BAB 3

13.7K 792 13
                                    

'Untaian demi untaian kata telah terucap demi meyakinkan dirinya akan adanya diriku yang selalu menantinya. Aku mencintainya bahkan sangat mencintainya. Tapi apa yang dilakukannya padaku menyakiti perasaanku dan melukai harga diriku. Aku bahkan tidak dipandang sedetikpun, selalu diacuhkan seperti seorang wanita yang tidak ada harganya. Yah dia selalu menganggapku begitu - Key

-----

Setelah kejadian buruk yang kualami di club tempatku bekerja, aku menjadi lebih pendiam dibanding sebelumnya. Bahkan teman-temanku selalu menanyakan perubahan sifatku ini. Aku tidak bisa menceritakan kejadian memalukan yang telah kualami kepada mereka karena mereka pasti menganggapku memang seorang wanita murahan yang mau bekerja apa saja demi uang. 

Bahkan sahabatku sendiri tidak mengetahui dengan rinci apa pekerjaanku. Walaupun dia selalu menyodorkanku berbagai pertanyaan, namun aku takut dia akan menganggapku wanita tidak benar dan meninggalkanku. Raina sahabatku memang tidak mengetahui pekerjaan tambahan yang kujalani selama ini, yang dia tahu hanyalah aku bekerja part time di sebuah pusat perbelanjaan Tidak dapat kubayangkan jika Raina tau bahwa aku bekerja di sebuah club malam.

Semenjak kejadian yang mengoyak harga diriku tempo hari, aku hanya berharap tidak akan bertemu dengan pria brengsek itu lagi. Dari yang kudengar di tempatku bekerja pria itu adalah salah satu tamu VIP yang dimiliki club Roxty. Bukan tidak mungkin jika aku sedang sial maka aku akan bertemu kembali dengannya. Semoga dalam waktu dekat itu tidak akan terjadi.

Saat ini aku sedang berada di tempat kerjaku yang lain. Apa aku sudah pernah mengatakan bahwa aku ini mempunya beberapa pekerjaan paruh waktu yang cukup menyita seluruh waktuku. Kali ini aku bekerja di sebuah coffeeshop yang mengharuskanku bekerja extra part time hari ini. Aku senang karena aku bisa mendapatkan uang lebih nantinya. 

Aku berjalan ke arah depan untuk mencatat pesanan seorang customer yang memanggilku. Dia memesan segelas Milkshake Coklat . Dengan cekatan aku mencatat pesanannya dan memintanya menunggu minuman tersebut. Saat aku hendak berbalik aku merasa disekelilingku seperti berbisik-bisik. Dengan mengangkat bahu acuh aku melanjutkan langkahku memberikan pesanan pada barista lalu kembali ke arah customer lainnya.

Suara teriakan para kaum hawa mulai terdengar semakin melengking. Aku mengikuti arah pandangan mereka kemudian terdiam. Senyuman yang merekah di bibirku sejak tadi kini lambat laun pudar. Kedatangan dua orang pria yang cukup tampan mampu membuat heboh tempat ini. Tanpa sengaja pandanganku tertuju pada salah seorang pria itu. 

Astaga

Pria itu!

Pria brengsek itu disini!

Oh Tuhan apa yang harus aku lakukan. Melihat wajah dinginnya mengingatkanku akan perlakuan kasarnya padaku. Mereka berjalan mencari meja kosong yang kebetulan berada di arah jendela yang dekat dengan tempatku berdiri. Semoga dia tidak mengingatku dan tetap mengacuhkanku saja. Aku langsung terburu-buru berjalan ke arah belakang untuk menghindari mereka dan tiba-tiba sebuah panggilan dilayangkan padaku.

"Hey nona" panggil salah satu pria yang bersama dengan pria brengsek itu.

Sembari menghela nafas kasar aku berbalik dan berjalan ke arah mereka

'Baiklah, hadapi saja Key' hati kecil Key bersuara.

"Ya tuan" jawabku dengan ramah. 

Aku tidak melihat pria itu aku hanya fokus ingin mencatap pesanan dari temannya. Saat aku mengeluarkan pena dan catatanku aku merasa pria itu memandangiku lekat-lekat. Tatapannya seperti ingin mengulitiku, aku tidak tahu apa yang telah kuperbuat sampai-sampai dia kelihatan sangat membenciku. 

"Black coffee 2" ucap pria yang ada di hadapanku.

"Baik, ada yang lain?"

"tidak itu saja" jawabnya.

"Black coffee 2 ditunggu sebentar ya" ucapku sopan.

Kemudian aku segera beranjak dari tempat mereka tanpa sedikitpun membalas tatan tajam pria itu. Aku masih beranggapan bahwa dia tidak mengenaliku. Dilihat dari penampilanku saat ini memang berbeda jauh dari gaya pakaian yang kukenakan di club Roxty. Aku terlihat seperti wanita normal layaknya diriku sendiri disini sangat berbanding terbalik saat aku mulai menjalani pekerjaanku di club malam tersebut.

"Rai, aku ketoilet dulu ya, titip pesanan ini" ucapku sambil menunjuk kertas pesanan pria-pria tadi.

"Oh oke" jawab Raina.

Aku memang sengaja tidak ingin berlama-lama di depan tujuannya sudah pasti untuk menghindari pria itu. Aku hanya berharap tidak ada masalah yang terjadi hari ini. Walau kurasa pria brengsek itu sepertinya telah mengenali wajahku, sepertinya dia memang mengenaliku dari sejak ia memasuki tempat ini. 

Setelah mencuci tangan akupun segera keluar toilet dan betapa terkejutnya tidak jauh dari jarakku berdiri sekarang aku melihat dia sedang melihatku dengan tatapan sinis. Mau apa dia kemari apa yang akan dia lakukan sekarang, apa dia akan mempermalukan aku lagi seperti waktu itu. Berniat mengacuhkannya aku mengambil langkah untuk pergi. Aku memutar arah berlawanan darinya tapi baru beberapa langkah tiba-tiba tanganku ditarik kasar hingga aku berbalik dan bertubrukan dengan tubuh kekarnya.

"Aww," ringisku. Aku melepaskan cengkraman nya dan melangkah mundur tanpa ingin menatapnya.

"Ternyata kau bekerja disini juga, berapa pekerjaan yang kau jalani sepanjang hari, apa kau melayani tamu di ranjang juga?" 

'Apa katanya?'

"Wanita sepertimu pasti akan melalukan apa saja demi uang bukan." Lanjutnya kembali.

'Dia benar-benar merendahkanku'

"Aku bukan pelacur seperti yang kau fikirkan, dan aku tidak mau membuang-buang waktuku hanya untuk meladeni pria brengsek sepertimu!" Jawabku tegas.

"Apa kau bilang?!" 

"Permisi" ucapku kemudian pergi menjauh.

Aku tidak habis pikir apa sebenarnya maunya, aku tidak merasa telah membuat masalah dengannya. Aku baru pertama kali melihat pria itu di club. Mengapa setiap bertemu denganku hanya kata-kata kasar yang terlontar dari mulutnya. Aku tidak pernah mengusik hidupnya tapi mengapa dia selalu melakukan hal yang merendahkan harga diriku. Aku benar-benar tidak mengerti sebenarnya ada apa dengan dirinya. Sepertinya kejiwaannya perlu diperiksa sedetail mungkin. 

Bryan kembali ke mejanya lalu duduk dengan santai. Jangan lupakan ekspresi datar yang selalu menghiasi wajahnya.

"Bry, gimana dengan wanita yang katanya akan dijodohkan dengan lo itu?"

"Gue nggak pernah menerima perjodohan konyol itu."

"Ya gue tau, tapi apa lo tahu siapa wanita yang disodorin nyokap lo itu?"

"Gue rasa itu bukan urusan lo, lagian kalau gue taupun itu tidak akan merubah apapun." ucap Bryan sambil menyeruput kopinya.

 "Hati-hati, jangan terlalu kasar sama calon lo." balas pria itu dengan smirk yang tercetak di wajah tampannya menandakan bahwa ia tahu betul bagaimana sifat pria berlabel sahabatnya itu.

"Just shut up!"


*****

See ya Next Part..

Hmmm bakal gue upload terus kok ampe tamat, walau udah pernah publish tapi ada secuil perubahan yang gue selipin, semoga suka ya, yang suka vomment atuh wkwk..

It's HurtWhere stories live. Discover now