Chapter 13

7.8K 725 13
                                    

"Menyingkirlah sementara, sebelum pemutaran perdana filmmu."

Kata-kata Sesil menjadikan Sonya kini berada di perjalanan menuju bandara. Ia harus menerima kenyataan bahwa akan terbang menuju Belanda, bersama Nevan.

Sonya diantar oleh Farah memakai mobil pribadi, karena mobil van miliknya sudah pasti akan mencolok. Mengundang perhatian masyarakat yang jika melihatnya dapat mengabadikan momen tersebut melalui kamera ponsel mereka.

Sonya telah memiliki janji dengan Nevan untuk bertemu di bandara saja. Sekali lagi, dirinya mencoba menghindar dari perhatian orang banyak.

"Bahkan sudah lewat tengah malam, tapi bandara masih saja ramai," komentar Sonya menurunkan sedikit kaca mobil.

"Bukankah bandara memang selalu ramai?" Farah menoleh dan menatap datar Sonya. Padahal ia sendiri tahu bahwa Sonya hampir setiap bulan harus lewat bandara untuk bisa keluar kota untuk urusan pekerjaan dan kebanyakan dari itu adalah pemotretan.

"Sebaiknya kita bergegas masuk," ujar Sonya memperhatikan sekelilingnya.

Dibantu oleh Farah, akhirnya Sonya berhasil mengeluarkan kopernya dari bagasi. Ia lalu menarik kopernya tersebut untuk masuk. Tiket, paspor serta dokumen yang dirinya butuhkan telah siap. Ia hanya perlu menunggu Nevan di lounge yang tersedia.

Baru lima belas menit duduk, Sonya langsung mencari camilan. Ia yang awalnya memakai masker dan topi harus rela membuka maskernya untuk bisa menikmati strawberry parfait yang ada di hadapannya kini.

"Hm, apakah karena aku hanya makan granola jadi tidak terasa sudah habis setengah?"

Sonya terus menyendok parfait sambil menatap sekeliling. Ketika seseorang tampak memandangnya lebih lekat, ia langsung mengencangkan topi yang dipakainya

Tiba-tiba Sonya merasa tersentak oleh suara deringan ponselnya. "Aish, bikin kaget saja." Ia ingin mengomel lebih lanjut, sebelum melihat nama Nevan yang meneleponnya.

"Halo?" angkat Sonya masih setia memakan hidangan yang harusnya jadi menu penutup.

"Aku sudah di bandara."

Alis Sonya terangkat, lalu melirik jam tangannya. Ternyata setengah jam telah berlalu sejak dirinya datang terlebih dahulu.

"Aku sedang ... ngemil," balas Sonya memikirkan kata terakhirnya. Mengingat hari sudah larut, rasanya dirinya tidak rela menyebut kata makan. Apa jadinya seorang wanita makan selarut ini?

"Datanglah ke sini. Jadwal pesawat kita sudah dekat."

Sonya awalnya ingin menolak. Namun ketika melihat jam tangannya kembali dan memikirkan jam pada tiketnya, dirunya segera menghabisi camilannya itu dengan terburu-buru.

Sonya pun mulai melangkah masuk menuju terminal keberangkatan dan terlihat Nevan sudah berdiri di sana. Wanita itu berhenti sejenak melihat penampilan Nevan.

"Hari sudah malam, tapi dia ... masih terlihat menawan," komentar Sonya yang memuji Nevan.

"Kenapa kau memakai jaket setebal itu?" Sonya bertanya setelah berada di dekat Nevan.

"Belanda sedang musim gugur, udara pasti dingin karena embusan angin kencang," balas lelaki itu melihat bagaimana penampilan kasual Sonya.

Sonya hanya memakai baju rajut dengan blazer tipis yang dipadupadankan dengan celana jeans. Wanita itu juga hanya memakai sendal bertali daripada Nevan dengan sepatu kulit yang juga terlihat tebal.

"Aku akan menggantinya kalau sudah sampai di sana," ujar Sonya dengan solusinya. Ia lalu menarik koper untuk masuk ke bagian pemeriksaan.

Nevan hanya menggelengkan kepalanya, lalu mengikuti Sonya. Mereka berdua berhenti untuk diperiksa bagian tiket dan paspor.

Sandiwara SonyaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin