25

150 36 21
                                    

"Aku pulang, eomma, abeoji. Jaga kesehatan."

Eunha memeluk mereka sekilas lalu pergi tanpa menoleh. Meninggalkan eommanya yang murung serta abeojinya yang tersedu-sedu. Baru kali ini gadis itu hanya menginap semalam bersama mereka, dulunya bahkan bisa berminggu-minggu. Jelas sekali itu karena pertengkarannya dengan sang ibu kemarin.

Ah, benar. Hari ini mereka akan kembali ke Seoul. Dan selama perjalanan pulang itu Eunha lebih banyak diam. Ia hanya terus memandangi jalanan dan melamun.

Belasan jam kemudian akhirnya mereka sampai di Seoul. Mereka tiba pagi hari dan memilih tidur saja sampai sore harinya.

***



Eunha terbangun karena merasa haus. Ia hendak ke dapur dan tak sengaja melihat Bangtan tengah berkumpul di sana. Mereka tampak serius membahas sesuatu.

"Ada apa ini?" tanya gadis itu sambil meneguk sebotol air dingin. Lega sekali, ia baru sadar belum minum setetes air pun sejak pergi dari rumah orang tuanya.

Bukannya menjawab, Bangtan hanya memandanginya dengan ekspresi murung sekaligus cemas.

Kesal karena merasa diabaikan, Eunha memilih kembali ke kamarnya. Namun baru saja ia melangkah pergi, gumaman Suga mengagetkannya dan entah mengapa member lain pun ikut tersentak.

Eunha menoleh lalu menatap bingung namja itu. "Mwo?"

"Pengeboman," sela suga Singkat. Alis gadis itu kian bertaut, tanda ia tak paham maksudnya. Suga lantas menghela malas, ia terlalu lelah untuk menjelaskan kembali apa yang tadi mereka bicarakan hanya pada satu orang ini.

"Kami sedang membahas tentang insiden pengeboman hari itu. Eottae?" sambung namja itu akhirnya.

Namun Eunha semakin tak mengerti. Suga menanyakan pendapatnya tentang masalah itu tapi, memang apa hubungannya dengan dirinya? Sampai-sampai para namja itu melihatnya dengan tatapan iba dan cemas.

Eunha hanya mengidikkan bahu dan pergi. Bukannya tak peduli. Hanya saja, ia pikir lebih baik tak ikut campur terlalu dalam pada masalah mereka. Ia khawatir akan memperburuk keadaan. Apalagi jika memberi keputusan pada hal yang jelas tak berhubungan dengan dirinya.

"Kakakmu. Kami mencurigai kakakmu. " Sepertinya hendak memancing emosi Eunha, Suga kembali membuat langkahnya terhenti dan kini menatapnya tajam.

"Ya. Ini tak lucu. Apa maksudmu?" ucap gadis itu serius. Ia berjalan mendekat, membuat semuanya jadi merinding seketika, tak terkecuali Suga yang memancing amarah gadis itu.

Tapi syukurnya sebelum atmosfer di ruangan itu semakin dingin dan mencekam, RM datang menghampiri Eunha, membawanya duduk di antara mereka, dan menjelaskan semuanya sedetail mungkin.

Eunha tertunduk diam. Jujur saja, setelah mendengar semua penjelasan itu, ia juga sedikit percaya. Pasalnya ia pun merasa sikap kakaknya cukup aneh untuk beberapa hal saat mereka bertemu hari itu. Tapi apa itu cukup untuk menjadikan kakaknya sebagai tersangka?

"Jadi, kalian mau apa? Eo? Ingin aku melakukan apa? Pergi ke Daegu dan membawanya ke kantor polisi, huh?" tanyanya yang lebih terdengar seperti sanggahan.

Semuanya diam. Eunha menatap sinis pada mereka satu per satu hingga tatapannya beradu pada Suga yang menatapnya sinis pula. "Mwo? Kau mau berkelahi? Eo?" ucap Eunha lagi, diam-diam semuanya kecuali Suga menahan tawa.

"Buktikan sendiri jika kau ragu. Percaya atau tidak, itu urusanmu," balas Suga sambil bangkit dan berjalan ke kamarnya.

"Ya." Suara itu menghentikan langkahnya sejenak. Suga berbalik dan sedikit tersentak melihat tatapan menusuk gadis itu. "Aku tak akan percaya jika tak ada bukti. Kau sudah membuatku jadi memikirkannya, jadi bertanggung jawablah! Beri bukti nyata padaku!" sambung Eunha dengan penekanan di setiap kalimatnya.

Ghost7Where stories live. Discover now