Playboy Bukalapak

By Pakean

19.6K 4.5K 3.6K

Bagi gue rasa sakit itu, cukup melihat hewan peliharaan gue, sayang-sayangan sama bini barunya di depan mata... More

1. Salah paham
2. Lamaran Unfaedah
3. Akad - Resepsi dan Rasa Iri
4. Rugi
5. Bukan Balapan Liar
6. Jatuh tapi tidak miskin
7. Suara ditengah malam:v
8. Tanpa Judul:v (Spesial Kemerdekaan)
9. Honeymoon yang tertunda?
10. Belok?
11. Modus mah bebas:v
12. Bukan Kesurupan
13. Hari Paling Sial
14. Bukan Nikung Sumpah!
15. Innalilahi
16. Bukan Adik Gue!
17. Tahan-tahan
19. Lahiran
100. Akhir kisah
20. Jujur
21. Chat
22. Cinta Terlarang:v
23. Bukan Cinderamata

18. Pengajian

370 119 255
By Pakean

"Buah mangga buah persik.
Gue deg-degan liat cewek cantik," gumam Raka.

"Ekhem Ka, yang lu bilang cantik itu Emak gue,
dan kebetulan dia Janda, minat jadi bapak tiri gue? Segera daftarkan diri lo sekarang juga, sebelum stoknya kehabisan." - bisikan sesat anak tetangga.

Typo gentayangan.

---

Brukkk....

Suara benturan keras mengagetkan Anggi yang sedang khusuk menonton tv.

Apa ada maling? Gumam Anggi.

Anggi buru-buru bangun dari acara duduk-duduk santainya. Takut beneran kalau rumahnya kemalingan, dia belum siap jadi miskin.

Tidak-tidak Gi jangan suudzon dulu, siapa tau itu suara gajah jatuh. Batinnya menenangkan.

Angi berjalan sambil berjinjit supaya tidak meninggalkan suara. Dia berlari kearah ruang tamu dan bersembunyi dibalik tembok. Serta tak lupa tangannya dengan terampil mengambil pajangan disana.

Ambil saja apa aja yang penting berguna! 

Sementara Raka sang pelaku kebisingan tersebut masih setia berjongkok sambil bersandar di pintu.
Dia masih merutuki ke geblekannya yang bisa-bisanya terpesona sama pacar orang.

Sepertinya bibit-bibit pebinor mulai tumbuh di rahim si Anggi. Astagfirullah Anggi lo itu berdosa.

Gue jadi ke inget pepatah lama. Apapun dosanya, Anggilah yang menanggungnya.

Raka mengacak rambutnya dengan frustasi "Gue harus gimana? Bisa-bisanya gue suka sama si Adelia." gumam Raka. "Pikiran gue kayaknya perlu di ruqiyah," gumam Raka stres.

"Arrrggg.....," teriak Raka sambil sesekali menendang angin.

Tapi Raka tidak sadar akibat teriakannya, Anggi yang sedang bersembunyi terlonjak kaget, dan tanpa sengaja menjatuhkan pajangan yang tadi dia pegang.

Prangg.......

Raka kaget dan segera berlari kearah suara pecahan tersebut. Dia melihat Anggi yang sedang terdiam melihat pajangan yang sudah hancur tidak berbentuk. Raka terenyuh melihat keterdiaman Anggi kasian sih.
Tapi rasa kasihannya tidak lama, setelah Raka teliti lebih lama ternyata pajangan itu kesayangannya emaknya. Gawat inimah alamat si Anggi diusir dari rumah. Kan, Alhamdulillah.

Anggi masih membisu ditempatnya. dan tak lama dia tertawa anggun mirip Kunti.

Raka kaget dan bertanya-tanya "Apakah adiknya itu kerasukan roh Kunti penunggu pohon durennya Pak Sholeh?" gumam Raka pelan.

Raka masih khusuk melihat Anggi yang masih tertawa, tanpa ada niat membantu sedikitpun.

Raka mendekati Anggi dan menepuk pelan pundaknya mencoba menenangkan, Anggi masih tertawa dan tak lama rengekan dan tangisan Anggi mulai terdengar. Maka disanalah Raka pamit undur diri, dia tidak mau terlibat masalah lebih jauh. Meskipun secara tidak langsung dialah penyebabnya.

----

Malam sekitar Isya

Rumah Adelia tampak ramai dengan orang-orang yang silih berganti memasuki rumahnya. Dan kebetulan, Raka yang baru pulang dari sholat berjamaah melihatnya.

Dia Jadi Sholeh untuk sementara, demi menggaet anak Pak Ustad. Ekhem

Karena rasa penasarannya sudah tidak terbendung. Raka segera menghentikan salah satu warga untuk bertanya, dia menepuk pundak salah satu bapak-bapak yang kebetulan ada didepannya.

"Pak! Dirumah Pak firman ada acara apa? Kok ramai?" tanya Raka heran.

"Lah, Nak Raka enggak tau emangnya? Kalau dirumah Pak Firman ada acara pengajian selamatan kehamilan Selena itu loh yang putih, tinggi, cantik lagi.

Raka yang mendengar jawaban tetangganya heran.

Sejak kapan si Selena Tinggi? Cantik? Kalau putih iya.
Kalau tinggi? Mana mungkin mustahil, tinggi bisa aja kalau si Selena sering minum susu Ze*,  Cantik? yang bilang si Selena cantik fixs matanya kelipan berlian. gumam Raka pelan.

"Kok, Saya enggak diundang ya pak?" ringis Raka.

"Emang Nak Raka siapanya pak Firman?" tanya bapak tersebut langsung tembus ke hatinya.

Ngejleb banget ye guys

Raka kicep mendengar pertanyaan bapak tersebut, dia bingung menjawabnya, Raka hanya bisa menggaruk tengkuknya yang mendadak gatal.

"A-nu Pak, saya duluan ya pak!" pamit Raka.

"Lah, saya tanya baik-baik malah ditinggal, dasar anak jaman sekarang, enggak ada sopannya"

Tak lama ada bapak-bapak yang menyapa bapak-bapak itu.

"Lah, Pak Ustad kenapa masih diluar, mari pak masuk.

---

Rumah Raka

Raka memasuki rumahnya dengan tergesa-gesa sambil tangannya dengan terampil membuka sarung yang tadi di pakainya dan melemparkannya ke pinggiran sofa. Dia segera mendudukkan dirinya di sofa yang kebetulan dari tadi terus menggodanya minta di duduki.

Raka bersandar di sofa tersebut sambil memejamkan matanya menikmati keheningan ini.

"Enak banget kalau rumah sepi kayak gini," gumam Raka.

Suara grasak-grusuk mengganggu keheningan yang sedang Raka nikmati dan tak lama suara familiar terdengar memanggilnya.

"Den," panggil sebuah suara.

Raka segera membuka matanya dan terlonjak kaget melihat penampakan di depannya. Gila Deket banget tuh muka.

"Astagfirullah, kamu siapa?"

"Ini bibi den, masa enggak kenal,"

"Kenal kok, cuma pura-pura aja,"

"Den Raka berdosa banget,"

"Untung dosa gue di tanggung pemerintah, jadi kagak apa-apa berbuat dosa sebanyak apapun."

Astagfirullah. Untung anak majikan, coba kalau anak sendiri sudah tak buang ke rawa-rawa. Batin si bibi

"Terserah Den Raka saja, bibi ikhlas asal Den Raka cepat waras,"
"Lagian Den Raka ngapain malah santai-santai dirumah bukannya ikutan pengajian di rumah sebelah."

Raka yang mendengar ucapan si bibi hanya menyimak dengan khusuk.

"Gue kagak diundang, malu lah kalau datang ke sana," jawab Raka kalem.

"Lah, kata siapa enggak diundang? Semua warga komplek diundang semua, nyonya sama tuan aja diundang, neng Anggi juga."

Mendengar jawaban si bibi tentang orang tuanya dan Anggi yang sudah pergi tanpa mengajaknya dia mendadak kesal. Tega kali kagak ngajak gue.

Dia mengepalkan tangannya dengan kesal.
Kemudian Raka segera beranjak untuk berangkat ke rumah sebelah yang tak lain rumah Adelia.

---

Jalan

Raka berjalan keluar, dia segera berjalan ke rumah sebelah tapi niatnya yang akan buru-buru urung karena si bibi memanggilnya.

"Den!" teriak si bibi.

Raka menghentikan langkahnya di depan gerbang rumah Adelia. Dia segera berbalik dan menjawab panggilan si bibi. "Apa lagi si bi, gue lagi buru-buru nih takut ketinggalan."

si bibi berucap sambil menyerahkan sesuatu kepadanya. "Anu den ini." ucap si bibi sambil memberikan sarung yang tadi dia pakai.

Raka mengernyit heran buat apa dia di kasih sarung.

"Buat apa Bi?" tanya Raka heran.

"Buat nutupin rasa malu den Raka," jawab si bibi tegas.

"Gue kagak tau malu bi, jadi kagak perlu ditutup-tutupi lagi, udah kebal," ucap Raka kesal.

"Tapi kali ini Aden perlu!" ucap si bibi ngotot.

"Apa sih bi, bawa pulang lagi sarungnya," ucap Raka tegas sambil memberikan lagi sarungnya kepada si bibi.

"Ih Aden dibilangin malah ngeyel, yakin nih bibi bawa pulang lagi?"

"Yak..." ucapan Raka terpotong karena sebuah suara yang dia kenal menyapanya.

"Cuit-cuit... Rak, lo kagak kedinginan?" tanya Wahyu sambil memeluk tiang rumah Adelia. "Kalau gue sih butuh kehangatan."

"Kagak lah, ngapain gue kedinginan gue kan pake baju," jawab Raka sewot. "Kalau butuh kehangatan kuy gue bakar."

"Jahat banget lo mau bakar gue," jawab Wahyu sedih. "Tapi bawah lu kagak pake baju tuh." lanjut Wahyu.

Raka segera melihat kebawah dan dia tersadar dia hanya memakai celana pendek setengah lutut.

"Kok geblek ya, masa iya ikut pengajian kagak sopan gini. bisa-bisanya gue kagak sadar, hampir aja gue mempermalukan diri didepan camer." ucap batin Raka.
Alhamdulillah masih bisa memperbaiki diri.

"Ya mana mungkin baju dipake di kaki Wahyuni!" Raka berucap dengan geram. 

"Kali aja lo coba-coba pake baju di kaki," ucap Wahyu kalem.

Si bibi hanya menyimak dan akan segera beranjak dari sana, Raka yang menyadari pergerakan si bibi segera menghentikannya.

"BIBI MAU KEMANA!" teriak Raka karena panik si bibi yang akan pergi membawa sarungnya.

Si bibi yang mendengar teriakan Raka segera mengelus dada karena terkejut.

"Mau pulang lah den, kan bibi sudah tidak diperlukan lagi disini,"

"Pergi sih, pergi tapi jangan bawa sarungnya dong!," ucap Raka sewot.

"Lah, tadi Aden nyuruh bibi bawa pulang sarungnya, kok Aden PHP sama bibi."

"Sini," Raka merebut sarung dari tangan si bibi dan segera memakainya di sana. "Sana pulang jaga rumah!" perintah Raka.

Si bibi berbalik dan berjalan sambil menghentakkan kakinya. 

Tak lama setelah si bibi pulang ke alamnya, Pak Firman selaku penyelenggara keluar menegur Wahyu dan Raka yang masih di luar.

"Raka, Wahyu masuk!"

---

Rumah Pak Firman

Raka duduk bersebelahan dengan Wahyu dan anak tetangga sebelah.

Pengajian telah selesai daritadi, Wahyu sibuk memakan ini itu, sedangkan Raka terdiam. Melihat kiri kanan, di depannya yang paling jauh dia melihat emaknya yang sedang cekikikan dengan ibu-ibu calon-calon mertua Raka kelak. Sementara bapaknya sama saja, sibuk ngobrol dengan bapak Adelia. Calon  bapak mertuanya. Ekhem. Tapi anehnya dia tidak melihat keberadaan Anggi. Tapi yasudah lah dia kagak perduli.

Raka mengedarkan pandangannya mencari-cari keberadaan Adelia yang entah kenapa tidak terlihat keberadaannya daritadi. Dan tak lama berselang dari arah dapur muncul Adelia beserta Ba..bi eh Bagas Maksudnya yang setia disampingnya sambil tertawa-tawa bahagia sedangkan Raka menderita.

Bisa-bisanya si Adel bikin gue panas di tengah pengajian ini, gue berasa jadi setan yang lagi di usir secara tidak langsung.

"Panas anjir," gumam Raka berbisik.

"Hah, Nanas?" beo Wahyu. "Lo mau nanas Ka?" tanya Wahyu sambil menyodorkan sepotong nanas.

"Bukan," sangkal Raka.

"Kirain," ucap Wahyu sambil lanjut memakan makanan yang ada didepannya. Pamali kalau dianggurin.

Mata Raka masih mengikuti kemanapun Adel pergi, meskipun dia harus menahan rasa panas melihat Adelia yang masih bersama Bagas.

"Ini tidak bisa dibiarkan, batin Raka kesal.

Raka merogoh saku baju koko nya, dia berniat mengambil hp. Raka membuka hp nya dan segera mengirim pesan WhatsApp kepada Adelia.

To : Adelia calon ibunya anak-anak

"Del?

"Lo cantik banget pake baju itu, si Selena aja kalah  sama kecantikan lo. Hehe..

"P

"P

"P

"P

"P

"Del? Kok kagak di balas?

Setelah mengirim pesan kepada Adelia, Raka masih harap-harap cemas menunggu balasan Adelia, 5 menit berlalu tapi tak ada balasan disana.

Sedangkan disana Adelia masih asyik mengobrol dengan Bagas tanpa memperdulikan pesan Raka.

Sampai pada saatnya acara bubar, Adelia masih tetap tidak membaca pesannya.

Dan Raka seakan menyadari, bahwa ternyata dia tidak seberharga itu dimata Adelia. Miris.

---

Jalan

Raka menundukan kepalanya sambil berjalan berdampingan dengan Wahyu yang kebetulan rumahnya satu arah.

"Lupakan Adelia bro," ucap Wahyu sambil menepuk pundaknya.

"Tapi gue kagak bisa lupa Wahyuni," ucap Raka melas.

"Lo bisa! Asal ada niat! Cewek bukan hanya Adelia, masih ada Ayu, Silvia, Mikha, si Sesil juga cakep," ucap Wahyu menenangkan," kemudian Wahyu melanjutkan "Apalagi anak pak Ustad, siapa namanya gue lupa?" tanya Wahyu.

"Aisha," jawab Raka datar.

"Iya Aisha, eh AISHA!" teriak Wahyu ketika benar-benar melihat Aisha didepannya, yang saat ini sibuk mengobrol dengan Anggita di depan gerbang  rumahnya.

Raka yang mendengar teriakan Wahyu segera mengalihkan pandangannya kearah depan
dan benar saja, di sana ada Aisha yang sholeha sedang tersenyum kearahnya.

Sementara itu mendengar namanya dipanggil, Aisha berbalik dan mencari sumber yang memanggil dia segera tersenyum ramah sebagai formalitas. Tapi tanpa sengaja matanya bertubrukan dengan mata Raka, cepat-cepat dia menundukan kepalanya.

Raka tersenyum-senyum sendiri dengan pikirannya.

"Ternyata move on itu segampang ini kawan."gumam Raka cengengesan.

Sorry Del gue moveon dulu.

Hahaha....

Ternyata merangkai kata sama susahnya dengan menyatakan cinta.

Gue telat up ?

Kangen gue;v?

Cerita gue kalau kgk nyambung, harap maklum. Efek langsung up.

Kapan-kapan gue revisi kalau niat:v

Salam

Prdt_
















Continue Reading

You'll Also Like

869K 74.8K 46
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.2M 117K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
2.2M 131K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
353K 25.3K 24
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...