03

12 5 0
                                    

PAGI ini di kelas senja sedikit ribut. entahlah, senja tidak mengerti. lagipula dia juga tidak peduli apapun itu. namun, samar-samar ia mendengar. ini tentang rafa, dan salah satu teman perempuan di kelasnya. yang ia ketahui namanya adalah, Sanubiru Syfa. mereka tak cukup dekat.

"eh, ada apa ya? kok rame-rame bicarain rafa sama syfa?" akhirnya senja memutuskan bertanya pada temannya, panggil saja, zevan.

"masa lo nggak tau? itu katanya syfa suka sama rafa. mana confess terang-terangan." zevan duduk di samping senja, namun sang empu hanya diam.

syfa suka sama rafa? ; batinnya saat itu.

"sen, lo oke kan? soalnya gue kira rafa pacar lo." senja terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba zevan.

"hah? nggak lah, salah pikiran lo. tenang aja, gue oke kok!" jawab senja, walaupun jelas terlihat butiran air di pelupuk mata yang hampir jatuh.

"sen, jangan sok kuat deh. sana ke kamar mandi, cuci muka lo, sebelum guru mapel dateng nanti." suruh zevan, matanya memandang senja prihatin. walaupun sejatinya senja tidak suka di kasihani.

perempuan itu langsung berlari ke arah kamar mandi belakang sekolah. dia memilih ke kamar mandi belakang karena lebih sepi. sedangkan kamar mandi depan sering di gunakan nongkrong oleh kakak kelas. lagipula di belakang ada kebun dan pohon, jadi lebih sejuk. setidaknya itu bisa menenangkan pikirannya yang tengah kalut saat ini.

"sen . . lo oke? cerita aja sama gue." terdengar suara sahabatnya di sebelah samping tubuhnya. ternyata lia, sahabatnya dari sekolah dasar. mereka jarang bersama akhir-akhir ini. wajar saja, mereka tengah mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian tengah semester tahun ini.

"li . . gue capek." ucap senja, air matanya telah berhenti. namun, pandangannya kosong ke depan. entahlah, tidak mengerti kenapa dia jadi seperti ini.

"tau . . gue tau." lia memeluk tubuh bergetar senja, sang empu juga membalasnya. dia capek, capek banget.

rafa serius tidak sih dengan dia? kalau iya, kenapa dia terima confess-nya syfa? tidak-tidak, dia tidak sakit hati. hanya . . harga dirinya, harga dirinya karena sudah terlanjur terbawa perasaan dengan rafa! rasanya ia ingin memukul kepalanya sendiri.

"udahlah, lepasin aja. cowok brengsek kaya gitu. gue kasih tau ya, bukannya gimana-gimana. cuma gue pengen lo tau, kalau rafa sebenarnya juga suka sama syfa. baru-baru ini sebenarnya, dan dia suka lo dari lama. terserah mau percaya atau nggak, tapi emang ini kenyataannya. gue tau lo kuat, sen." lia mengeratkan pelukannya pada senja.

"makasih, li . . yaudah balik kelas aja ayo. bentar gue cuci muka dulu." ajak senja, ia membasuh mukanya agar tidak terlihat jejak air matanya.

seperti yang di perkirakan senja, bahwa ia dan rafa tidak dapat bersatu. sadar, sen . . rara cuma singgah. nggak menetap ; batinnya kala itu.

***


semoga angstku ngga gagal kali ini.
oh ya, kayanya ini nggak bakalan panjang
kaya short story(?) ya gitu deh ㅠㅠ

Apologies ; Kim YounghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang