Bab 43

535 16 0
                                    

Hari ini hari ketiga masa orientasi sekolah tahun ajaran baru. Masa yang menjadi awal pertemuan Kirana dan Adrian, dulu. Ah.. Jadi rindu. Adrian sudah lulus, dan Kirana sudah tidak bertemu semenjak acara farewell party itu. Adrian bahkan tidak menelpon atau SMS sekalipun. Meski berat, Kirana harus menerima kenyataan, kalau Adrian tidak bersamanya lagi.

Seluruh peserta, anggota OSIS dan guru-guru sudah berkumpul. Acara penutupan dimulai dan kini nama Kirana yang disebut untuk sambutan penutup ketua panitia.

"Selamat Siang, salam sejahtera untuk kita semuanya, hari ini adalah hari terakhir kita mengadakan masa orientasi sekolah," Kirana tersenyum. "Jadi inget satu tahun lalu, ada peserta perempuan yang nekad nembak ketua OSIS saat sambutan Penutupan MOS karena alasan ingin sekali masuk OSIS SMA Samudera jalur berani mati," orang-orang berbisik.

Peserta sedikit gaduh dan berkomentar. "Iya, dia emang gila," ucap Kirana yang diiringi oleh tawa. Disisi kiri, anggota OSIS tau siapa perempuan yang dimaksud itu.

"Masa orientasi sekolah, salah satu masa yang bisa dibilang paling 'tidak ditunggu-tunggu', kenapa? Ya kalian tau sendiri, disuruh suruh Kakak OSIS, disuruh pake peralatan yang aneh-aneh," Seluruh warga yang berada di auditorium memperhatikan Kirana.

"Tapi jangan salah, dibalik itu, MOS salah satu yang paling berkesan, dapet dengan teman baru, lirik-lirik kakak kelas ganteng, main bersama, dan awal berkenalan dengan sekolah baru," Kirana semakin merindukan masa itu.

"Terima kasih kepada peserta didik baru SMA Samudra yang mempercayai kami sebagai pengurus OSIS untuk membina tiga hari ini, semoga kita bisa berteman dengan baik dan kalian bisa nyaman menempuh pendidikan sampai selesai,"

Tiba-tiba seseorang mengangkat tangan saat Kirana ingin mengakhiri sambutan. Mata Kirana berlari, kaget. Seluruh mata pun beralih ke titik yang sama. Orang itu mendekat.

"Ngapain itu orang?" Tanya Dela heran.

"Jangan-jangan mau nembak juga," sahut Gilang.

Lelaki yang mengacungkan tangan itu tersenyum, sementara Kirana masih dengan posisinya. Sekarang mereka hanya berjarak dua kaki. Tangan Kirana membungkam mic, agar tidak terdengar apa yang ia akan bicarakan.

"Ka Adrain, lo ngapain disini? Gue lagi sambutan, lo gila ya?" Kirana memelankan suaranya, tapi penuh tekanan.

"Hari ini gue mau nembak lo,"

Deg.

Mata Kirana bergetar. Apa yang tadi dikatakan? Nembak?

"Sama yang seperti lo lakuin satu tahun lalu,"

Seluruh ruangan menjadi gaduh. Ternyata, bekapan mic yang berada di tangan Kirana tidak berguna. Semua orang mendengar yang dibicarakan mereka.

Ternyata perempuan itu ka Kirana

Wah.. engga nyangka

Iya dia membongkar aib nya sendiri

Keren juga bisa nembak kakak OSIS

"Fix, mereka sama-sama gila," Dela menggeleng tidak percaya.

Kirana mengerjapkan mata, dan kepalanya berputar kembali ke peserta. "Terima kasih, sekian, dan kita lanjutan ke acara berikutnya," Kirana memberi kode ke MC untuk mengambil alih acara.

Kirana menarik tangan Adrian dan diiringi oleh sorak-sorak meriah dan siulan saat mereka meninggalkan panggung. Adrian merespon senang terlihat dari bentuk senyum tanpa beban, sementara Kirana malu setengah mati, seakan ingin mencongkel pita suara Adrian yang tadi dengan percaya diri menyatakan meminta menjadi pacarnya.

Ia membawa Adrian ke parkiran. Tempat yang paling aman. "Lu gila? Lo ngapain ngelakuin kayak gitu bikin malu tau engga si dan disana banyak peserta dan guru-guru, mereka pasti,-"

Adrian mengambil tangan Kirana dan mendekatkan badannya ke tubuh mungil itu. Ia sudah tahan untuk melampiaskan kerindungannya.

"Gue kangen,"

Semua umpatan yang ingin Kirana dikeluarkan tiba-tiba hilang. Adrian membelai lembut kepalanya dan mencium aroma sampo yang wangi menyeruak. Ah.. rasanya amat sangat lega, hati nya mengenali rumah ternyamannya. Tubuhnya tau harus menepi dan beristirahat dimana.

"Gue kangen, Kirana," kata kata Adrian memberikan kehangatan sampai ke hatinya.

Mendengar itu, emosinya surut. Kedua tangannya sudah tak bisa diam ingin mendekap lelaki itu juga. ia membenamkan wajah dan matanya memejam.

"Gua juga,"

"Juga apa?"

"Kangen, sangat," ia menguatkan tangannya.

Senyum Adrian berkembang, mencium pucuk kepala Kirana lagi. Lelaki itu melepas pelukan.

"Pertunangan gue batal," Mata Kirana melebar, tidak percaya apa yang diucapkan Adrian.

"Serius?" Adrian mengangguk.

"Gimana caranya? Ko bisa?" Tanya Kirana penasaran.

"Negosiasi, dan mereka mau," jawab Adrian.

"Caranya?"

"Gue bakal kuliah di Singapur,"

Kirana tidak tau harus bereaksi apa. Senang? Atau Sedih? Senang karena mengetahui Adrian batal tunangan tapi sedih harus berpisah dengannya lagi. Adrian memegang kedua pipi Kirana.

"Gue janji setiap liburan bakal 24 jam sama lu," Kirana memaksakan senyumnya

"Long distance relationship," Kirana bergumam.

"Tunggu gue disini, gue janji bakal ngabarin setiap hari, dan setiap libur kuliah kita habisin dengan jalan jalan, dan yang paling penting, tidak ada halangan lagi, Oliv udah pergi, orang tua gue udah setuju untuk gue bebas memilih siapa yang akan menjadi pendamping gua," Kirana menunduk. Apakah bisa? Apakah benar cinta sejati itu ada disaat umur mereka yang masih belum cukup untuk menjalin cinta yang serius?

"Disaat banyak orang yang bisa memenangkan LDR, kenapa kita engga bisa?" Adrian menyematkan jemari sembari tersenyum, ia bisa membaca pikiran Kirana.

"Lo satu satu nya orang yang menyadarkan gue arti hubungan tak sehat, awalnya gue pikir, Oliv mungkin jodoh yang Tuhan paksa tapi ternyata gue salah, tiba-tiba Tuhan menghadirkan lu melalui nyanyian indah yang gue temuin dua tahun lalu," Kirana mengerutkan alis.

Dua tahun lalu?

"Suara lu yang menggoyahkan gua akan semua itu, suara yang gue dengar di kafe, dan ternyata suara itu gua temuin lagi di sekolah,"

Seinget Kirana, ia tidak pernah nyanyi di tempat umum. Ah.. ingat, di kafe itu, awal Kirana memberanikan diri untuk tampil di depan banyak orang, dan memberanikan diri untuk masuk paduan suara.

"Di kafe itu gua berdebat sama Oliv karena gue pengen banget ketemu sama pemilik suara itu, tapi dengan larangan Oliv itu buat gue sadar, kalau dalam sebuah hubungan harus saling timbal balik,"

Tidak menyangka Adrian salah satu yang menyaksikan performa pertama Kirana. Adrian merapihkan anak rambut yang menghalangi wajah Kirana. "Itu pertama kali gue tampil,"

"Mau berjuang bersama? Dan nikmati masa masa indah kita lagi?"

Mungkin dulu Kirana akan menjawab tidak, tapi, kini, ia tau. Semua terasa benar. Dan semua terasa ringan untuk dilewati. Kirana mengangguk. Dan kini rasa ragu, sedih, kecewa itu, sekarang hilang.

"Ayo kita buat cerita baru," Adrian mendekap wanita itu. Ia bukan jenis laki-laki romantis yang akan membanjiri wanitanya dengan kata-kata romantic. Tapi Kirana mengerti dan menerima lelakinya apa adanya. Kirana bukan orang yang luar biasa tapi cintanya tak biasa. Penantian dan air mata saling bersama, sama sama menunggu. Kirana bukan yang pertama tetapi Adrian adalah yang terakhir. Kalau ada satu benda yang bisa melambangkan cinta, cincin berlian pun terlalu murah untuk diwujudkan. Adrian yakin, Kirana yang terbaik untuknya. Dan begitupun dengannya.

Selesai.

---         

KIRANA (COMPLETED)Where stories live. Discover now