Princess of Rainbow Element [...

Bởi desphrodite

684K 88.6K 5.4K

TAMAT! Reinkarnasi yang membawanya berpetualang ke benua Servia. Benua dengan sejuta kejutan dan tantangan te... Xem Thêm

PROLOG
1. Jiwa yang lain
2. Racun menyusahkan
3. Pedagang Ramuan
4. Karma untuk seorang penista
5. Misteri
6. Pria Naga hitam
7. Terungkap
8. Petualangan Laut Gaxia
9. Hutan Gaxia
10. Enam nama dalam satu raga
11. Elemen Yi Jian
12. Pasar Quon
13. Kultivasi ganda
14. Roh yang kotor
15. Salah paham
16. Aula kota
17. Keberangkatan
18. Kelompok hitam
19. Perkemahan
20. Festival Servia
21. Berebut Liontin
22. Senjata pendamping
23. Singa yang lapar
24. Misi pertama
25. Menyerang ballack
26. Kristal Beast
27. Pulangkan dia!
28. Pelan-pelan
29. Naga berlian
30. Kerasukan ular ganjen
31. Rencana
baca aja
32. Tidak mengerti
33. Hukuman
34. Pertengkaran
35. Komplotan Bandit
36. Perayaan Servia
37. Sultan Dadakan
38. Hubungan yang rumit
39. Bijaksana
40. Siapa Lawan Siapa
41. Cuaca dan Air kimia
42. Menegangkan
43. Lapar keadilan
44. Kesalahan fatal
45. Bukan antagonis
46. Jangan main-main
47. Cermin Keberuntungan
48. Menara Zafreng
49. Akademi
50. Asrama
52. Kelas Sosial Penelitian
53. Kunci misteri
54. Rumput laut lava?
55. Perpustakaan Sakura
56. Tiga kekuatan magis
57. Phoenix Laut Gaxia
58. Bertemu
59. Mempersatukan
60. Menjenguk
61. Kecemasan
62. Terlambat

51. Dia kenapa?

6.2K 943 48
Bởi desphrodite

"Hahhh ...." Niura menghembuskan napas yang sangat panjang setelah terbangun dari tidur pertamanya di asrama ini. Dengan keadaan masih mengenakan seragam lengkap yang berantakkan karena kemarin malam, saat pertama kali menginjakkan kaki di Asrama ini, mereka beriga langdung tertidur bersamaan setelah menata-nata barang sehingga tak ada waktu lagi untuk memperhatikan diri sendiri.

Mereka bahkan tidak sempat memakan makanan yang sudah disediakan di nakas khusus hanya untuk hari itu. Pagi ini adalah pagi pertama bagi mereka semua di Sakura Akademi.  Untungnya hari ini masih libur, dan itu akan mereka manfaatkan untuk bersenang-senang. Berbeda dengan Liwei yang tengah sibuk berkutat dengan sekumpulan buku-buku sekolah barunya.

Niura bangkit dari tidurnya lalu menoleh ke ranjang di sebelah kanannya, di mana Yihua tidur menghadap dinding dengan posisi terbalik. Kakinya berada di bantal, namun kepalanya berada di tempat yang seharusnya untuk kaki. Sangat pulas, bahkan Niura sendiri terkekeh pelan saat melihat aliran air terjun yang berubah menjadi pulau kecil di selimut Yihua. Yihua mengeces.

Setelah beberapa menit memandangi Yihua, Niura beralih menatap ranjang di sebelah kirinya, di mana Liwei berada. Gadis itu duduk di meja belajarnya yang melawan arah dengan cahaya dari jendela.

Niura memutar bola matanya jengah, "Hish ... bahkan sebelum kelas pertama pun kau sudah belajar?" celetuknya tak percaya.

Liwei yang merasa dirinya adalah topik utama segera menutup bukunya, kemudian beralih menatap balik Niura yang menurutnya tidak bersahabat. "Memangnya kenapa? Bukankah lebih baik begini?" tanya balik Liwei yang membuat Niura berdecak kesal.

Niura yang dikenal sebagai ketua karate yang kutu buku di kehidupan sebelumnya telah musnah. Kejadian di mana dirinya mati di hadapan buku-buku membuatnya sedikit trauma karena pada saat itu dirinya mati perlahan dan harus merasakan sakitnya gesekkan antara tulang dengan kayu jati lemari dan kembaran buku-buku yang menyayat kulitnya.

"Ya ... belajarlah dengan sungguh-sungguh, sana. Aku akan menyusul Yihua," pungkas Niura yang bersiap untuk kembali tidur. Namun, niatnya untuk tidur terbatalakan karena suara ketukkan pintu kamar. Niura dan Liwei menggeram kesal, begitupun dengan Yihua yang tiba-tiba terbangun karena merasa terganggu.

"Eunghhh ... siapa ... yhang datang?" tanya Yihua sedikit tak jelas.

Niura dan Liwei menggeleng, "Siapa?" lontar mereka bersamaan sedikit kencang.

Lama tidak ada jawaban, akhirnya Niura memutuskan untuk membuka pintu. Saat kakinya telah menginjak karpet lantai, tiba-tiba Liwei menghentikannya. "Biar aku yang buka, kau tidur saja," putusnya dan langsung membantu Niura berbaring lagi.

Niura mengangguk. "Baiklah." Ia memejamkan matanya, aneh. Kenapa rasanya rasa kantuk beratnya tiba-tiba hilang begitu saja? Karena bingung, akhirnya Niura memutuskan untuk bersandar saja di dinding ranjangnya.

Liwei berjalan sedikit cepat menghampiri pintu yang terus saja diketuk tanpa henti dan kemudian membukanya. Tepat saat pintu terbuka, nampak seorang pria berjubah ungu tua dengan bordiran sakura berwarna merah muda di setiap sudutnya. Topinya yang terlihat pas sedikit menutup rambut ungunya. menurut Liwei , pria di hadapannya itu adalah senior kelas menengah karena kartu plakat di liontinnya berwarna kuning dan ada sederet namanya.

Sekian lama memandangi, akhirnya Liwei memandangi wajah priabyang terus tersenyum manis memandanginya. "Siapa, ya?" tanya Liwei penasaran.

Lagi dan lagi, pria itu sama sekali tidak bergeming sedikitpun dan hanya tersenyum dengan mata yang terus menatapnya lekat, memamerkan bola mata indah berwarna ungu terang sama seperti rambutnya yang menandakan bahwa dia pemilik elemen petir.

Lama hanya saling berpandangan, Liwei mulai merasa jengah dan bosan. Ia mendengkus kesal, "Maaf, ada perlu apa, ya, kakak kemari? Bukankah ini asrama perempuan? Apakah kakak salah masuk?" tanyanya berangsur-angsur untuk menghilangkan kecanggungan sekaligus menghentikan pertemuan. Liwei bahkan sempat berpikir kalau pria itu bisu.

Lama hanya tersenyum, bukannya menjawab, pria itu malah melambaikan tangan kanannya ke arah Liwei yang membuatnya semakin bingung. "Kau ini kenapa?!"

Lagi-lagi tidak ada jawaban. Yang membuat Liwei kesal kali ini adalah karena pria itu malah seenaknya menerobos masuk ke dalam kamarnya dengan keadaan tangan yang masih melambai-lambai ke segala arah. Pria itu masuk dan melambaikan tangannya kepada Niura dan Yihua yang memandanginya aneh.

"Hai!" akhirnya satu kata keluar dari mulitnya. Sesudah menyapa ia langsung pergi keluar meninggalkan ketiga gadis yang masih mematung.

Niura yang tidak mengetahui apa-apa langsung bangkit dan menghampiri Liwei yang masih berada di daun pintu seraya memandangi punggung pria tadi. Niura ikut memandanginya, lalu beralih menatap Liwei. "Siapa dia?" tanyanya dengan nada yang terdengar kasar.

Liwei hanya menggeleng. Niura mendengkus, kemudian beralih menatap Yihua yang masih setengah sadar. "Kau mengenalinya?"

"Siapa?" tanya balik Yihua dengan mata setengah tertutup.

Niura menggeram. "Senior tadi!"

"Owh, tidak kenal! Liwei ... kau tau siapa namanya? Bukankah kau melihat kartu plakatnya?" Yihua mengalihkannya kepada Liwei yang kembali berkutat dengan buku-bukunya.

Liwei memandangi langit-langit kamarnya, mencoba berpikir. "Emm ... kalau tidak salah, namanya Fei Tan. Persis seperti sifatnya yang seperti setan, haha ...."

Semuanya tertawa saat mendengar kata yang dilontarkan oleh Liwei itu. Saat mereka ingin kembali tidur, tiba-tiba ....

Tok ... Tok ... Tok ...

Ketukan pintu itu lagi!

Niura mengepalkan jari-jemarinya gemas. Ia bangkit dan menyibak selimut, menghentikan Liwei yang akan kembali membukakan pintu. "Biar aku saja!" geramnya.

Liwei bergidik ngeri dan segera duduk di ranjang milih Yihua.

Niura memutar knop pintu kesal. "Siapa kau sebenarnya! Kenapa kau mengganggu kami! Bukankah para pria tidak boleh memasuki asrama wan———"

"Xiao Li?"

Niura membulatkan matanya terkejut. Sedari tadi ia terus mengomel karena merasa kalau yang mengetuk itu pria yang bernama Fei Tan, namun—ini di luar dugaannya.

"Senior Meilan!" pekik Yihua dan Liwei bersamaan saat mencoba menghampiri.

Meilan tersenyum ramah, lalu menatap Liwei dan Yihua bergantian. "Ada apa dengan Xiao Li?" tanyanya kebingungan. Masalahnya, ia tidak tahu kenapa baru saja datang sudah diteriaki dan disebut pria? Yang benar saja.

"I–itu ...."

Niura langsung menyadarkan pikirannya sendiri, menatap Meilan dengan rasa bersalah. "Ma–maafkan aku, Senior Meilan ... kukira kau pria itu," ucapnya terbata-bata membuat Meilan mengernyit bingung. "Pria itu? Hei ... ini 'kan asrama wanita," sautnya merasa konyol. Ada-ada saja adik tingkatnya.

Yihua yang mengerti perasaan kedua belah pihak langsung menghampiri dan menjelaskan semuanya secara detail membuat Meilan tertawa.

"Kenapa tertawa?" tanya Liwei bingung.

Meilan menepuk-nepuk bahu Liwei pelan. "Fei Tan memang sangat tampan. Dia adalah primadona di Akademi, banyak sekali wanita-wanita yang berbaris untuknya," jelasnya dengan kekehan.

Namun, penjelasan itu masih tidak bisa dimengerti dan tidak ada sangkut-pautnya sama sekali dengan sikapnya yang aneh.

Niura menghela kesal. Kesal sekali. Waktu tidurnya terbuang hanya untuk hal-hal konyol seperti ini. "Lalu? Mengapa sikapnya aneh seperti itu?"

"Menurut kabar yang beredar, karena ketampanannya yang mampu meluluhkan hati para wanita, banyak pengagumnya yang mencoba membunuh kekasihnya Fei Tan yang bernama Xae Ra. Xae Ra dulunya tinggal di asrama ini, di asrama nomor empat yang sekarang kalian tempati, dia tinggal sendiri karena dia seseorang yang terkucil."

Penjelasan Meilan membuat mereka semua tak bisa berkata. Mereka merasa bersalah karena telah mengejek Fei Tan tadi, apakah seberat itu beban menjadi pria tampan? Dan ... apa katanya tadi? Mendiang Xae Ra pernah tinggal di kamar yang mereka tempati?

Yihua memeluk tubuhnya sendiri dengan bibir yang getir. "Ba–bagaimana kalau arwahnya ada di sini ...?" lirihnya takut. Liwei yang berada di sebelahnya langsung mendekapnya, namun Yihua malah memeluk Niura dan membuat Liwei bedecih.

"Kau ini takut pada arwah atau padaku, sih?" tanya Liwei tak terima.

Yihua memandang Liwei lewat ekor matanya, "Keduanya."

"Sialan!"

Niura yang merasa tak nyaman langsung mendorong bahu Yihua pelan hingga Yihua menubruk Liwei. "Bisa tenang?" tanyanya dengan wajah datardan berhasil membuat Liwei dan Yihua diam. Bahkan Meilan pun ikut merasakan desiran ngeri yang entah datangnya dari mana.

Liwei dan Yihua mengangguk bersamaan. Niura langsung menepuk-nepuk surai keduanya agar tidak tegang. "Senior Meilan, jadi ... apa yang harus kami lakukan? Apakah pindah kamar?" tanyanya merasa kebingungan.

Terlihat jelas Meilan yang menghembuskan napasnya kasar. "Tidak bisa. Nama kalian dan nomor kamar telah tercatat di kartu plakat dan daftar Akademi, tapi kalian tidak perlu khawatir karena ini bukan masalah besar. Fei Tan hanya merindukan Xae Ra. Jadi, izinkan dia untuk sekedar berkunjung dan kalau perlu cari seseorang dengan kemampuan melihat mahluk gaib, elemen nila."

"Aku bisa."

Semuanya langsung terheran-heran ke arah Niura.

"Yang benar saja, elemenmu air dan api, bagaimana kau punya elemen nila?" decak Meilan tak percaya.

'Cih, menilai buku dari sampulnya. Bahkan aku bisa melihat roh dewa kematian, semua elemen aku pegang dengan erat.'

Liwei yang merasa tak enak karena suasana yang tiba-tiba menjadi sunyi suram langsung melerai. "Sudahlah ... biarkan saja Senior Fei Tan berkunjung. Tapi ... bukannya pria tidak diperbolehkan masuk asrama wanita?"

Meilan memutar bola matanya jengah. "Kata siapa? Kita bebas berkunjung ke mana saja, tidak ada larangan seperti itu. Kalau tidak ada, itu karena takut terjadi adanya fitnah. Sudahlah ... aku ke mari bukan untuk berdebat. Aku ke mari untuk mengajak kalian makan siang di ruang makan, mandi sana ...."

"Yah, kenapa harus mandi?"

-TBC-

Hai, Porever ... sebenernya kalian suka gak, sih, sama alurnya? Jujur aku takut banget kalo alurnya garing/bosenin:( kan kasian kalian yg udah nunggu :)

Tapi big please from me, stay tune di sini, yaa soalnya point utama cerita Princess of Rainbow element belum berakhir, coba kalian baca ulang deskripsi cerita, setelah masuk akademi akan terjadi apa? Oke sekian 😘

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

42.8K 1.5K 8
WARNING🔞 CW🔞 OOC, NON-CON, hardcore, yaoi/BXB, typo, harsh word ©semua karakter milik genshin impact (Hoyoverse)
Huang Xue Na (END) Bởi Amiican♪

Tiểu Thuyết Lịch Sử

533K 44K 109
Written on Jun 11th, 2019 . WARNING ⚠ [CERITA TELAH DI HAPUS BEBERAPA PART. JIKA INGIN MEMBACA SECARA LENGKAP, SILAKAN BELI E-BOOKNYA DI GOOGLE PLAY]...
81.6K 10.1K 61
Judul awal: Si Kutu Buku Hidupku berubah setelah menemukan buku itu... Buku yang mengantarkanku pergi dari dunia yang selama ini ku anggap hanya sat...
66.4K 11.8K 23
Ketika pengorbanan mengubah nasib dari 2 jiwa yang berbeda, lalu bagaimana jika salah satu harus bertahan dengan menjadi Mahkota yg berlumuran darah...