Chapter 5

8.3K 781 12
                                    

''Hari ini cuma pembacaan naskah bukan?'' tanya Sonya yang duduk di atas mobil van menuju salah satu gedung studio pembuatan film. Di sana ia akan bertemu dengan para pemeran film lain, produser, sutradara hingga kru produksi film lainnya.

Farah berbalik badan. ''Ya, kau ada janji?''

Sonya mengangkat alis. ''Tidak, tidak. Hanya saja aku sedikit lelah,'' ujarnya memberi alasan. Padahal ia saat ini sedang gelisah dengan rencana kedatangan Nevan nanti. Sonya takut akan kesalahan yang bisa dilakukan oleh Nevan, misalnya tidak tersenyum bahagia kepadanya atau melakukan gerakan kaku yang memancing rasa curiga orang-orang di studio film nanti.

Namun sepertinya Sonya sedikit tenang begitu keluar dari van dan melihat sosok Erlangga yang sudah berdiri di depan pintu masuk studio. Sonya dengan langkah pelan mendekati Erlangga yang tampak berbincang dengan asisten sutradara yang dikenalnya juga.

''Selamat pagi,'' sapa Sonya dengan suara rendah.

Erlangga menoleh dan memandang outfit yang dikenakan Sonya mulai dari topi baret merah, baju blouse lengan panjang yang dipadupadankan dengan sebuah rok di bawah lutut yang mana kaki wanita itu ditutupi oleh stoking berwarna gelap dan sebuah sepatu hak tinggi. Benar-benar penampilan yang kurang cocok untuk hanya duduk di dalam ruangan selama beberapa jam ke depan.

''Pagi,'' sapa balik asisten sutradara bernama Benuja.

''Pagi Sonya,'' sapa Erlangga menyadari Benuja memandangnya sekilas, karena tidak menyapa wanita yang juga akan menjadi lawan mainnya dalam film nanti. Namun bukan karena dirinya tidak sopan atau mengabaikan Sonya, hanya saja menurut Erlangga, ia sudah tahu bahwa Sonya akan datang hari ini. Begitu pula dengan kakak laki-lakinya, Nevan nantinya.

''Aku Benuja, asisten sutradara dalam film ini,'' ujar Benuja mengulurkan tangannya kepada Sonya.

Sonya menjabat tangan Benuja dengan ramah. Ia jelas mengenal siapa Benuja, setelah melihat pria itu beberapa kali dalam acara penghargaan atau festival pemutaran film.

''Senang bisa bekerja sama dengan anda,'' ujar Sonya sambil tersenyum lebar.

''Lebih senang bekerja sama dengan aktris pemeran utama wanita terbaik tahun lalu,'' balas Benuja yang juga memuji Sonya.

Erlangga hanya tersenyum kikuk tatkala Benuja memandang ke arahnya sambil tersenyum simpul. Ia hanya ingin terlihat profesional ketika berada di sekitar Sonya, bukan sebagai adik dari kekasih palsu Sonya. Namun hal tersebut tidak mudah, sebab Sonya sellau melirik dingin ke arah Erlangga.

Sonya takut bahwa rencana akan gagal, karena Nevan yang tidak mau berpartisipasi dalam sandiwara hari ini.

Ketika seluruh pemeran dan kru produksi sudah berada dalam sebuah ruangan yang mirip aula, pembahasan akan film romantis yang akan digarap oleh salah satu rumah produksi dimulai.

Naskah yang telah dibagi kepada para pelakon film tersebut, utamanya pada pemeran utama membuat sesi cepat berlanjut, hingga ke pembacaan naskah. Namun Sonya mengernyitkan dahinya, begitu melihat salah satu adegan yang mengharuskannya ditampar oleh Erlangga, karena mengganggu pemeran utama wanita yang diperakan oleh aktris Kania.

''Oh pada scene ke dua puluh tujuh, itu sudah pas?'' Sonya mengeluarkan suara, setelah pembahasan beberapa scene yang dirinya tidak mempunyai masalah.

''Benar, scene itu penting untuk menunjukkan bagaimana kesungguhan Erlangga sebagai Delvin untuk melindungi Kania sebagai Sarah,'' jawab Benuja selaku sutradara sekaligus terlibat dalam penulisan naskah film.

''Tenanglah Sonya, Erlangga tidak akan berani menamparmu dengan keras,'' ucap salah satu kru produksi yang membuat orang-orang yang berada dalam ruangan tersebut menjadi menahan tawanya.

Sandiwara SonyaWhere stories live. Discover now