"Lee Haechan!" Renjun berseru setelah mendengar pertanyaan yang terkesan menyinggung itu.

"Bukan begitu.. M-maksudkuㅡ"

"Turunkan aku di depan." Haechan berucap begitu dingin dan datar.

"Lee Haechan!" Renjun kembali berseru.

"Jangan ikuti aku." Larangan itu ia tujukan untuk Renjun. Seakan ia tahu bahwa pria China itu akan mengikutinya seperti tempo lalu. Benar saja, setelah mobil berhenti dan Haechan turun, Renjun mengikutinya menghiraukan teriakkan Choi Hyunsuk yang memanggil keduanya.

Hyunsuk melihat keduanya mulai menjauh dari mobilnya, Renjun yang berusaha menghadang Haechan dan Haechan yang tidak peduli pada pria itu menjadi pemandangan yang seru baginya, "Rupanya cinta telah membutakan mata hatimu, Huang.."

"Lee, dengar dulu.." Renjun mencengkram pergelangan tangan itu agar menghentikan langkahnya, "Kau tidak bisa mendengar? Jangan ikuti aku. Kembalilah, Hyunsuk menunggumu." Renjun mengikuti pandangan Haechan, ditepi jalan sana mobil Hyunsuk masih ada dan mungkin memang sedang menunggunya.

Renjun menatap Haechan dan menggeleng cepat, "Kenapa?" Lee Haechan mencoba tenang, pria China itu menunduk. Ia tidak tahu, tetapi hatinya mengatakan berjalan bersama Lee Haechan adalah yang lebih baik.

Haechan menyingkirkan pelan tangan yang masih menggelang ditangannya, lalu kembali berjalan meninggalkan Renjun.

Choi Hyunsuk melihat pria itu membungkukkan badan kearahnya dan menggerakkan bibir dengan tatapan nanarnya, "Terimakasih, aku minta maaf atas Lee Haechan." Hyunsuk membalas dengan anggukan kepalanya.

"Kau memilih jalan yang salah, Huang." Lee Haechan bersuara, ia menyadari Renjun berada dibelakangnya namun tidak ada jawaban darinya, hingga Haechan berbalik, "Berhentilah. Atau kau akan menyesal."

"Aku tidak mau." Ucap Renjun menyamakan nadanya dengan Haechan.

"Kenapa?"

"Kau marah." ㅡRenjun.

"Aku tidak marah."

"Aku suka padamu." Seketika Lee Haechan terdiam dan mematung saat itu juga. Dunia berhenti beberapa detik karena Renjun mencium bibirnya. Hanya ciuman kilas tapi mampu meluluh-lantahkan dinding pertahan hati Haechan.

"Aku tidak akan berhenti."



+++




Pemandangan Sungai Han dari atas jembatan Hangang sangatlah menyegarkan mata, apalagi ditambah bekas sebaran kapas salju diatasnya. Menambah kesan romantis. Lee Haechan dan Huang Renjun menikmati dinginnya angin musim dingin yang mencuri-curi masuk ke sela-sela mantel dan syal tebal keduanya, dengan menatap langit yang berbintang sedikit.

Meski sedikit bintang yang muncul, jika melihatnya dengan orang terkasih akan lebih berharga 'bukan?

"Kenapa melihatku seperti itu?" Renjun bertanya setelah pandangan matanya melirik Haechan yang setia memandangnya ketimbang keatas atau kebawah. "Kau sama dengan semesta."

"Indah dirimu dan semesta seperti tidak ada perbedaan. Sama-sama awal dari kebahagiaan.." Renjun mengerjap atas kalimat yang terdengar seperti syair itu.

"Aku... Ingin menjaga bahagia itu agar tidak hilang dari hidupmu." Renjun lantas tersenyum, jemarinya mengusak rambut coklat milik Haechan.

"Kau menatapku seperti itu lagi?" Renjun masih tidak terbiasa saat Haechan melihatnya seperti malam lalu, "Aku takut."

"Apa yang kau takutkan?"

Haechan beralih dari tempatnya, menghampiri dan memeluk pinggang Renjun dari belakang dan menempatkan dagunya pada pundak yang lebih rendah darinya, "Kamu..."

[✔️HYUCKREN] Fall For YouWhere stories live. Discover now