24

439 63 132
                                    

Kini keluarga kecil bersama para arwah itu tengah bersantai di dapur, menunggu jatah makan masing-masing.

"Eomma, bisakah kau memasak lebih banyak hari ini?" tanya Eunha dengan kedua tangan menopang dagunya.

Eommanya mendecih. Sejak tadi ia sibuk memasak dan putrinya itu terus saja merengek. "Aku tau kau rakus, tapi ini sudah lebih dari cukup."

"Ayolah eomma ... ini bukan hanya untukku, tapi ...." Eunha melirik Bangtan yang juga menatapnya dengan tatapan memelas. "Tapi juga untuk kucing-kucing itu, aku melihatnya di ujung jalan tadi."

Eunha terus menatap eommanya yang berusaha untuk tak peduli tapi akhirnya menyerah juga karena tak tahan dengan tatapannya.

"Baiklah! Baiklah! Berapa porsi?"

"Tujuh porsi!" jawab gadis itu dengan semangat.

Eommanya melotot tak percaya. "Kau gila?! Ya! apa kau--! "

"Eomma, kau tak tahu bagaimana penderitaan tujuh kucing itu, eomma tidak tahu kan sudah berapa lama mereka menahan lapar? Eo? Tidak tahu kan?" celetuk gadis itu dengan tampang menjengkelkannya.

Eommanya lagi-lagi mendecih. "Ya, aku tidak tau dan tidak peduli!"

"Abeoji ...." Eunha menatap abeojinya, meminta pembelaan. Begitulah ia jika kalah debat dengan sang ibu.

Abeojinya lantas terkekeh pelan lalu menatap hangat sang istri. "Sudahlah biarkan saja, toh persediaan makanan kita bulan ini juga berlebih, kan? Sekali-kali tak apa~," belanya.

Eunha bersorak kecil penuh kemenangan bersama Bangtan, sementara wanita paruh baya itu menatap sinis suaminya.

Acara makan-makan pun berjalan dan berakhir dengan tenang. Tadinya khusus Bangtan, Eunha membawa makanan untuk mereka ke kamarnya, secara diam-diam tentunya.

Setelah selesai memberi makan anak-anak pungudnya, ia pun bersantai di teras belakang, menikmati sejuknya semilir angin malam serta langit yang cerah.

"Eunha-ya?"

Suara J-Hope membuatnya tersentak pelan, menoleh cepat dan tersenyum simpul mendapati bahwa namja itu yang memanggilnya. "Kemarilah Hobie-ssi."

J-Hope mengangguk semangat lalu duduk di sampingnya.

"Sedang merindukan kakakmu ya?" tanya namja itu dengan pandangan ikut mengamati bintang-bintang di langit.

Eunha menatapnya tak percaya. "Omo! Bagaimana kau tahu?" tanyanya balik dengan wajah kaget.

J-Hope terkekeh geli, ditunjuknya ponsel di genggaman Eunha yang menampilkan foto gadis itu  dengan eonnienya saat mereka di Daegu lalu.

"Aah ... aku tanpa sadar, hahah! Tapi kau benar, aku merindukannya." Eunha tersenyum kecut, dadanya terasa perih hanya karena mengatakan sebatas kata rindu.

J-Hope mengelus pucuk kepalanya, membuat gadis itu menatapnya bingung. "Aku paham, pasti sulit rasanya. Aku juga punya kakak perempuan, dan aku juga merindukannya sekarang. Walau jika bertemu kami sering berkelahi," hiburnya dengan kekehan.

Ghost7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang