BAB 2 Arman Zhakir Lesmana

2.4K 178 1
                                    

Padi mengenal Arman kurang lebih tujuh tahun yang lalu, mereka tidak sengaja bertemu di acara kegiatan mahasiswa saat masih menjabat sebagai anggota Badan Eksekutif Mahasiswa di tempat mereka menuntut ilmu untuk mewakili fakultas masing-masing. Arman mewakili fakultas hukum dam Padi mewakili fakultas sastra, Arman adalah idola kampus, wajahnya memang tidak setampan dewa Yunani Arman bahkan tidak akan mewarisi kekayaan sekian juta dolar juga bukan calon CEO perusahaan besar tapi dia lahir dari keluarga yang bibit bebet dan bobotnya sangat baik. Bapaknya pengusaha, pengusaha lokal yang membuka jasa konsultan hukum di kota ini dan ibunya adalah dosen dengan gelar master di bidang arsitektur singkatnya Arman adalah menantu potensial idaman seluruh orang tua yang memiliki anak perawan karena berasal dari keluarga terpelajar.

Arman itu cuek, laki-laki itu bahkan akan diam saja ketika melihat ada perempuan terjatuh tepat di hadapannya, Arman itu misterius tidak ada satu orang pun yang bisa nebak apa yang laki-laki itu fikirkan, sampai detik ini Padi bahkan masih terus bertanya apa yang membuat lelaki setinggi 170 cm dan berkacamata itu sampai khilaf menikahi perempuan sembrono sepertinya.

"Mas Arman dateng toh mba?" Padi merengut menatap seseorang yang berdiri segan di depan pintu kamarnya yang terbuka.

"Mba Inah! Kalau dateng tuh ngucap salam kek. Ini enggak tau kapan datengnya udah ngagetin aja." kalau kata Mba Inah bibir Padi sudah maju sampai dua centi saat ini

"Udah pake salam loh mba, mas Arman jawab. Mba Padi aja keasikan ngumpet dikamar enggak denger saya dateng"

"Iuhh Mba Inah ih, apanya yang ngumpet sih orang aku lagi nyari sisa coklat buat Arman, aku kan enggak tau mba Inah kapan pulang kalau Arman mati kelaperan kan repot"

"Lah apanya toh mba, orang saya liat mba Padi dari tadi cuma melamun duduk di atas kasur sambil megangin bungkus coklat" Padi mengikuti pandangan mba Inah menatap telapak tangannya yang menggenggam sebungkus coklat favoritnya.

"Saya.. masak dulu ya mba"

Padi tidak pernah paham kenapa Arman menikahinya satu tahun lalu sama tidak pahamnya kenapa Arman kembali menikah dengan Renata perempuan terpelajar teman masa kecil yang juga merangkap sebagai mantan tunangan Arman tiga bulan lalu tanpa menceraikannya terlebih dahulu seperti permintaan Ibu Galuh yang agung, ibunya Arman.

Padi menatap bungkus coklat di tangannya, Arman pasti lapar sementara mba Inah baru mulai memasak. Padi keluar dari kamarnya mencari Arman yang ternyata sudah tidak lagi bersandar di sofa two seater di ruang tamunya, hanya ada amba Inah yang sedang merapikan sofa yang menjadi tanda bahwa sebelumnya Arman memang ada disana.

"Mas Arman udah pergi mba, tadi dapet telefon dari ibu katanya acara syukurannya udah mau mulai" Padi paling benci dikasihani seolah ia adalah makhluk paling merana di muka bumi ini, tapi kalimat terakhir yang di ucapkan mba Inah sebelum kembali kedapur benar-benar membuat Padi merasa jadi perempuan paling merana.

"Ibu Galuh buat acara selametan tiga bulanan kehamilan mba Renata, katanya syukuran karena mba Renata berhasil ngelewatin trimester pertama"

COSPLAYWhere stories live. Discover now