Happy Readyng.
****
Hari ini aku jatuh cinta, untuk yang pertamakalinya.
-Claretta Liodra-
Jadi setelah beberapa hari yang lalu berbicara tentang dirinya yang akan ikut suami pindah ke Amrik karena ada pekerjaan bisnis Lidya benar-benar meninggalkan Claretta di Indonesia untungnya ada Sasa Sabrina selalu setia menemani dirinya.
Gadis itu duduk terlentang di sofa dengan kaki yang diangkat keatas, seraya tatapannya ia fokuskan pada layar ponsel miliknya yang memperlihatkan game kucing yang bisa berbicara.
My Talking Tom seperti namanya game itu adalah game favorite Retta banget dimana cara mainnya kita cukup ngomong aja semau kita dekat layar hp terus nanti itu kucing yang berada didalam layar ngikutin.
"Coba bilang. Claretta cantik,"
Claretta cantik
"Claretta imut,"
Claretta imut
"Imut banget,"
Imut banget
"Lalalalalalala Retta cewek paling cantik disekolah,"
Lalalalalala Retta cewek paling cantik disekolah.
Gadis itu tertawa ngakak, membuat Sasa yang duduk anteng disampingnya merasa sedikit terganggu.
"Pinter banget anjim nih kucing, gak sia-sia gue download ini game padahal ada guna nya juga," gumamnya seraya terkikik.
Tanpa memperdulikan Sasa yang sudah menatap kesal kearahnya.
"Woy kampret bisa diem gak sih lo?" Tanya gadis itu kesal.
"Gak bisa, hidup gue gak bisa kalau gak ribut," jawabnya masa bodoh.
Sasa memilih diam lebih baik dari pada memperpanjang nanti darahnya makin mendidih.
"Sasa curut,"
Sasa curut
"Sasa kampret,"
Sasa kampret
"Sasa jangan marah-marah nanti cepat tua,"
Sasa jangan marah-marah nanti cepat tua
"Sasa galmov sama mantan,"
Sasa galmov sama mantan.
Dan lagi-lagi gadis itu kembali tergelak, dengan permainannya sendiri Sasa yang merasa kesal pun memilih pergi dari ruangan bernuansa putih itu lebih baik sekarang dia pulang kerumah.
Sementara Retta saking terbawa suasana nya dengan game dan ketawanya gadis itu sampai lupa akan Sasa yang sudah beranjak pergi serta siluet seorang pemudah tampan lengkap dengan jas putih miliknya.
Cowok itu menatap kearah Claretta yang masih tertawa dengan ngakaknya.
"Ekhem,"
Dokter dengan paras tampan itu pun mencoba untuk menghentikan aksi tawa gadis yang duduk disebelahnya ini.
Tersadar akan deheman seseorang gadis itu menghentikan tawanya mencoba menengok siapa siluet tampan yang sekarang berdiri disebelahnya ini?.
Claretta ternganga saat melihat wajah tampan dokter itu. Begitu tampan nya sampai-sampai gadis itu lupa akan melanjutkan permainnan game My Talking Tom miliknya.
"Pucuk dicinta ulang pun tiba," gumam nya pelan.
Rian yang melihat ekspresi gugu Retta pun memcoba menyadari gadis itu dari keguguan kebodohannya.
"Hallo saya Brian kamu bisa panggil saya dokter Rian, saya dokter yang mulai sekarang akan merawat mama kamu,"
Retta masih melongo akan ketampanan pak dokter yang berdiri di hadapannya ini.
"Hay," dokter Rian mencoba kembali menyadarkan gadis berseragam putih abu itu.
"Eh. Ha. Hay dokter, dokter namanya siapa?"
"nama saya Brian Aldebaran jadi kamu bisa panggil saya dokter Rian,"
"Fiks kita jodoh nih huruf depan nama kita sama anjim, lo Rian gue Retta," teriak gadis itu heboh. Rian yang melihat hal itu pun hanya menaikkan sebelah alisnya bingung.
"Kamu tolong diam ini di rumah sakit," peringat Rian.
"Ok kamu silahkan duduk dulu saya mau cek kondisi mama kamu,"
Rian beranjak menghampiri brankar tidur yang ditiduri Karina. Sudah tiga tahun lamanya wanita itu koma berada diantara hidup dan mati. Claretta tidak tahu mengapa semuanya begini gadis itu sekarang pasrah sekuat apapun orang-orang dan keluarga meyakinkan Karina akan sadar bagi Retta dia sudah tidak bisa menaruh harapan apa-apa semua terasa semu.
Rian mencoba memeriksa detak jantung pasien detak jantungnya normal tekanan udara nya pun juga normal akan tetapi tidak ada tanda-tanda untuk untuk pasien menunjukan respon tubuhnya.
"Dokter gue boleh nanya gak, Satu aja sih pertanyaan gue,"
"Silahkan,"
"Umur lo berapa? Lo udah punya istri atau pacar atau tunangan belom? Lo tinggal dimana? Nomor hp lo berapa? Warnah kesukaan lo? Makanan favorit lo? Nomor sepatu lo? Alamat rumah lo? Kalau boleh bisa gak gue jadi pacar lo?" Rian langsung tersedak air ludahnya sendiri setelah mendapati pertanyaan bertubi-tubi dari Retta.
Sepertinya dia harus menghindari spesies gadis tidak normal seperti contohnya Retta ini.
"Tadi bilangya cuma satu," titah Rian.
"Yah suka-suka gue dong mulut-mulut gue juga,"
"Pertanyaan kamu unfaedah semua," jawab Rian.
"Dih jingannnn, dokter gue tuh suka sama dokter jadi dokter mau gak jadi pacar gue? Kalau misalkan dokter udah punya pacar putusin aja pacar dokter sekarang terus terima gue jadi pacar dokter," ucapnya seraya menaik turunkan alis.
"Gampangkan?"
Rian melongo seketika.
"Kayaknya kamu udah gila deh," ujar nya lalu segera beranjak pergi.
Claretta mendengus kecil lalu berteriak.
"I LOVE U PAK DOKTER," teriaknya kencang sampai-sampai suster dan perawat yang lewat pun dibikin kaget kiranya orang gila yang kabur dari rumah sakit jiwa. Abisnya muka Retta itu sebelah dua belaslah sama orgil apa lagi tingkah laku nya.
Tbc: to be continue bukan penyakit tubbercullosis yeh.