L I M A

704 94 70
                                    

Aku nggak pernah nentuin jadwal update ya guys. Aku update suka-suka aja, kalo lagi mood ngetik pasti bakalan up cepet, kalo nggak yaa you know lah wkwk.

Oks langsung baca Chapter 5 aja ya guis, Jan lupa di teken bintangnya 💜 4,2k, siapin cemilan dulu gih biar ga bosen.

Oks langsung baca Chapter 5 aja ya guis, Jan lupa di teken bintangnya 💜 4,2k, siapin cemilan dulu gih biar ga bosen

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

Semua manusia yang hidup di muka bumi ini menginginkan tubuh yang sehat untuk menjalani kehidupan sehari-harinya. Jika sudah merasa dirinya sakit, langsung pergi ke dokter untuk sembuh.

Dan... bagaimana jika tiba-tiba kau divonis menderita penyakit yang parah dan mematikan?

Terkejut? Tentu.

Sedih? Jangan ditanya.

Pasti yang ada di otak kalian adalah, "Bagaimana bisa aku terkena penyakit ini?"

Itulah yang dirasakan Taehyung. Sejak hasil tes darahnya keluar, Taehyung merasakan bahwa dunianya berhenti saat itu juga. Dadanya terasa sesak begitu membaca satu kalimat yang mengatakan kalau dirinya mengidap leukimia stadium dua.

Taehyung mengunci dirinya di kamar, ia tidak menghiraukan panggilan dari pelayan rumah yang menyuruhnya untuk makan malam.

Malam ini Seokjin belum pulang, bisa jadi tidak pulang. Karena siang tadi ia izin untuk pergi ke Daegu.

"Aku harus bagaimana, Tuhan?" lirihnya.

Taehyung mengusap air matanya dengan tangan, lantas mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Tak lama kemudian orang yang di hubungi pun menjawab panggilannya.

"Halo, Tae?"

"Jimin-ah, bisa kau ke rumahku sekarang?"

ˢᵉᶜʳᵉᶜʸ

Seorang lelaki berbahu lebar itu baru saja menyelesaikan pertemuan dengan kliennya di Daegu. Sekarang sudah pukul 11 malam, ia sudah mengistirahatkan tubuhnya di kasur hotel yang ia tempati bersama asisten pribadinya.

"Seokjin-ah!"

Baru saja ingin memejamkan mata, suara Seojoon terdengar di depan pintu kamar hotelnya diiringi dengan ketukan pintu.

Dengan segera Seokjin pun bangkit kembali dan membukakan pintu.

Begitu pintu sudah terbuka, Seojoon langsung mengulurkan tangannya.

"Obatmu, Jin," katanya.

Seokjin mengambil sebotol obat dari tangan Seojoon disertai kekehan pelan.

"Aku bahkan lupa kalau obat ini penting untukku, Hyung."

Seojoon merotasikan bola matanya malas. "Kau sering melewatkan jadwal minum obat, Seokjin. Kalau kau tumbang lagi, apa yang harus ku katakan pada adikmu? Mau berapa banyak lagi aku berbohong pada adikmu? Aish!"

"Sungguh kau cerewet sekali, Hyung," sahutnya sambil tertawa. "Baiklah-baiklah, aku janji tidak akan melewati jadwal minum obat lagi."

"Kalau kau mengingkarinya?"

𝐒𝐞𝐜𝐫𝐞𝐜𝐲||ᵗᵃᵉʲⁱⁿ ᵇʳᵒᵗʰᵉʳˢʰⁱᵖWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu