Click On ╏ C. Beomgyu (ON HOL...

By hanwistereia

32.1K 5.2K 1.9K

"...ada yang mau sama lo, tapi lo-nya gak mau. Giliran lo-nya mau, dianya gak mau..." -Yang Jeongin, 2020 Ini... More

00 : prolog
01 : new page
02 : another side
03 : as if it's
04 : inner
05 : mood
06 : Jongho
07 : play date
08 : all day long
09 : move on? system not found
10 : don't die
11 : I like him
12 : focus
13 : lunch
14 : thinking out loud
15 : day and night
16 : pleasure
17 : like always
18 : conversation
19 : followed
20 : boy-space-friend
21 : reason
22 : let it all go
23 : sweet talking
24 : attached
25 : Cause I'm Envy
26 : coming home
27 : from home
28 : for home
29 : hands on me
30 : next to you
31 : meet up
33 : almost ended
34 : just a dream
35 : how it's ended
36 : summer break
37 : affirmation
38 : another page
39 : roommate
40 : bothered
41 : daily of college
42 : dating on the festival
43 : dating on the festival (2)
44 : two is better than one
45 : confident
46 : under control
47 : who's knows?
48 : he knows
49 : tossed around
50 : the bitter part of life

32 : sick

555 95 34
By hanwistereia

Kepala Beomgyu rasanya pusing, nyut-nyutan. Apa dia kebanyakan belajar? Menurutnya sih enggak, kalau dibandingkan dulu pas tahun pertama yang sampai pernah mimisan gara-gara belajar kimia.

Alhasil, selama seharian itu Beomgyu literally diam.

"Beomgyu sakit?" tanya tiba-tiba Minju bikin semua yang ada di meja makan itu berhenti dan menoleh ke Beomgyu.

Bola mata Beomgyu melebar menatap Minju. "Enggak, kenapa mikir gitu?"

"Soalnya diem aja, biasanya pecicilan." jawab Minju.

Baru juga Minju menyelesaikan ucapannya, Jeongin yang duduk di sebelah Minju—cewek itu memang duduk persis di hadapan Beomgyu—langsung menyondongkan badannya buat menyentuh wajah sahabatnya.

"Lo agak anget."

"Kalau gak anget gak hidup gue."

"Bukan gitu goblok!" bilangnya gitu, tapi Jeongin juga malah noyor kepala Beomgyu.

"Ini cuman pusing dikit kurang tidur. Biasanya juga gitu kan?" sahut Beomgyu sambil mengusap dahinya yang ditoyor.

"Justru karena kebiasaan makanya gak boleh dibiasin lagi!"

"Ya mau gimana lagi!?"

"Udah, jangan malah ribut. Mending habisin dulu makanannya." kata Jiyeon menengahi. Kalau dia lihat kayaknya Beomgyu memang betul butuh istirahat, tapi temannya itu kan arca batu alias ngotot banget kalau diomongin susah.

Jiheon tahu kalau Jeongin pasti bakal nyuruh Beomgyu buat skip aja kelas selanjutnya nanti yang pasti ditolak Beomgyu.

Mereka kembali melanjutkan makan, tapi suasananya lebih canggung dari sebelumnya. Sebelum Minju negur Beomgyu mereka memang lagi pada diem-dieman juga, tapi masing-masing karena capek dan lapar, kalau sekarang mah, yah... gitu deh.

Drrt drrt

Ponsel Jeongin yang ditaruh di atas meja bergetar dan layarnya menyala. Dahinya mengeryit ketika kontak Jiheon tertera di notifikasi.

Jiheon
jeongin jangan marahin beomgyu, temenin aja
nanti gue pergi beliin obat buat dia

Jeongin
oke (ಥ﹏ಥ)

"Kenapa malah nangis coba?" pekik Jiheon.

"Siapa yang nangis?"

Jiheon gak sadar kalau dia keceplosan, langsung nyengir sambil geleng-geleng. "Eh, gak ada kok, gak pa-pa, hehehe..." dia ngelirik Jeongin yang kalau lagi gak makan pasti bakal nepok jidat.


❏❏❏


"Gue gak sakit." kata Beomgyu pas Jeongin mengulurkan tablet putih padanya.

"Gue gak bilang lo sakit, cuman badan lo agak anget dikit."

"Tapi gue gak sakit," Beomgyu manyun. "terus tangan lo tuh gak steril pegang-pegang obat kayak gitu. Banyak bakterinya—"

"Anjing emang!" Jeongin gak tahan lagi ngebujuk Beomgyu baek-baek seperti yang dibilang Jiheon, akhirnya dia cubit pinggang sahabatnya itu bikin langsung teriak terus obatnya langsung dicekokin ke mulut Beomgyu pas mangap.

"OBATNYA PAIT!"

"Ya emang, kayak muka lo!"

"Nih, minum, steril kok. Segelnya belum dibuka." Jiheon mengulurkan botol minum yang memang masih baru. Daritadi dia nyimak pas Jeongin 'ngebujuk' Beomgyu.

Soalnya seru meski pun melelahkan :'D

Beomgyu langsung minum airnya banyak-banyak. Gak suka dia tuh minum obat. Bukannya gak bisa nelen, tapi aneh rasanya ada yang ganjel di kerongkongannya gitu. Kan takut Beomgyu tuh kalau obatnya gak masuk kerongkongan tapi malah nyangkut di tenggorokkan. Terus obatnya masuk dan bersemayam di paru-paru gimana? Nanti tiap kali napas, bukannya nyium aroma ayam goreng malah nyium obat yang nyangkut di paru-parunya itu, gimana?

Dan begitulah contoh overthinking kalau semasa sekolah biologinya remed.

Karena Beomgyu sepertinya mulai semangat lagi—dikit—Jeongin dan Jiheon jadi agak tenang.

Sampai setengah jam pertama kelas berlangsung...

"Jeong," bisik Beomgyu di sebelahnya.

"Kenapa?"

Beomgyu megangin lehernya sambil natap Jeongin dengan muka serius. "Kok kerongkongan gue masih kerasa keganjel, apa jangan-jangan obatnya masuk ke tenggorokan terus nyangkut di sana gara-gara lo cekokin?"

Jeongin bingung antara mau ngatain atau ikutan overthinking. Kan dia biologinya juga remed.


❏❏❏


Kepala berdenyut Beomgyu sudah mereda, tapi sekarang dia ngantuk berat. Ingin sekali langsung balik ke asrama terus rebahan dan tidur, tapi sayang keinginannya itu harus ditunda karena kerja kelompok tugasnya.

Bukan cuman Beomgyu sih, tapi bisa dibilang, semua kelompok di mata kuliah itu seolah-olah janjian buat kumpul.

Dari curi-curi dengar, beberapa kelompok bakal kumpul barengan di kantin, sekalian makan. Kelompok Beomgyu sendiri pilih berkumpul di salah satu selasar gedung laboratorium teknik.

Prioritasnya yang penting ada colokan, ada meja dan kursi, dan terpenting WiFi. Makanan urusan belakang, tinggal suruh Junseo turun ke lantai satu buat beli jajan di vending machine atau lari ke koperasi.

Yha, Junseo lari ke koperasi memang terealisasikan sih. Untung gak sendiri, tapi bareng Yuri.

Agak sedih juga sih sebenarnya kalau nyimak nasib Junseo dari awal kelompok ini terbuat sampai sekarang. Tapi, apa boleh boleh buat, Beomgyu lagi mager sekarang. Dia cuman bisa nitip roti melon sama susu stroberi karena dia juga laper.

Tapi, gak perlu berlama-lama, sesaat setelah Junseo dan Yuri begabung, kerkom segera dimulai.

"Karena minggu depan udah mulai ujian, dan kita belum tahu sistem presentasi ini kayak gimana, pokoknya tiga hari dari sekarang materi, laporan termasuk ke desain-desainnya harus udah rampung. Biar besok-besok kita fokus buat ujian lainnya dan gak mikirin ini lagi." kata Jaeyun.

"Gue setuju. Lagian kita udah gak bisa asistensi lagi dan Jumat depan nanti udah harus ngumpulin soft copy laporan termasuk logbook individu yang dikoordinir jadi satu. Kalau bisa sebelum jam 10 malam harus udah rampung total dari revisi masing-masing biar ngumpulinnya gak mepet jam 12 malam pas." Nakyung menambahkan yang disetujui Jaeyun.

"Yang lain gimana?"

Tanya Jaeyun diangguki yang lain tanda setuju. Meski pun sebenarnya mereka iya-iya nurut aja karena sejak awal memang yang dominan pegang komando kalau gak Jaeyun ya Nakyung.

"Beomgyu, gimana? Kira-kira desainnya bisa diselesaikan minggu ini? Biar lo juga cepet istirahat."

Beomgyu mengangguk pelan, padahal dalam hati ketar-ketir; anjir anjir anjir. "Bisa."

"Sip, oke semangat semuanya, tinggal sedikit lagi sama tugas kelompok ini dan sisanya fokus ke ujian masing-masing." Jaeyun menepuk tangannya memberi semangat.

"Semangat!" Yuri berseru, jadi satu yang masih paling semangat sambil ngemil pepero.

Beda Junseo yang malah garuk-garuk kepala belakangnya. "Ya Tuhan, libur kapan sih?"

Nakyung memutar bola matanya malas. "UAS aja belum mulai udah bahas libur. Hadeuh..."


❏❏❏


Beomgyu baru kembali ke asrama ketika langit telah gelap. Langkah kakinya yang berat terdengar menggema ketika menapaki tangga. Enggak biasanya suasana setenang ini kecuali akhir pekan dan... masa-masa mendekati ujian. Mungkin jurusan lain juga akan—atau bahkan sudah—memasuki UAS.

Brukk

Sesampainya di kamar, Beomgyu langsung merebahkan dirinya di kasur.

Ngantuk banget... kenapa ngantuk banget? Efek obat dari Jeongin tadi kali ya?

Beomgyu menggeram pelan dengan wajah di bantal.

Kalau dia tidur sekarang, mungkin tengah malam nanti dia bakal bangun terus lanjut buat nugas dan bikin laporan. Tapi, kalau dia tidur sekarang, gimana kalau ada yang nyariin perihal tugas kelompok? Tapi, kalau ngerjain sekarang, Beomgyu gak yakin dia bakal konsen karena kelopak matanya berat banget. Seberat beban hidup mahasiswa teqniq.

Lama-kelamaan melamun di posisi tengkurap—ditambah beralaskan bantal di kepala—malah meringankan isi kepalanya, lantas lambat laun pandangannya menggelap.

Beomgyu tertidur.

Tapi Beomgyu ketiduran seperti cuman sekejap mata karena pintu asramanya diketok barbar.

TOK TOK TOK TOK TOK TOK

Anjeeenggg, siapa sih?!

Gak tahulah! Beomgyu terlalu mager buat bangun. Semoga aja bukan tutor yang ngasih kabar kalau asrama kebakaran.

TOK! TOK! TOK! TOK! TOK!

"BEOMGYU JANGAN MATI DULU! LO MASIH JOMBLOOO!!"

Suara yang jelas gak asing itu buat Beomgyu langsung bangun buat buka pintu. "BANGSAT LU JEONG—"

Bug!

"Akh!"

Beomgyu melotot kaget karena gebukannya salah sasaran. Malah gak kena Jeongin yang ternyata berdiri gak persis di depan pintu.

Yang berdiri persis di depan pintu malah tetangganya.

"Kak Soobin!" Beomgyu langsung mendekati Soobin yang setengah membungkuk sambil memegangi perutnya.

"Ng-nggak pa-pa... g-gue gak pa-pa, cuman kaget..."

"Gue lebih kaget, kak! Yang teriak kayak suaranya Jeongin tapi malah ada elo!"

"Y-ya, sorry, gue dateng bareng dia..."

"Harusnya gue yang minta maaf... Maafin gue ya kak..." Beomgyu merasa bersalah banget sampai ikut ngusap-ngusap perut Soobin tanpa sadar.

Sementara Jeongin cengo melihat interaksi dua pemuda Choi, seseorang tolong jangan jelaskan apa yang terjadi...

"Heh, behel, mau ke mana lo?" sewot Beomgyu begitu beralih dari Soobin dan melihat sahabatnya hendak beranjak masuk ke kamarnya.

"Gue udah lepas behel!" Jeongin balik sewot terus mengulurkan kresek putih ke Beomgyu. "Gue tadinya mau nengokin elu, siapa tahu malah terkapar."

"Ha?"

Bukannya menjawab, Jeongin malah menoyor Beomgyu.

"Adoh! Apa-apaan sih—"

"Jangan sakit lo, Senin nanti udah UAS." kata Jeongin terus beralih ke Soobin. "Kak Soobin, gue titip Beomgyu ya?  Kalau dia nakal, gelindingin aja dia ke tangga biar otaknya geser."

"Heh!"

"Oke." sahut Soobin sambil 👌

"Ih! Kalian kok komplotan!?"

"Ya udah, sekarang gue pamit. Kak Soobin, pamit dulu ya, makasih udah nemenin!" pamit Jeongin.

"Iya, hati-hati pulangnya."

Jeongin senyum ke Soobin, tapi pas noleh ke Beomgyu dia malah ngacungin jari tengahnya. "Pulang dulu ya bitch, sama-sama."

Beomgyu auto; ASDFGHJKL! Kalau gak ada Soobin, Beomgyu sudah bakal loncat menyusul Jeongin buat gebuk-gebuk sahabatnya itu.

Mana persis di sebelah tangga turun, Jeongin malah berbalik terus teriak, "Gue tahu lu mau misuhin gue, tapi gak bisa karena pencitraan! Cupu!"

Beomgyu ngeremet kantung kresek sambil natap empet. Kalau gak ada kak Soobin, kalau ga ada kak Soobin—HSHSHSHSHHSHS!

Tapi, kekesalan Beomgyu menguap lantaran usapan lembut di puncak kepalanya. Tanpa menolah pun Beomgyu tahu betul pelakunya.

Tangan Soobin perlahan turun sampai mengusap lembut dahi Beomgyu, diikuti tatapannya yang merendah mensejajarkannya dengan Beomgyu. "Kata Jeongin lo sakit."

Mata Beomgyu mengerjap, lantas menggeleng sambil menarik kepalanya menjauh. "Enggak, dia aja yang lebay."

"Tapi dia kayaknya khawatir banget, sampai dibawain ginian," Soobin mengintip sedikit isi kantung kresek yang dipegang Beomgyu. "Jangan sakit dek."

"Gue juga gak mau sakit, apalagi minggu depan UAS."

"Minggu depan lo gak UAS pun jangan sakit dong."

"Ya namanya orang sakit, kalau udah waktunya emang gue bisa ngatur?" tanpa sadar Beomgyu menyahut agak ketus.

Beomgyu gak bakal sadar kalau saja reaksi Soobin gak tiba-tiba terdiam. Biasanya cowok yang lebih tua itu bakal langsung mengatainya supaya gak marah-marah atau menoyor jidatnya.

Hah, kenapa sih? Akhir-akhir ini, setiap berhubungan dengan Soobin, Beomgyu selalu melakukan hal konyol?

Padahal sudah beberapa hari mereka gak ketemu sampai mengobrol banyak. Cuman saling sapa ketika papasan pas pagi mau berangkat.

Beomgyu merasa agak bersalah, tapi kayaknya aneh kalau dia tiba-tiba minta maaf. Jadi, Beomgyu merogoh cepat satu barang di kresek pemberian Jeongin dan mengulurkannya pada Soobin.

"Gak ada yang mau sakit, kakak juga jaga kesehatan. Kakak juga baru pulang kan?" Beomgyu melirik tas yang menggantung di pundak Soobin.

"Iya. Tadi pas di selasar asrama ketemu Jeongin jadi sekalian," Soobin menerima botol—yang ternyata—minuman energi. "Dia bilang lo sakit—"

"Gue gak sakit."

"Agak seperti sakit tapi cuman kurang tidur," Soobin cepat meralat. "gitu dah pokoknya. Jadi sekalian..."

Sebelah alis Beomgyu terangkat. "Daritadi kakak bilang 'sekalian', maksudnya sekalian apa? Sekalian balik ke kamar? Sekalian nengokin gue?"

"Iya."

Oke. Beomgyu gak betul-betul bermaksud ke sana. Tapi Soobin menjawabnya terlampau cepat membuatnya mau gak mau memutar otak lebih cepat pula.

"Gue gak pa-pa, gue udah gak pa-pa. Sana ah, kakak balik ke kamar sendiri aja kalau gak ada apa-apa lagi." Beomgyu mendorong Soobin—agak memaksa—sampai membuatnya berjalan mundur.

Grep

Soobin tiba-tiba menahan pergelangan tangan Beomgyu dan mencondongkan badannya mendekat.

Beomgyu melotot kaget dan refleks memundurkan wajahnya. "K-kenap—"

"Setelah gue perhatiin, ternyata lingkaran bawah mata lo cukup hitam."

Kampret, jantung Beomgyu langsung berdebar cepat. "G-gue gak pa-pa! Dibilang ngeyel banget sih!" didorongnya wajah Soobin menjauh, tapi tangan Beomgyu malah balik dipegang dan diturunkan.

"Gue khawatir."

"K-khawatirin diri lo sendiri!"

"Ya tapi—"

"Dahlah!" Beomgyu langsung mendorong Soobin menjauh dan berbalik memasuki kamarnya sendiri. "Gue bukan anak kecil! Gue dah gede! Dah, met malem!" serunya sebelum menutup pintu.

Brak! Cklek!

Spontan Beomgyu langsung mengunci pintu dan merubuhkan badannya ke kasur.

Gue kenapa sih? Gue kenapa sih?! Kemarin-kemarin masih biasa aja! Gak tahu ah, aneh banget gue! Aneh! Aaarrghh, sebel!

Sementara Beomgyu pusing dengan dirinya sendiri, enggak tahu kalau Soobin masih bertahan di tempat—enggak langsung memasuki kamarnya. Jadi dia bisa mendengar jelas suara pintu dikunci dari kamar Beomgyu.

"Bego Soobin, ngapain sih ngaku-ngaku pacarnya ke Jungmo dulu? Pasti gak enak gini kan jadinya," desisnya frustasi sebelum berbalik memasuki kamarnya sendiri.

"...Bin, adek gue emang ngerepotin, tapi tolong jaga dia ya? Seenggaknya ketika Jeonginapalagi guegak ada, gue tahu adek gue lagi sama siapa..."

"...kak Soobin, gue titip Beomgyu ya?..."

Ingatan itu terlewat begitu pintu di belakang punggung Soobin tertutup rapat. Lantas dipandanginya keadaan kamar yang masih gelap, kosong. Teman sekamarnya antara belum pulang atau memang enggak pulang.

Soobin menyalakan lampu kamarnya sebelum membaringkan tubuhnya di kasur. Termenung menatap langit-langit kamar dengan suasana yang hening.

"Gue juga gak mau sepeduli itu awalnya, tapi... udah terlanjur..."

Tangan yang masih memegang botol minuman energi dari Beomgyu terangkat di depan wajahnya. Dilihat dari sudut mana pun, jelas itu cuman minuman biasa. Itu bahkan bukan minuman yang dibeli Beomgyu sambil memikirkannya.

Tapi Soobin memikirkan Beomgyu hanya dengan menatapnya.

"Kita ini teman... kan?"


###


[16-01-2021]

aku bilang di chap sebelunya nanti aku bikinin fake chat, tapi sebenarnya aku baru ganti hp terus aku lupa nama apk-nya apa jadi gak usah pake fake chat lagi aja ya mulai sekarang wkwkwk (emang aku ini efortless) :')

Continue Reading

You'll Also Like

177K 15K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
824K 87.1K 58
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
56K 4.1K 27
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.
52.8K 8.3K 52
Rahasia dibalik semuanya