Chapter 8

7.3K 772 11
                                    

Sonya sedang merenggangkan leher serta punggungnya. Tiba-tiba di hadapannya terdapat kaleng soda yang memancarkan aura kesegaran. Ketika ia memegangnya, ternyata masih dingin.

"Hadiah, karena memilih tinggal."

Sonya mendengkus pelan. Ia menatap Sesil yang duduk di sebelahnya. Setelah rapat yang hampir berlangsung dua jam, dengan beberapa kali jeda, akhirnya Sonya mencapai kesepakatan untuk tetap berada dalam naungan SS Entertaiment.

Sonya meneguk perlahan isi kaleng soda tersebut. Tubuhnya merasakan kesejukan sejenak dari minuman dingin itu. Namun ia yakin, perutnya akan kembali setelah ini.

"Setelah ini ada makan bersama, Pak Redo ulang tahun," ujar Sesil berniat mengajak Sonya.

"Aku ada pemotretan nanti sore," tolak Sonya tidak ingin kelelahan. Ia lalu mulai bangkit beranjak. "Sekalian wawancara terkait film yang akan syuting bulan depan."

"Kau mau langsung pergi?" Sesil melirik jam tangannya. "Masih ada beberapa jam."

Sonya menghela napas. "Aku mau tidur, setelah makan siang nanti." Ia snagat tahu bahwa setelah acara makan bersama, biasanya akan dilanjutkan dengan minum kopi sambil berbincang dan menurutnya akan cukup menguras tenaganya.

"Berarti kau akan kembali ke apartemenmu? Memberi makan Tofu sekalian," balas Sesil mengingat bahwa Sonya memiliki kucing peliharaan.

"Tidak. Aku ke tempat salah satu teman. Lagipula Tofu sekarang ada di rumah Nevan." Sonya lalu mengangkat tangannya sebagai tanda pamit kepada Sesil. Ia mulai berjalan menuju pintu yang diikuti oleh Farah.

"Sonya, apa maksudmu Tofu berada di rumah Nevan?" tanya Sesil dengan wajah terkejut. Namun terlambat, karena Sonya telah menghilang dari balik pintu.

Mata Sesil masih terbelalak mendengar kabar tersebut. "Kenapa hubungannya dengan Nevan malah terdengar nyata dan serius?" gumamnya tidak melupakan bahwa mungkin Nevan masih tinggal dengan orang tuanya, artinya Sonya telah bertemu dengan Pak Menteri?

•••

Saat ini Sonya dalam perjalanan menuju apartemen Gege yang lebih dekat dari lokasi pemotretannya nanti. Ia berencana makan dan tidur siang di sana, sebelum berangkat bekerja kembali.

"Jadi aku akan menjemputmu pukul tiga sore ini?" tanya Farah memperjelas, sebelum Sonya keluar dari mobil.

"Yap. Nikmati waktumu juga. Sampai jumpa nanti."

Sonya langsung keluar dari mobil van. Ia menarik sejumlah penghuni apartemen dengan penampilannya yang cukup mencolok. Setidaknya atasan dan bawahan yang dipakainya memperlihatkan merek ternama.

"Mbak Sonya," sapa seorang murid SMA perempuan yang masih memakai seragam.

Murid SMA tersebut kini berada satu elevator dengan Sonya.

"Halo," sapa Sonya balik sambil tersenyum ramah.

"Bisa minta foto?" pinta murid itu telah mengeluarkan ponselnya.

"Tentu saja. Kau penghuni di sini?" Sonya kemudian mulai mengambil pose untuk swafoto dengan murid tersebut.

"Tidak. Tapi Ibuku yang tinggal di sini;" balas murid tersebut mulai fokus menatap layar ponselnya, melihat hasil foto selfie-nya bersama seorang aktris.

Sonya terdiam sejenak mendengarnya. Ia bisa menduga bahwa orang tua murid tersebut mungkin telah bercerai. "Namamu siapa?"

"Veronica. Nanti aku tag Mbak Sonya ya," ujar murid bernama Veronica dengan senyuman lebar.

Sonya hanya mengangguk pelan, hingga pintu elevator telah terbuka dan berada di lantai apartemen Gege. Ia berpamitan dengan Veronica, kemudian melangkah keluar dari elevator.

Sandiwara SonyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang