22

442 72 151
                                    

"KAMPUNG HALAMAN! HAHAHAHAH AKHIRNYA! HAHAHAH!" V melompat-lompat girang saat kereta memasuki wilayah Geochang. Mata jahilnya menelisik setiap tempat di sana.

Tadinya ia keluar dari kereta hanya untuk mengambil bunga kecil di pinggir jalan. Membuat Eunha dan para Hyungnya syok seketika, mengira ia terlempar keluar. Karena itu mau tak mau RM menyeretnya masuk kembali ke dalam kereta dan mengikat tubuhnya di bangku dengan syal Eunha, dari perintah Jin tentunya.

"Aigoo ... bisakah kalian hentikan bocah ini?" keluh Jin dengan wajah lelahnya.

"Hyung ... lepaskan saja dia ...," pinta Jimin yang mulai iba melihat V.

Jin menatapnya datar, lalu menggeleng lemah, ia sudah lelah. Sementara V terlihat nyaman duduk dengan tubuh terikat seperti itu.

"Wah ... benar-benar hanya bayangan saja ya ...." Suara J-Hope mengalihkan perhatian Jin. Mereka, Eunha dan J-Hope tengah asik melihat-lihat foto saat mereka di Gwangju.

Mereka hanya menginap satu hari di sana. Pergi ke Penguin Village lalu Gwangjuho Lake Eco Park dan terakhir ke rumah lama pria bermarga Jung itu.

"Hanya kau yang terlihat di foto itu," timpal RM ikut bergabung.

Memang benar, mereka foto bersama di sana, tapi hanya Eunha yang terlihat jelas dalam potret itu, sementara Bangtan hanya terlihat seperti bayangan putih yang mengelilingi gadis itu.

"Ternyata kita memang menjadi hantu ya ...," gumam Jungkook yang sejak dari Busan menjadi sedikit pendiam.

Setelah Eunha mengatakan sesuatu malam itu di Busan, Jungkook terlihat mengurangi interaksi dengan gadis itu, baru inilah ia ikut bergabung dalam percakapan, membuat Eunha sedikit lega.

"Tak ku sangka jadi hantu itu menyenangkan hingga bisa jalan-jalan seperti ini!" seru J-Hope dengan tawa renyahnya. Dibanding member lain, J-Hope memang lebih tampak menikmati liburan ini sejak awal.

"Eunha come here! come here!" seru V saat kereta mulai masuk ke permukiman.

Tak jauh dari kereta itu tampak sebuah Universitas yang berdiri megah di antara bangunan-bangunan di sana.

Eunha menggeser posisinya ke dekat jendela, berhadapan dengan V. Matanya berbinar saat mendapati bangunan Universitas itu.

"Universitas Baram! Rumahku di dekat sana. Lihat jalan setapak itu! Aku biasa lewat sana kalau ingin ke SMA!" Tunjuknya dengan girang.

RM mendekati mereka namun yang ia lihat hanyalah hutan lebat. "... Dimana jalan setapaknya? Bukankah itu hanya hutan?"

Eunha terkekeh. "Ada di dalam sana! Sudah terlewat, kau terlambat~ kau lihat kan Taetae?"

V yang sebenarnya tak melihat hanya mengangguk dengan polosnya.

"Ung!"

***




20 menit berlalu dan sekarang mereka tengah kebingungan di antara lalu lalang orang-orang di stasiun kereta.

"Jadi ... di mana rumahmu, noona?" tanya Jungkook memecah keheningan.

Sementara Eunha tampak melamun. Ia tengah berpikir di mana alamat rumahnya, ia benar-benar lupa.

"Aku ... Aku benar-benar lupa ...," jawabnya dengan tatapan kosong. Jemarinya sejak tadi tak henti mengacak rambutnya yang semakin kusut itu.

Sudah 10 menit mereka diam di sana untuk menunggu ingatan Eunha tentang di mana posisi rumahnya itu kembali. Namun gadis itu belum juga mengingatnya.

"Bagaimana bisa kau melupakan alamat rumahmu sendiri ...," gumam Jimin yang kini sudah berbaring dengan Suga di lantai, tak peduli orang-orang menginjaknya.

"Bahkan kau ingat jalan setapak yang kau lalui saat SMA tapi kau lupa di mana rumahmu?" tanya RM yang tak habis pikir. Ia hanya bisa menghela napas saat Eunha merespon dengan gelengan kepala.

Baterai ponsel gadis itu pun sudah habis dan kini ponselnya mati, parahnya lagi powerbank serta chargernya pun hilang.

"Hah ... Mianhae ...." Eunha menunduk, kini ia duduk di atas tumpukan koper mereka.

"Oh Tuhan ...! Kumohon beri aku kesabaran yang berlimpah! Aish ... Aaghh! Aigoo! Aish!" Itu Jin yang tadinya berharap setelah turun dari kereta akan langsung istirahat dengan tenang. Tapi harapannya pupus saat gadis itu mengatakan ia lupa alamat rumahnya.

"Oh!"

Suara J-Hope mengejutkan semuanya. Mereka menatapnya penuh harap.

"Ah maaf aku lupa akan mengatakan apa hehe," sambungnya.

Eunha dan member lain menatapnya malas.

Kedua telunjuknya menekan kedua sisi pelipisnya, seakan menyalurkan energi untuk mengingat apa yang tadi hendak ia katakan.

"Oh!" serunya lagi, membuat semuanya kembali menatapnya dengan antusias.

"Ah sebentar, ingatanku masih kabur...."

"... Oh!"

"JANGAN MENGATAKAN APAPUN JIKA KAU BELUM MENGINGATNYA!" teriak Jin dengan leher dan wajah yang kembali memerah. Sungguh, kesabarannya sudah di ambang kematian.

"Mi ... Mianhae ... Hehehe ini aku sudah mengingatnya."

"Mwo? Cepat katakan sebelum koper ini melayang ke kepalamu!" geram Jin dengan tangan yang sudah bersiap melempar koper di depannya.

"I ... itu ... aduh hampir lupa .... Ah! aku mengingatnya lagi. Oke, eghem. Jadi, Eunha-ya, tadi di kereta kau bilang rumahmu di dekat Universitas Baram, bukan? Bagaimana jika kita ke sana saja dulu?"

Eunha manggut-manggut. "Hem ... kau benar, mungkin saja nanti aku bisa mengingatnya selagi berjalan ke sana."

"Baiklah, tunggu apa lagi? Kajja!" seru V memimpin jalan.

***




Matahari sudah berada di ujung senja, langi pun mulai gelap. Namun mereka masih belum menemukan tempat tujuannya.

Kruyuk~ kruyuk~

Bunyi perut itu bersahutan, mungkin cacing-cacing di dalamnya sudah menangis meminta jatah pangan.

"Ya ... sampai kapan kita jadi seperti kucing terlantar ini? Aku lelaahhh!" rengek Jin yang ikut berbaring dengan Suga, Jimin, dan V di tanah lapang.

Kini mereka beristirahat di taman yang tak jauh dari Universitas itu.

"Cacing di perutku sudah menggilaaaa. Menyerahlah ... ayo menginap di hotel saja ... aku tak peduli uangku sekarang ... jebaalllll ...."

"Aish diamlah Hyung. Berisik," ucap Suga yang langsung membungkam rengekan Jin.

Mereka menghela napas bersamaan lalu saling menatap lelah.

"Una?"

Eunha tersentak mendengar suara berat itu, terdengar familiar baginya. Takut jika salah dengar, perlahan ia mendongak untuk melihat jelas si pemilik suara.

Deg.

"Popo?"

"Ppoppo?!" Bangtan berseru, apa mereka salah dengar?

"Biar kutebak, kau tersesat lagi, benar?" tanya pria jangkung itu yang terdengar seperti ledekan.

Mendengar kata 'lagi', sontak Bangtan menatap tak percaya pada Eunha yang kini cengengesan.

"Yah ... dulu aku pernah tersesat juga hehe."

***


Note :
- Ppoppo : kecupan

Ghost7Onde histórias criam vida. Descubra agora