BAB 4

12.9K 709 0
                                    

'Senyuman yang kutorehkan pada sekitarku hanyalah layaknya topeng yang dibaliknya terdapat rasa sakit yang mendalam. Yang mereka tahu adalah semua baik-baik saja. Miris memang harus berpura-pura tegar dimana yang sesungguhnya adalah aku ingin menangis. Harus berpura-pura bahagia padahal aku hanya ingin meninggalkan semuanya. Tiada akhir untuk semua kepedihan yang kurasa. Takkan pernah berakhir.'

-----

Seperti biasa matahari kembali menyapaku seakan memberi tanda kini saatnya untuk mulai beraktifitas kembali. Memulai hari-hari dengan bekerja dan mengumpulkan sedikit demi sedikit hasil jerih payahku.

"Nek Key berangkat ya", ucapku seperti biasa.

"Iya sayang selalu berhati-hati nenek selalu menyayangimu"

"iya nek Key juga sangat menyayangi nenek".

Setelah berpamitan akupun segera melangkahkan kakiku untuk memulai pekerjaanku. Berat memang harus meninggalkan nenek yang sedang sakit-sakitan, tapi aku harus berusaha mencari biaya yang tidak sedikit demi kesembuhannya.

Saat sedang berjalan tiba-tiba sebuah mobil sport hitam melintas dan hampir saja menabrakku. Aku terlonjak kaget, untung saja aku masih bisa menghindar. Dari jarak lumayan dekat aku melihat si pengendara yang tidak lain adalah pria brengsek bernama Bryan sedang melintas tanpa adanya rasa bersalah dihadapanku. Dengan perasaan campur aduk aku hanya bisa terdiam dan mencoba untuk berlalu melanjutkan perjalananku. Aku tidak ingin ada masalah dengan dirinya ataupun orang lain. Aku hanya ingin hidup tenang dan nyaman tanpa adanya permasalahan dengan siapapun.

Dengan langkah pasti aku kembali melangkahkan kakiku. Sesampainya di cafe aku langsung mengganti seragam kerjaku, lalu mulai untuk bekerja. Disaat aku sedang memberikan catatan pesanan suara Raina terdengar memanggilku.

"Key, ada pelanggan yang ingin bertemu denganmu."

"siapa?"

"Tidak tahu, dia hanya bilang ingin bertemu denganmu."

"Oh baiklah." jawabku.

Aku penasaran siapa yang ingin bertemu denganku. Hidup tanpa adanya keluarga dan hanya memiliki sahabat baik membuatku tidak yakin kalau ada yang ingin bertemu denganku, terlebih lagi ia ingin menemuiku di tempat ku bekerja, darimana dia tahu aku bekerja disini. Siapakah orang itu? 

Dengan ragu aku mulai mendekati seorang wanita yang katanya ingin bertemu denganku. Aku melihatnya tersenyum lembut kearahku. Satu kata untuknya, cantik.. walaupun dari wajahnya ia memang sudah berumur sekitar 40'an tahun tapi wajahnya tetap saja terlihat awet muda.

"Keyrel?" Tanyanya saat melihatku mendekat.

"I-Iya, saya Keyrel dan maaf anda siapa dan ada apa ingin bertemu dengan saya?"

Dia berdiri dari kursinya dan langsung memelukku, sedikit terkejut dan akupun hanya diam mematung ditempaku. Hangat kurasakan saat jemari lembutnya merengkuhku, seperti pelukan seorang ibu pada puterinya. 

"Wahh kamu cantik sekali, saya tidak menyangka kamu sudah dewasa dan kelihatan sangat cantik, saya Verni kamu bisa memanggil saya tante Verni, saya adalah sahabat karib dari kedua orangtua kamu sayang."

Aku meliha raut sendu dari wajahnya. Teman dari orangtuaku? Ternyata masih ada kenangan dari mereka yang tersisa. 

"Benarkah tante kenal dengan orangtua saya?" tanyaku memastikan.

"Iya sayang, tante bukan hanya kenal dengan mereka bahkan kami sudah seperti saudara, sekarang ceritakan bagaimana keadaanmu tante sangat menghawatirkanmu Key." ucapnya dan membawaku duduk bersamanya.

"Ehm..Seperti yang tante lihat Key baik-baik saja tante walaupun sekarang Key bingung dan tidak tahu harus bagaimana, jadi ada apa tante ingin bertemu denganku?" jawabku seadanya.

"Mungkin apa yang akan tante ucapkan ini membuatmu tidak nyaman, tapi percayalah tante dan kedua orangtuamu hanya ingin yang terbaik untukmu."

"Sebenarnya ada apa tante?" tanyaku semakin penasaran. 

"Begini sayang sebenarnya tante dan orangtumu sudah sepakat untuk menjodohkan kamu dengan anak tante. Kami pikir ini hal yang baik untuk semakin mempererat persahabatan kami dan berlanjut menjadi keluarga. Sungguh disayangkan ibu dan ayahmu harus dipanggil lebih dulu. Maaf tante baru bisa membicarakan ini denganmu tapi percayalah tante selalu mencari keberadaanmu selama ini, tante sangat ingin bertemu denganmu sayang"

Dengan mata membulat tidak percaya aku hanya bisa mematung di tempatku. 

'Ada apa lagi ini' pikirku.

"Apa? Tante bercandakan, ini tidak serius kan tante?"

"Semua ini benar sayang, dari sejak waktu orangtuamu meninggal tante sangat terpukul dan bertekat akan meneruskan apa yang telah kami sepakati. Karena itu menurut tante sekaranglah waktunya untuk membicarakan ini semua denganmu"

"Tapi tante masih banyak hal yang harus Key lakukan, Key harus tetap merawat nenek Key sampai sembuh dan Key tidak pernah berfikiran untuk menikah saat ini dan meninggalkannya sendiri."

"Itu bisa kita atur Key, kita bisa tetap sama-sama merawatnya."

"Tapi maaf tante bukannya Key ingin bersikap tidak sopan tapi Key memang tidak ada niat untuk menikah saat ini."

"Tidak apa-apa sayang kamu bisa memikirkannya dulu, tante tahu saat ini kamu pasti shock dengan apa yang tante sampaikan, tante mengerti kamu butuh waktu untuk memikirkan semuanya."

"Terimakasih atas pengertiannya tante."

"Iya sayang, kalau begitu tante pamit dulu tante tidak ingin mengganggu pekerjaanmu, fikirkan baik-baik ya sayang." Ucapnya sembari memelukku erat dan aku hanya mengangguk pelan.

Setelah kepergian tante Verni aku mulai mencerna setiap perkataannya. Apa lagi sebenarnya yang engkau rencanakan untukku Tuhan? Aku hanya berharap tidak akan ada hal buruk yang akan menimpaku dan hidupku akan baik-baik saja..


*****

Selamat membaca...

It's HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang