyung tersenyum sambil mencium mesra pipi lembut istrinya. Dan dalam sekali tarikan otot, Irene sudah ada dalam gendongan Taehyung menuju kamar mereka yang hangat.

Tidak bisa hamil bukan berarti tidak bisa bercinta, bukan?


✨💜✨

“Hey Minji sayang, tenanglah yaa. Kan papa disini, nak. Kenapa masih nangis terus sih?”

Suara tangisan Minji semakin merong-rong keras memecah keheningan rumah gedong milik Jimin. Anak perempuan satu-satunya itu menangis keras semenjak ibunya pamit pagi tadi ke Jepang. Mempunyai istri yang produktif adalah keuntungan dan kerugian tersendiri.

Jimin tak pernah marah sih kalau sang istri begitu sibuk. Karena tak dipungkirinya bahwa perkerjaan Mina adalah salah satu pekerjaan termulia. Menyembuhkan dan membantu menyelamatkan nyawa orang-orang. Jadi, Jimin tak pernah kerepotan menjaga putrinya seperti ini.

Wajahnya mirip Mina sih, tapi sifatnya—pasti Jimin sekali. Karena Minji kalau menangis seperti anak-anak kehilangan induk. Duhh... Jimin merutuk pada dirinya sendiri karena sekarang Minji meronta-ronta tidak jelas dalam gendongannya.

“Minji sayang, besok mamanya akan pulang. Sekarang sama papa dulu yaa anakku yang cantik.” Jimin menepuk-nepuk punggung sang anak dan mencoba bernyanyi, tapi yang ada Minji malah semakin menangis.

“Sayang—papa ada urusan kantor siang ini. Jangan rewel terus...bagaimana papa bisa meninggalkanmu yang cengeng ini. Hati papa jadi tidak tenang nanti.”

Jimin masih berusaha sekuat tenaga, namun suara bel rumah menyadarkannya dan terpaksa membawa Minji turut serta membukakan pintu.

“Sebentar—” Jimin berjalan ke arah pintu masuk dengan Minji yang menangis sepanjang perjalanan.

Ceklek! Saat pintu terbuka wajah Jimin pucat pasi. Sahabatnya ada disini. Yang benar saja, Jimin masih terkejut.

“Tae—Taehyung?!”

Taehyung tersenyum manis dengan beberapa bingkisan ditangannya yang diyakini Jimin beragam mainan untuk Minji.

“Hy, mannnn...” sapa Taehyung ceria.

“Ha—ha...—Hai,” bukan apa. Jimin pasti terkejut bukan main. Soal kejadian semalam benar-benar memalukan. Maksudnya dengan segala keikutserta  campuran Jimin pada rumah tangga Taehyung benar-benar tidak bisa dimaafkan.

Tapi dengan sumringahnya sahabatnya ini datang tanpa beban dan tidak melupakan janjinya menjaga putri Jimin hari ini. Apa Taehyung benar-benar tidak marah?

Semalaman Jimin bahkan memaki-maki dirinya sendiri sepanjang perjalanan pulang karena mulutnya yang ember ini. Dan jujur saja, dia tidak berharap lebih jika Taehyung tidak mau menjaga putrinya hari ini karena ketersinggungan, tapi lihat man—Taehyung datang dengan sikap bertanggungjawab dan senyum kotak sempurnanya. Sahabatnya ini benar-benar sahabat!

“Sudah jam 11 lewat, kenapa kau belum siap-siap pergi rapat?” tanya Taehyung dengan alis mengkerut.

“Ah itu...” suara Jimin tertutupi oleh tangisan Minji yang makin keras.

“Pergilah. Aku akan menjaga Minji untukmu.”

Tanpa banyak basa-basi Jimin menyerahkan putrinya kepada Taehyung dan dalam hitungan 5 menit anak itu berhenti menangis dalam pelukan hangat Taehyung.

Jimin ternganga lebar dengan segala ketakjuban dan sekaligus ketakutan, takjub karena Minji langsung merasa tenang dan—siapa yang tidak tenang di samping Taehyung?

Sekaligus ketakutan karena—“Apa benar anak gadis cerewet ini putriku? Apa kau dan Mina sempat bermain dibelakangku?” tanyanya bercanda dan dihadiahkan tendangan dari langit biru oleh Kim Taehyung dengan nomor punggung 31 bulan 12 tahun 1995.

“Bersiap sajalah bedebah!”

Jimin cengengesan, “Aku sayang kau sahabat.” ujarnya segera berlari ke kamar mandi sebelum mendapatkan tendangan dari langit biru season 2 dengan nomor punggung 14 bulan 6 tahun 1999.


✨💜✨

Menjaga anak adalah hal yang paling disenangi Taehyung. Sewaktu kecil dulu—Taehyung sering berkunjung ke rumah temannya yang mempunyai adik bayi hanya untuk mencubitinya karena gemas.

Kini anak Jimin itu sudah sampai di rumahnya. Taehyung menimangnya dengan perasaan haru dan bangga. Meskipun bukan darah dagingnya ternyata hal ini bisa membuat mood Taehyung benar-benar baik.

Minji bermain dengan Taehyung, tertawa terus dan anak itu tampak senang.

“Minji anak yang baik, Minji anak yang cantik... Jadi anak yang pintar ya, nak. Membanggakan mama dan pa—”

ceklek!

“Taehyung?”

Taehyung mendongak melihat siapa yang datang ke dalam kamar dan langsung berhadapan dengan wajah pucat pasi Irene.

“Sayang—” Taehyung tersenyum seraya melangkah mendekati Irene. “Lihat ini siapa yang...”

Namun Irene mempunyai respon berbeda, wanita itu berjalan mundur dengan rasa takut yang melingkupinya, “Setelah Jimin menjemputnya, kau bisa hubungi aku untuk pulang. Aku pergi dulu.”

Taehyung menyadari ketidaksukaan Irene setelah wanita itu bergegas pergi dan bergetar hanya karena menatap Minji. Taehyung menatap kepergian istrinya yang terlalu terburu-buru.

Bagaimana bisa Irene membenci makhluk kecil seimut kamu, nak? Kamu terlalu manis untuk tidak disukai. Maafkan Tante Irene ya, Minji sayang.

Taehyung menghela nafasnya dalam dan berakhir dengan senyuman menatap Minji yang memasukkan jempolnya ke dalam mulutnya.

“Kapan aku bisa memiliki makhluk kecil menggemaskan sepertimu, nak?” Ujarnya tanpa sadar.


✨💜✨

Jimin terkejut saat bertabrakan dengan seorang wanita yang baru keluar dari toilet di dalam hotel berbintang 5. Wanita itu jatuh dengan posisi berlutut dan barang yang wanita itu bawa berserakan di lantai.

Dengan gerakan cepat Jimin membantu wanita berambut panjang itu untuk bangkit dan memunguti barangnya. Namun, kartu identitas yang tak sengaja terbaca membuat Jimin mengernyitkan keningnya.

“Lee Tzuyu?”

Tzuyu mendongak dan segera menatap orang yang baru saja menabraknya. Mereka bersitatap dalam kurun waktu beberapa detik. Tak lama ditariknya cepat kartu identitas itu dari tangan Jimin karena pria itu hanya diam seperti mencoba mengenali dirinya.

“Maaf—aku tidak sengaja.” ujar Tzuyu sebelum buru-buru pergi meninggalkan Jimin yang masih diam seperti mencoba mengingat-ingat sesuatu.

Pria Park diam dan terus menatap wanita cantik itu. Tzuyu Lee? Seperti tidak asing. Seperti sebuah nama yang sering Jimin dengar. Tapi siapa? Dimana? Apa itu salah satu teman kencannya dulu? Tidak! Wajahnya cukup asing. Namun, nama itu begitu akrab di telinga Jimin.

Dimana dia mengenal gadis dengan penampilan acak-acakan, super seksi, dan terlalu berbahaya seperti itu? Tapi dia benar-benar sangat cantik.

Jimin mengendikan bahunya, pasrah. Namun otaknya terus bekerja siapa gerangan yang sering menyebut nama itu berulang kali. Tapi entahlah! Nama orang Korea bukannya mirip semua? Dengan langkah gontai Jimin mulai masuk ke dalam toilet dengan nama wanita itu yang terus memenuhi otaknya.

✨💜✨

“Irene!! Kenapa ada disini? Bukannya suamimu ada di rumah?”

Irene tersenyum senang melihat siapa yang akhirnya datang keluar. Memang tadi setelah dia mengetahui anak sahabat suaminya itu di rumah, Irene buru-buru pergi karena dadanya terasa sangat sesak. Dan ada perasaan tidak nyaman pada tubuh dan pikirannya. Irene bukan wanita yang jahat. Dia hanya terlalu tidak menyukai anak kecil karena kenangan lama yang melukainya.

Dilihatnya sahabatnya Jeongyeon meletakkan dua cup lemon tea dan roti asin di atas meja disebelahnya. Setelah merapikan sedikit rambutnya, Jeongyeon duduk di sebelah Irene dan menatap ke arah kolam ikan yang ada di dekatnya.

“Memangnya aku tidak boleh aku menjumpai sahabatku ini?

“Kenapa bicara begitu sih, cantik? Aku kan hanya bertanya. Kenapa kau jadi malah bicara begitu.” Jeongyeon tersenyum menenangkan Irene. Dan setelah saling bertatapan tak enak. Kedua sahabat berbeda penampilan itu tertawa.

“Hari ini anak sahabatnya suamiku ada di rumah. Taehyung sedang menjaga anaknya Jimin.” Irene menatap kosong dan diam begitu saja.

Jeongyeon menarik nafas dalam. Ikut merasakan kerisauan sahabatnya—karena memang begitulah seharusnya sahabat kan?

Wanita berambut pendek sebahu itu mengusap punggung tangan sang sahabat. Tahu benar apa yang Irene rasakan dan alami selama ini. Tak mudah, Jeongyeon tahu. Bahkan sangat sulit, Jeongyeon juga tahu.

“Irene—semua akan baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir. Tak perlu juga panik.”

Irene tersenyum, “Aku tidak panik.” ditatapnya mata Jeongyeon.

Bohong sekali. Kenapa Irene harus berbohong saat sorot mata itu mengatakan yang sebaliknya?

“Irene—”

Ada hening yang sangat panjang. Ada keheningan yang sangat hening. Hanya terdengar sepoi-sepoi angin berhembus dari pohon bamboo disekitar kolam ikan.

Hawa sejuk tak berarti mendinginkan hati Irene. Hati dan jiwanya terlalu panas sampai membuatnya menangis tersedu-sedu.

“Sayangku...” Jeongyeon dengan siaga berjongkok di hadapan Irene, mengusap kedua tangan yang tersampir diatas kedua paha.

Irene masih menangis dan terus menangis, mengeluarkan segala rasa sakit dalam hatinya, akar pahit yang tak siapapun merasakan seperti dirinya. Istri yang tidak berguna, istri yang tidak bisa diandalkan, istri yang nyaris seperti benalu. Istri dan wanita yang tidak sempurna. Bahkan kekayaan yang Irene miliki, kekayaan yang suaminya miliki, ketenaran, karir yang gemilang, wajah yang cantik—semuanya sia-sia. Tidak berguna!

“Apa ada masalah? Kenapa kau menangis sampai begininya? Ayo cerita. Kita akan coba selesaikan bersama-sama.”

Irene menggeleng.

“Ayo tenangkan dirimu dulu sayang.”

Irene menarik nafas sejenak, mencoba menenangkan dirinya meskipun dia masih ingin menangis dan mengeluarkan kesedihan dan kekecewaan yang ia pendam pada dirinya sendiri.

“Semalam Taehyung menanyakan sesuatu hal, yang sudah lama sekali dia tidak tanyakan.” lirih Irene.

“Apa?”

“Bolehkah kami mengadopsi anak.”

Jeongyeon diam. Irene diam. Dan diamnya Jeongyeon semakin membuat Irene terisak. “Apa aku sudah keterlaluan selama ini?”

Jeongyeon menghela nafas dan memeluk sahabatnya itu. “Tidak begitu sayang, kenapa sih kau selalu menyalahkan dirimu sendiri? Kau tidak boleh begini.”

“Jeongyeonnie~ kau jangan berbohong begitu hanya untuk menjaga perasaanku! Bagaimana aku tidak keterlaluan. Suamiku sendiri, selama bertahun-tahun menyimpan asa untuk mendapatkan seorang keturunan. Tidak peduli dari siapa dan bagaimana, Taehyung hanya mau anak. Itu saja! Aku selama ini mengira kami baik-baik saja tanpa anak. Tapi saat Taehyung bertanya itu aku mulai takut.” isaknya penuh kesedihan. Tiada yang lebih menyedihkan lagi selain ini dipikiran Irene. Selain mendengar suamimu menginginkan sesuatu yang tak bisa kau beri untuknya dan hanya itu jalan satu-satunya.

Jeongyeon langsung mengelus lembut punggung Irene yang bergetar. “Irene, jangan bicara begitu! Aku percaya pada Taehyung. Aku percaya padanya. Dia selalu menjagamu. Dia sangat menyayangimu. Tenanglah ya. Dia pasti tidak berniat apapun yang membuatmu kecewa. Jadi tenanglah. Pikiranmu yang terlalu jauh dan membuatmu sedih.” ujar Jeongyeon berusaha menghibur sahabatnya itu.

“Jeongyeonnie~” ujar Irene setelah tangisnya mereda dan pelukan mereka sudah terlepas.

“Iya sayang?” ujar Jeongyeon dengan manik mata penasaran.

“Apa kuizinkan saja Taehyung mengadopsi anak ya?”

Mata Jeongyeon melebar menatap Irene. Karena dia tahu, sahabatnya ini paling anti dengan anak kecil. Apalagi anak yang bukan berasal dari dirinya.

TBC 📌
Mohon maaf ya yorobun, sebenarnya setengahnya udah siap jauh bulan. Tapi pas dipertengahan aku ngeblank ya jadi pending dulu deh :") maaf baru bisa lanjutkan sekarang ya.

Tapi sebisa mungkin aku bakal rajin update yang ini juga. Aku juga baru belajar nulis cerita sesedih ini. So, harap maklum ya yorobun💜

Kalau ada masukan, bisa dikomen ya. Karena aku masih belajar banyak juga hehew. Votenya jangan lupa juga **smooch. Dan satu lagi. Jangan mengharapkan Taehyung dan Tzuyu bakal temunya cepat, ya emang karena alur storynya lama. Jadi begitu ya semuanya :( diikuti aja alurnya mau gimana. Yang pasti iya, mereka akan jumpa (yaiyalah, namanya TaeTzu story) tapi ngga cepat ya sayang2nya Cece. Mohon dukungannya 🤗

💜🐯🐶

dulce—

Continue Reading

You'll Also Like

Ervan By inizizi

Teen Fiction

1.6M 114K 76
[Brothership] [Not bl] Setiap orang berhak bahagia, meskipun harus melewati hal yang tidak menyenangkan untuk menuju kebahagiaan. Tak terkecuali Erva...
3M 256K 62
โš ๏ธ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

3.8M 225K 28
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
2M 101K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET ๐Ÿšซ "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...