Suara itu, ternyata, milik Kirana.

---

Oliv dan kedua temannya sedang berkumpul di kelas.

"Gimana Liv jadi nya hubungan lu sama Adrian?" Tanya Yunita.

"Adrian dari kemarin engga bales chat gua," jawab Oliv dengan wajah kesal.

"Telpon dong," sahut Wulan.

"Malas ah," Oliv semakin kesal dengan sikap Lelaki itu yang mengabaikannya.

"Terus gimana? Udah bilang nyokap nya belum?" Tanya Yunita. Ia tau, kelemahan Adrian adalah dengan cepu ke orang tuanya, teruma mama-nya.

"Belum, nanti kalau emang udah mepet banget pasti gua bilang semuanya,"

"Ah, elu ni, keburu diambil sama anak baru itu," sahut Wulan.

Dalam hati Oliv juga takut. Tapi ia tidak boleh terburu-buru mengambil keputusan. Kalau ia sudah bilang ke orang tua Adrian, pasti mereka akan langsung bertindak, dan secara otomatis Adrian akan langsung mengejar Oliv.

"Gua pantau terus dari sini dan sebenernya gua juga udah punya rencana,"

"Jangan kelamaan nanti keburu kecantol tuh sama cewe," sahut Wulan mengompori.

"Percayalah, hanya diriku paling mengerti,"

"Suara siapa tuh?" fokus mereka teralihkan oleh suara merdu yang menggema sampai ke telinga mereka.

"Bukan suara Vania ya?" Kata Syifa.

"Yang sebelumnya Vania deh," sahut Wulan.

"Kayanya anak baru ni," kata Syifa.

"Iya kayaknya," mata Wulan.

Vania sangat terkenal dengan suara emasnya, dilihat dari prestasi yang membawa nama baik sekolah.

Alis Oliv mengerut.

Kayaknya pernah denger suara ini - Kirana

"Kegelisahan jiwamu, kasih, dan arti kata kecewamu, kasih yakinlah,"

Mata Oliv melebar. "Suara ini," Kedua temannya itu melihat Oliv.

"Lu kenal sama suaranya? Siapa?"

Mata Oliv berlari ke pintu dan berjalan cepat keluar melihat ke arah bawah tepat ke tengah lapangan. Kedua temannya menyusul.

"Kirana,"

Suara itu milik Kirana. Suara merdu dengan nyanyian itu, milik Kirana, suara yang pernah ia dengar, tenyata milik Kirana. Suara yang berhasil mengalihkan seseorang yang ia sayangi terhadapnya. Matanya berlari cepat kearah ruang OSIS.

Benar. Adrian pun juga mengenali suara itu, dimatanya juga terpampang kaget, tapi di barengi dengan senyum simpul disana. Emosi Oliv melejit naik. Tidak. Sepertinya ini sudah cukup, saatnya ia bertindak.

"Kenapa Liv?"

"Suara itu, suara yang pernah gua ceritain," Kedua temannya melebar dan menatap lelaki yang tengah termenung menatap Kirana.

"Ternyata dia?"

"Gila,"

"Fix, Lu engga boleh diem aja,"

Oliv mengerti posisinya, dan ia tidak mau seseorang mengambilnya. Ia harus mempertahankan Adrian dan melakukan sesuatu untuk tidak kehilangannya.

---

Flashback. Satu tahun yang lalu.

"Adrian, papah hari ini pulang, kamu mau mampir ke rumah aku dulu engga?" Tanya Oliv.

"Engga, besok aku ada tanding basket, aku mau istirahat biar besok badan aku fit," jawab Adrian.

"Beneran engga mau ketemu papah dulu? Sebentar aja,"

"Engga, nanti abis tanding baru aku kerumah kamu," Oliv memanyunkan bibirnya.

"Iya udah, besok kamu tanding jam berapa? Nanti aku kesana deh,"

"Engga usah, cuman tanding antar klub sama sekola,"

"Engga papa, kalau ada aku kan biar kamu lebih semangat," kata Oliv senyum sumringah.

"Engga usah engga papa nanti kamu cape tungguin aku, soalnya abis itu aku ada rapat OSIS sebentar," kata Adrian dan menyeruput minum nya. Oliv menghela napas.

Ya, ya, ya. Adrian selalu menolak permintaan nya.

"Percayalah hanya diriku paling mengerti, kegelisahan jiwamu kasih, dan arti kata kecewamu, kasih yakinlah, hanya aku yang paling memahami, besar arti kejujuran diri, indah sanubari mu kasih, percayalah," seseorang bernyanyi dari balik speaker.

Oliv dan Adrian sedang berada di sebuah cafe, mereka di lantai dua dan live music di lantai satu.

"Bagus ya suaranya," kata Adrian spontan, dan ada senyuman disana.

Oliv melihat Adrian sekilas. Ada rasa cemburu. Kenapa kehadirannya tidak bisa membuat Adrian tersenyum terukir, tetapi malahan hanya mendengar nyanyian ini berhasil membuat wajah Adrian yang dari awal sudah dipasang jutek berubah menjadi bahagia?

"Iya," sahut Oliv datar.

"Aku mau kebawah," Tangan Oliv mencengkram.

"Mau ngapain?"

"Mau ketemu penyanyinya,"

"Ngapain si malah ngeliat cewe lain, padahal ada aku disini,"

"Aku cuman mau liat doang, penasaran sama orangnya," Adrian melangkah.

"Kamu ketemu sama papah aku engga sempet, tapi untuk ngeliat cewek lain mau, apa jangan jangan mata laki-laki emang kayak gini ya? Bu-a-ya," Adrian mengerut alis. Oliv mengumpat Adrian sebagai playboy?

"Maksud kamu apa?"

"Engga usah cari-cari yang lain, kan ada aku disini," Oliv tau, perkataan nya menyinggung Adrian.

Adrian turun ke bawah, tidak memperdulikan panggilan Oliv yang sudah menggema ke seluruh ruangan. Adrian mencari sosok pemilik suara itu. Tidak ada. Kalau saja tadi Oliv tidak menghalanginya, ia pasti bisa melihat wanita itu walaupun hanya sebentar.

"Mas, perempuan yang nyanyi tadi kemana?" Tanya Adrian ke seseorang yang sedang memegang gitar.

"Udah keluar mas, barusan,"

"Keluar kemana?" Tanya Adrian.

"Engga tau tadi engga liat," jawab orang itu. "Kenapa mas? Terpukau ya sama suaranya?" Tanya orang itu balik. Adrian terkekeh pelan. "Udah cantik, suaranya bagus, ramah banget lagi orangnya,"

"Penyanyi kafe disini?" Tanya Adrian yang semakin penasaran.

"Bukan, dia pengunjung, saya juga baru liat si, kayaknya bukan orang sini," Adrian mengangguk mengerti.

"Adrian," panggil Oliv.

"Makasih ya mas," kata Adrian ke orang itu.

"Kamu cepet banget si," kata Oliv dengan napas terengah-engah.

Matanya mencari seseorang yang sama. "Engga ada kan? Udah pergi?" Adrian diam. "Bagus lah," ada sebuah senyuman dibibir Oliv. Adrian memutarkan bolanya dan meninggalkan Oliv.

Flashback off.

---

KIRANA (COMPLETED)Where stories live. Discover now