BAB 5

12.4K 634 5
                                    

'Setiap aku melihatnya hatiku terasa perih layaknya dihantam oleh beribu-ribu jarum yang menusukku. Aku tidak mampu untuk menggapainya bahkan menyentuhnya sekalipun. Ia tidak pernah menginginkanku dengan segenap perasaannya, ia selalu memperlakukanku dengan kasar layaknya seorang jalang yang tiadak ada harganya. Tidak ada kelembutan seperti yang aku harapkan. Aku bukan pelacur! Bisakah aku tidak dianggap murahan olehnya, bisakah aku mendapatkan sedikit saja kasih sayang darinya?'

-----

Pagi ini Bryan sedang duduk di meja makan sambil meminum kopi buatan ibunya. Dia dan ibunya sedang ada di ruang makan untuk sarapan. Ayahnya sedang ada urusan bisnis ke Berlin itulah mengapa pagi ini mereka hanya sarapan berdua.

"Mama tahu kamu telah bertemu dengannya." Ucap ibunya.

"Maksudnya?" tanya Bryan tanpa menatap sang ibu.

"Jangan berpura-pura bodoh Bryan Clift Leonald, kamu pikir mama tidak tahu sudah berapa kali kamu bertemu dengannya dan mempermainkan dia!"

"Apa kita sedang membicarakan wanita murahan itu?" Jawab Bryan dengan pandangan masih pada lembar koran yang ia baca.

"Jaga ucapan kamu Bryan, dia adalah anak sahabat mama dan calon istrimu seharusnya kamu bisa bersikap lebih sopan!" 

Bryan menghempaskan koran ditangannya dengan kasar di atas meja. Ia sudah mulai kesal dengan pembicaraan konyol yang harus ia dengar pagi ini. 

"Aku tidak pernah menerima perjodohan ini, dan aku sama sekali tidak sudi menikahi wanita jalang itu!" Ucap Bryan sembari menatap ibunya sengit. 

"Bryan! Jaga ucapanmu! Apa Mama pernah mendidikmu menjadi seorang pria tidak bermoral?"

"Sudahlah, sepertinya sudah waktunya aku berangkat ke kantor." Tidak mau memperpanjang perdebatan Bryan beranjak dari kursinya dan melenggang pergi meninggalkan ibunya sendiri.

'Astaga, kenapa anak itu semakin hari kelakuannya menjadi kurang ajar seperti itu.' Batin Verni.

-----

Setelah percakapan dengan ibunya tadi pagi Bryan hanya bisa mengusap wajahnya berkali-kali. Ia sangat menyesal telah berulang kali membantah ibunya dan membuat orang yang paling dia sayangi itu kembali bersedih. Semuanya hanya karena perempuan jalang itu, pikirnya. 

'Lihat saja apa yang bisa kulakukan untuk ini!' Gumamnya dengan emosi yang membara.

"Hey Bry, woah tampang lo kusut amat kenapa?" Ucap Rexa, rekan kerja dan sahabat baik Bryan.

"Jangan ganggu gue." Ucap Bryan pada sahabatnya itu.

"Ah gue tahu pasti gara-gara calon lo kan, always the same problem ckckck"

"Calon apaan maksud lo! gue nggak pernah mengakui wanita sialan itu sebagai calon gue ngerti lo!"

"Oh God, can you just calm down man, Ok ok sekarang kenapa lagi sama dia?"

"Hhh seperti biasa nyokap gue ngeributin tentang wanita sialan itu lagi, dan sekarang nyokap gue bahkan ngebentak-bentak gue gara-gara gue nolak apa yang dia mau."

"Oh man! Kayaknya nyokap lo serius sama niatnya Bry."

"Itu tidak akan pernah terjadi!"

"Saran gue sih lo harus bisa calm down dulu trus bicarain baik-baik sama nyokap lo." Ucap sahabatnya itu sambil menenangkannya.

"Gue punya rencana sendiri untuk itu."

"Hm gue harap semuanya akan baik-baik aja, gue cuman gak mau lo ngelakuin kesalahan yang akan lo sesali dikemudian hari. But anyway gue laper dan gue mau lo ilangin wajah kusut lo itu, pastinya lo gak mau kan para pegawai sexy pemuja lo itu pada takut sama tampang kusut bosnya? Mending lo ikut gue ke restoran langganan gue sekarang."

"Gue gak peduli."

"Oh come on" ucap sahabatnya itu dengan menunjukkan tampang memelasnya.

"Punya mata kan lo? Gue sibuk!"

"Oke make it quick. Gue tunggu di lobi." Ucap Rexa sambil berlalu dari ruangan Bryan seenaknya.

"Eat that shit!" Umpat Bryan.

Di lain tempat Key sedang merenung, mengingat pertemuannya dengan seorang wanita paruh baya yang berniat untuk menikahkannya. Hal itu terus berputar-putar dalam pikiran Key. Ia tidak habis pikir mengapa ia harus diberi permintaan yang sulit, ia bahkan tidak tahu siapa dan seperti apa pria yang akan dinikahkan dengannya. Itu membuatnya pusing sampai-sampai ia tidak nafsu makan dan hanya berdiam diri dalam kamarnya seharian ini. Keyrel memang tidak ada pekerjaan hari ini dia off dan mengambil waktu untuk sekedar beristirahat. Tapi bukannya memiliki waktu yang baik untuk istitahat ia malah dipusingkan oleh berbagai hal yang membuatnya hampir gila bila terus memikirkannya.

Apakah ini adalah benar permintaan kedua orangtuanya, jika memang iya maka mau tidak mau bukankah ia harus menerimanya. Ini sebagai tanda bahwa ia adalah anak yang berbakti kepada orangtuanya bukan. Dengan memenuhi kesepakatan yang telah orangtuanya buat mungkin saja mereka akan senang dan bangga telah mempunyai seorang putri yang berhati besar sepertinya. 

Tapi semuanya harus dipikirkan baik-baik. Ia tidak akan terburu-buru dalam mengambil keputusan, ia tidak mau keputusannya membuat kekacauan pada hidupnya. Oleh karena itu ia harus bertindak dan mengambil langkah yang baik untuk semuanya. Demi dirinya dan demi hidupnya kelak.


*****

Selamat membaca...lagi...wkwk

It's HurtTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon