Chapter 4

9K 783 5
                                    

Gege menggeleng pelan memandang Sonya yang sedang memakan sereal dengan susu sebagai sarapan dengan sedikit bermain-main, seperti mengambil sereal di kotaknya lalu melemparnya ke atas dengan mulut terbuka. Berharap sereal itu akan mendarat masuk sempurna ke mulut Sonya. Semalam Gege kedatangan wanita itu yang mengajaknya nonton film bersama, lalu pada akhirnya menginap.

Bersama dengan Gege, Sonya benar-benar keluar dari citra dirinya sebagai artis. Wanita itu melakukan tindakan konyol seperti tadi. Aku akan menggendong boneka beruang Gege di punggungnya sambil berkeliling di dalam studio milik Gege untuk melihat hasil karya sahabatnya itu.

''Tofu akan baik-baik saja?'' tanya Gege mengingatkan Sonya akan kucing peliharaan wanita itu.

Sonya mengangguk pelan. ''Aku telah mengirim pesan kepada Mbak Farah untuk melihat Tofu,'' balas Sonya, lalu mengunyah kembali serealnya. Menciptakan suara kretak setiap giginya memotong dan menghancurkan butiran sereal.

''Huh, aku mulai merindukan Tofu,'' ujar Gege mengingat kucing berjenis scottish fold dengan wajah bulat dan telinga terlipat tersebut. Ia sebenarnya memiliki keinginan untuk memelihara kucing juga, namun mengingat profesinya sebagai pelukis, maka cat serta peralatan lukis lainnya bisa kacau balau, apabila terdapat kucing yang bermain di apartemennya.

''Kau bisa menemaniku minggu depan, aku akan mencukur bulu Tofu yang mulai lebat dan tidak beraturan,'' ujar Sonya yang selalu memperhatikan Tofu layaknya anak yang diasuhnya.

Gege tersenyum senang. ''Lalu apa rencanamu hari ini? Kau tidak punya jadwal syuting, pemotretan dan acara bukan?''

Sonya mengangguk singkat. Ia telah memastikan hal tersebut ketika menghubungi manajernya tadi. ''Aku memiliki janji dengan Nevan.''

Alis Gege terangkat sejenak. ''Janji apa? Kau dan dia terdengar sudah benar-benar berkencan, pertemuan rutin dan ... oh, artikel yang dirilis kemarin. Potret di mana Nevan memberimu air minum dan kau tersenyum lebar seolah begitu bahagia menerima air tersebut,'' jelasnya mengingat artikel yang dibacanya lewat internet.

''Tapi bukankah Nevan benar-benar tampan?''

''Kau serius dengan ucapanmu?'' tanya Gege dengan tatapan terkejut.

Sonya tertawa pelan. ''Ayolah kita bicara tentang fisik seorang pria, tidak peduli dia siapa,'' jawabnya mengingatkan Gege. Mereka berdua senang membahas tentang seseorang dan sesuatu yang secara umumnya dapat diberikan pendapat.

''Well, Erlangga mungkin berwajah manis dan idaman perempuan usia remaja, tapi bicara Nevan, jelas wajahnya tampan seperti pria dewasa,'' balas Gege, lalu mulai menghabiskan serealnya.

Sonya tersenyum tipis bahwa pikirannya sebagai wanita selama tidaklah berlebihan jika beranggapan bahwa Nevan adalah pria yang tampan. Setelah pulang dari apartemen Gege, ia segera bersiap di apartemennya untuk selanjutnya menuju apartemen Erlangga.

Sonya dan Nevan telah sepakat untuk menggelar rapat kecil mereka di apartemen Erlangga setelah melalui beberapa pertimbangan. Pertama, tidak mungkin melakukannya di rumah Nevan yang tinggal bersama ayahnya yang seorang menteri. Kedua, kafe atau restoran berpotensi adanya wartawan, paparazi, atau masyarakat yang mendengar percakapan mereka dan ketiga, tetangga apartemen Sonya kebanyakan ibu-ibu sosialita yang kerap bergosip. Pasangan bersandiwara itu menganggap bahwa tempat kejadian perkara selalu menjadi tempat yang pas untuk didatangi oleh pelaku kembali.

''Apa ini tidak berlebihan?'' komentar Erlangga begitu melihat penampilan Sonya.

Wanita itu memakai blazer yang dipadupadankan dengan celana pendek dan sebuah topi baret, lengkap dengan sepatu boots yang hampir mencapai lutut untuk menutupi kaki jenjang milik Sonya.

Sandiwara SonyaWhere stories live. Discover now