Hipokrit ✔️

By cutputrikh

361K 89.6K 61.5K

❝Dunia ini dikelilingi oleh orang-orang yang pandai berpura-pura.❞ [.] Baru 14 hari berstatus sebagai anak... More

|Prelude
2| Jangka
3| Teror
4| Kecemburuan
5|Teror Lagi
6| Benci Sentuhan
7| Merasa Bersalah
8| Curiga
9| Kamera
10|Loker Radheya
11| Gelang
12|Banyak Tanda Tanya
13|Salah Sasaran
14| Minuman
15| Menuduh
16|Tabur Tuai
17| Penasaran
18|Investigasi
19| Hati-hati
20|Pusat Perhatian
21|Stereogram
22|Perihal Menfess
23| Kehilangan dan Party
24|Hampir, Jurnal, dan Rencana
25| Flashdisk
26|Mabuk
27|Perangkap
28|Sebentar Lagi
29|Masalah
30|Tidak Banyak Waktu
31|Ancam-Mengancam
32|Membungkam
33|Sebuah Janji
34| Siapa Penyebarnya?
35|Kebohongan
36|Sulit Percaya
37|Postingan Terakhir
38|Dicurigai Tersangka
39|Penyesalan
40|Peneror
41|Deja vu
42|Pengakuan
43| Akhirnya Berjumpa
44|Mengetahui Semuanya
45|Akhir dari Semuanya
HIPOKRIT SEASON DUA

1| Bingkisan

25.4K 4.3K 2.6K
By cutputrikh

Jam berapa baca Hipokrit?

"AAAAA!"

Sebuah teriakan spontan menggelegar ke segala penjuru tatkala melihat pemandangan tragis di depan mata.

Tubuh seorang siswa tergantung dari atas gedung, menjuntai di sisi gedung dengan tali yang melingkar di lehernya.

Siswa perempuan itu- bunuh diri.

Berita.com Siswa SMA terkenal bunuh diri dari atap gedung sekolah, ini tanggapan pihak sekolah

Tajukharian Gantung diri di sekolah berinisial SB, korban diduga depresi

Detiknews Seorang siswa nekat bunuh di sekolah, teman-teman korban merasa kehilangan

"Raline."

Imajinasi Raline setelah membaca kumpulan berita dari web gelap itu terbuyarkan. Menolehkan kepalanya, Raline berdeham sekenanya menjawab panggilan lelaki yang duduk di kursi roda itu.

"Sarapan udah ayah siapkan."

"Iya." Raline memasukkan ponselnya ke dalam saku dan beranjak mendekati meja makan.

"Gimana sekolah baru kakak?"

Raline menyuap sesendok nasi goreng. "Baik. Seenggaknya gak seburuk dulu karena orang-orang tau latar belakang aku."

Raut wajah Rendrian-ayahnya itu, perlahan memuram. Merasa tidak enak. Kemudian tersenyum tipis. "Kakak suka sekolah disana?"

Raline manggut-manggut. "Mereka semua juga suka aku. Semua orang mau temenan sama aku."

Rendrian turut tersenyum senang. "Ayah dengar, anak-anak yang sekolah disana hampir semuanya kaya."

Raline menaikkan tatapannya, menatap Rendrian seakan paham ke arah mana pembicaraan itu. "Nggak usah khawatir, Yah. Soal uang sekolah, Raline bisa urus sendiri."

Bruk!

Perhatian keduanya sontak teralihkan melihat pelaku yang baru saja membuka pintu dengan tidak santai. Raline menatap Revin sinis. Adiknya itu selalu saja membuat emosinya terpancing setiap pagi.

Mendekati anak lelaki dengan pakaian berantakan dan kacau itu di ambang pintu, Raline langsung saja melayangkan tamparan di pipinya.

"Apaan sih lo, kak?" Revin balas mendorong Raline tidak terima.

"Lo yang apaan, dek! Berhari-hari nggak pulang, kayak nggak tau rumah. Tiap pulang pasti bawa masalah. Lo kayak anak yang gak punya orang tua tau nggak!"

"Udah ngomelnya?" Revin berdecih. "Gue emang nggak punya orang tua."

"Revin!" hardik Raline emosi, ingin melayangkan tangannya untuk memukul lelaki itu lagi yang langsung ditepis oleh Revin.

"Nggak usah urusin gue, urusin aja diri lo sendiri." Revin menatapnya sinis, kemudian melengos pergi menuju kamarnya.

Raline menggeram dongkol. Menggaet tasnya dan bingkisan-bingkisan yang sudah ia siapkan dari dalam kamar. Kemudian buru-buru pergi.

"Kak, sarapannya?" Rendrian bertanya ketika Raline melengos pergi. "Itu apa kak? Bingkisan dari mana? Kak?"

Namun Raline mengabaikannya.

[.]

"Raline, rambut lo kok bisa cantik banget gitu sih?"

"Kulit lo juga mulus banget, bikin insencure."

"Gue cewe, tapi serius kok bisa sih lo cantik banget Lin? Kagum banget."

Mendengar pujian teman-teman sekelasnya, Raline mengusap tengkuknya tersipu. Tersenyum malu.

Saat ini sedang jam kosong, guru pelajaran fisika tidak masuk karena sakit. Karena itulah para gadis itu duduk berkumpul di meja Raline.

"Enggak kok, kalian lebih." sanggah Raline sembari tersenyum anggun.

"Sifat lo juga anggun banget lagi, wajar sih satu kelas langsung suka lo. Padahal baru aja masuk di Satya Bangsa," celetuk Geyzia yang duduk di sebelah Raline sama kagumnya dengan yang lain.

"Bukan satu kelas aja kali, Gey. Satu sekolah, anjir. Hampir semuanya naksir Raline cowok-cowoknya," timpal Dea.

Raline menutup mulutnya, terkekeh malu. "Bisa aja."

"Emang bener kali, Lin. Contohnya aja tuh!"

Raline menengok ke luar pintu kelas, memergoki anak laki-laki kelas sebelah yang diam-diam mengintip dari luar. Langsung saja kabur begitu Raline menatapnya.

"Cih, cupu. Ganteng doang, ditatap dikit kabur," cibir para gadis itu sembari tertawa.

"Raline, udah ada kelompok Biologi belum?" tanya Alan, ketua kelas mereka.

Raline menggelengkan kepalanya. "Belum."

"Mau sama gue nggak?" tawar Alan pelan, menyambut sorakan cie dari teman sekelasnya.

"Nggak usah mau, Lin! Alan sibuk ngeband, ntar lo dikacangin lagi." Yovan, si badboy perusuh kelas mengompori. Alan mendelik.

"Mending masuk kelompok gue aja." Yovan mengedipkan sebelah matanya, menyambut sorakan lain untuknya.

"Syirik aja lo pada sama orang ganteng!"

"Nggak, nggak, nggak!" Geyzia berseteru. "Raline punya gue! Jadi Raline masuknya kelompok gue aja."

"Yeu! Kelompok lo kan udah penuh, Gey. Jangan maruk deh. Orang maruk pacarnya beruk!" cibir Yovan lalu tertawa. Geyzia menggerakkan tangannya seakan ingin mencakar wajah Yovan saat itu juga.

"Masuk ke kelompok Sena aja, Lin. Kurang satu anggota juga," ujar Sheryl.

"Emang boleh?"

"Ya boleh lah. Sena pasti iya-iya aja. Asal jangan Si Tara, yang ada lo dibabuin kalo satu kelompok sama dia."

Yang dimaksud Tara itu adalah gadis tinggi berambut panjang dan lurus yang sedang menatap cermin di meja nomor dua. Konon katanya Tara anak donatur dan juga model, karena itu terlihat sedikit angkuh.

"Sen, Raline mau masuk kelompok lo nih. Boleh nggak?" tanya Dea agak sedikit berteriak.

Sena yang duduk di pojok paling depan mengangguk. "Boleh kok."

"Tuh, boleh kan."

Raline tersenyum, manggut-manggut

"Kalau enggak, satu kelompok aja bareng Radian."

"Radian?"

Dea mengangguk. Yang dimaksud dengan Radian itu adalah lelaki yang duduk sendiri di meja paling belakang bagian pojok itu. Diantara semua orang yang sudah bertegur sapa dengan Raline dan menawarkan pertemanan dengannya, hanya Radian yang justru tampak acuh tak acuh. Malah bisa dibilang tidak ingin berinteraksi dengan siapapun.

Raline bahkan tidak pernah mendengar suara Radian.

"Radian itu— kenapa menyendiri terus ya? Nggak ada yang mau nemenin?" tanya Raline penasaran.

Sheryl menggeleng. "Waktu awal masuk, semua orang pengen kali temenan sama dia."

"Ya siapa yang nggak mau? Muka ganteng, terus dingin-dingin misterius gitu kayak cogan wattpad!" Geyzia berseru tertahan.

"Tapi ya gimana, Radiannya yang menarik diri. Beneran nggak pernah mau interaksi sama yang lain, gak mau temenan sama siapa-siapa."

"Dan sampai semester dua pun, nggak ada satupun anak kelas yang pernah denger suaranya dia gimana." timpal Sheryl.

Raline membulatkan matanya. "Eh iya? Terus kalau absen?"

"Cuma angkat tangan doang," Geyzia mengangkat tangannya memperagakan.

"Terus presentasi?"

"Selalu jadi operator."

"Terus cara berkomunikasinya gimana?"

"Ya lewat tatapan doang. Radian itu kalau natap dingin banget kayak mau nerkam. Paling cuma ngangguk atau natap ogah-ogahan doang buat tau dia setuju atau enggak. Kayak bener-bener pendiam banget."

Raline semakin tertarik dengan pembahasan itu.

"Radian-- bisu?" terka Raline hati-hati.

Mereka diam, kemudian salah satunya mengedikkan bahu. "Kayaknya sih iya. Tapi nggak ada yang tau. Bisa jadi."

"Wah, gitu."

Geyzia mengangguk. "Iya, gitu. Anyway, lo bilang ada yang mau dikasih buat kita? Apaan tuh?"

Raline hampir saja terlupa. "Sebentar."

Mengeluarkan bingkisan yang ia bawa dari rumah tadi, Raline menyerahkan bingkisan berisi cemilan coklat itu ke teman-temannya sembari tersenyum.

"Ayah gue baru aja balik dari Belgia. Jadi ada sedikit oleh-oleh ini." Raline tersenyum.

"Wuih! Ini kan coklat mahal, Lin? Banyak banget lagi. Buat kita-kita?"

Raline tersenyum hangat dan mengangguk. "Iya buat semuanya, dibagi-bagi aja biar rata."

"Ih! Baik banget sih lo, Lin!" Geyzia memeluk Raline sekilas sangking bahagianya.

"Nggak heran sih banyak yang mau temenan sama lo. Lo sering banget kasih sesuatu ke kita!"

"Mahal-mahal lagi, makin seneng deh temenan sama lo."

Raline hanya tersenyum, membiarkan teman-teman barunya yang saling heboh karena coklat itu. Dengan segera beramai-ramai mendekat dan meminta jatah coklat yang Raline bawa.

"Makasih ya, Raline!"

Raline tersenyum dan mengangguk. Mengeluarkan buku catatannya beserta jangka dari dalam kotak pensilnya.

Ada beberapa catatan yang tertinggal karena Raline baru 14 hari bersekolah di SMA Satya Bangsa. Karena itu Raline menyalin catatan Geyzia ke bukunya.

Sementara teman-teman sekelasnya masih sibuk perkara coklat, Raline merasakan ada yang aneh. Merasa ditatap oleh seseorang, Raline menoleh. Membulatkan matanya saat Radian menatap ke arahnya.

Tunggu, Radian menatapnya?

"Cie, Raline! Radian natapin lo tuh!" Seru Geyzia yang malahan heboh.

Raline menggelengkan kepalanya, menyanggah itu.

"Jangan-jangan... Radian mulai suka lo lagi kayak yang lain!"

Raline membulatkan matanya. "Nggak mungkin deh."

"Mungkin aja, Raline. Siapa tau dia terpesona sama sifat dermawan lo ini. Makanya jadi tertarik kan?"

Raline menahan senyumnya, tersipu. Hanya menyikut Geyzia untuk berhenti menggodanya. Raline kembali mengerjakan catatannya. Namun ternyata, Radian masih terus menatapnya. Tatapan yang dingin. Raline meneguk salivanya, memilih mengabaikan.

Tatapan Radian... sukses membuatnya tidak nyaman.

[.]

Gimana part pertama hipokritnya?

Suka nggak?

First impression ke Raline?

First impression ke Radian?

Spam lanjut disini yah✨

Terimakasih sudah membaca

Raline

Radian

Continue Reading

You'll Also Like

Sangga By Ririn

Teen Fiction

791K 108K 30
Semenjak kepergian Rigel, Sangga lah yang menggantikan peran Rigel sebagai ketua geng Toxic. Permasalahan demi permasalahan terus datang silih bergan...
521K 20.3K 20
Hidup Dimas penuh cacat logika setelah mengikuti wasiat sang adik. Jalani peran playboy kelas atas ia harus temukan gadis bernama Reya, gadis berambu...
Fangirl Tale By Dian Mu

General Fiction

3M 347K 39
Aurora dengan segala kepolosan dan ketulusannya membuat dunia seorang Bryan Byun menjadi pelangi. Kehadiran gadis itu ibarat kehangatan sunrise dalam...
RETAK By lia

Teen Fiction

411K 25.7K 60
COMPLETE ✅ ⚠️ALUR BERULANG⚠️ "Ay, ayo putus!" DON'T BE SILENT READER PLEASE! BIASAKAN VOTE SETELAH MEMBACA UNTUK MENGAPRESIASI PENULIS. #1 Sad Romanc...