05

19 4 0
                                    

SUDAH hampir 2 minggu senja tidak berhadapan dengan rafa. selama itu juga ia memendam rasa sakitnya sendiri. rafa yang cuek dan lebih sering bersama syfa, membuatnya melihat rafa sebagai lelaki brengsek.

lelah sekali rasanya. entahlah, ia merasa fisiknya melemah akhir-akhir ini. sedikit was was karena takut terkena penyakit keturunan dari keluarganya. takut sekali sangat takut.

"senja? ngelamun aja kamu." seorang guru mendatangi bangkunya saat kelas sepi.

namanya bu nisa, salah satu guru favorite-nya. pribadi yang ramah dan perhatian. serta mengerti bagaimana pribadi muridnya, membuatnya nyaman. benar-benar seperti orang tua keduanya.

di banding guru lain yang hanya pura-pura perduli, bu nisa sangat tulus. sangat mengerti jika ada masalah yang di alami muridnya.

"hah? nggak kok, buk." jawab senja, matanya menatap ujung sepatunya sendiri.

bu nisa hanya diam, namun tangannya merangkul lembut bahu ringkih itu. bahu itu bergetar karena menahan tangis.

"nangis aja, ngga papa. butuh teman cerita? ayo ke ruangan ibuk aja." ucap bu nisa sambil memeluk senja, memberi usapan-usapan lembut pula.

ngga tau lagi harus ngomong apa, senja langsung nangis sejadi-jadinya. siang itu dia langsung numpahin rasa sakitnya.

ngga kuat. dia ngga kuat lagi. badannya lemes, pandangannya juga buram. senja pingsan, dan langsung di larikan ke rumah sakit.

***

"gimana keadaan putri saya, dokter?" tanya ayah senja begitu dokter keluar ruangan.

dokter diam aja, raut mukanya buat semua orang di situ khawatir. bahkan ibu senja hampir menangis.

"bisa kita bicarakan ini di ruangan saya? masalah ini sedikit serius." kata dokter, penghuni ruangan semakin khawatir di buatnya.

mendengar masalah serius, ibu senja teringat penyakit keturunan keluarganya. penyakit menyeramkan.

ibu senja sangat takut, bahkan saat ini ia sulit berfikir positif. memikirkan ; anak saya akan sembuh, anak saya tidak kenapa-kenapa. sangat sulit.

ayah senja kembali, mukanya basah. sudah jelas itu adalah air mata. jalannya saja tertatih-tatih. ibu senja segera menghampiri suaminya.

"gimana, pak? putri kita baik-baik saja 'kan?" tanya ibu senja ribut, sang suami menggeleng lemah.

"senja . . s-senja terkena leukemia, bu." suaminya menjawab lemah, air matanya kembali jatuh.

dunia keluarga senja hancur saat itu juga. ibu senja meraung tidak terima. namun, apalah daya . . takdir sudah di tuliskan.

senja terkena leukemia, penyakit keturunan keluarga.

"kenapa nggak ibu aja, pak?! kenapa nggak ibu aja yang kena sakitnya?!" wanita paruh baya itu sangat memprihatinkan keadaannya.

bagaimana tidak? putrinya tidak ada harapan hidup. walaupun, ia selalu berusaha mendo'akannya. semoga saja ada mukjizat yang datang dari sang kuasa.

***

udah ada di penghujung hshs. terimakasih yang udah kasih dukungan ke cerita ini.
yang belum kasih, ayo dong kasih dukungan biar orang bisa tau. jangan jadi sider, hehe.
tysm and good night ! ♡´・ᴗ・'♡

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 14, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Apologies ; Kim YounghoonWhere stories live. Discover now