O4. Langkah di Pagi Itu

186 51 8
                                    

Setelah berulang kali mengabaikan panggilan Dejun, Kinar mengangkat telepon itu begitu tubuhnya sudah terbaring nyaman di atas kasur. Gadis itu melirik jam dinding yang menunjukkan pukul sepuluh malam, lantas meredupkan lampu meja di atas nakas. Ia menarik selimut bulu bergambar keropi sebatas perut.

"Ha--"

"Kau di mana?!" cerocos Dejun saat Kinar baru saja membuka mulut. Gadis itu kembali merapatkan bibir, membiarkan Dejun menuntaskan kalimatnya.

"Pergi tanpa memberi kabar apapun, apa kau bahkan tak berpikir bahwa aku sejak tadi mencarimu?! Kenapa kau terus mengabaikan panggilanku? Kau bahkan pulang ke rumah tiba-tiba."

"Ada keperluan mendesak," jawab Kinar singkat.

"Kau mengatakannya seolah kita baru saja saling mengenal selama satu minggu."

Kinar menghela napas panjang. "Maaf."

"Kenapa? Kenapa kau bahkan meminta maaf saat tidak sedang berbuat salah? Aku hanya bertanya dan apa yang kau lontarkan sejak tadi tidak menjawab pertanyaanku sama sekali."

"Hentikan, Jun."

Kinar sadar Dejun sedang memijat keningnya sekarang. "Maaf, aku hanya terkejut dengan sikapmu tadi. Kau pergi begitu saja saat kita sudah berjanji untuk pergi ke suatu tempat. Kau membuatku terus bertanya-tanya tentang kesalahan apa yang telah kuperbuat hingga membuatmu seperti itu. Kau tidak pernah seperti ini sebelumnya."

"Tenang saja, kau tidak berbuat kesalahan apapun. Aku hanya ingin mengambil bukuku yang tertinggal."

"Buku apa?"

"Buku catatan semester lalu, aku membutuhkannya untuk mencari referensi paper."

"Oh." Dejun menjeda kalimatnya sesaat. "Jadi kita tidak perlu ke tempat kemarin lagi?"

"Hmm, sepertinya tidak karena aku sudah menemukan jawabannya."

"Hm?"

"Aku bertemu dengan pria itu saat perjalanan ke rumah."

"Kau--"

"Dan dia nyata, Jun."

Dejun terdiam mendengarnya, sementara Kinar mulai menguap di seberang panggilan. Selanjutnya, Dejun tak menyangkal lagi meski ribuan sanggahan sudah ada di ujung bibir. Kinar lelah dan Dejun sungguh ingin mengerti keadaan itu meski hatinya terus bergejolak untuk berkata jujur mengenai foto itu. Foto Kinar dan Hendery yang sengaja Dejun hapus karena satu alasan, yaitu Kinar sendirian. Tidak ada cosplayer hantu yang Kinar ceritakan dengan penuh semangat.

Di sisi lain, Kinar juga tak ingin melanjutkan obrolan. Pikirannya masih terus penuh akan perasaan bersalah atas pengakuan Diva tadi dan ia masih tak mau membahasnya dengan Dejun. Kinar sebenarnya berharap bahwa Dejun sendiri yang akan mulai mengakuinya, tentang siapa seseorang yang telah berhasil mengisi hati kosongnya sekarang, agar Dejun tidak mengira bahwa Kinar merasa keberatan dengan hal itu.

"Sebaiknya kau tidur sebelum aku mendengar dengkuranmu dari seberang sini."

Kinar terkekeh kecil. "Baiklah." Tak lama setelahnya, panggilan ditutup.

Keduanya pun sama-sama tahu bahwa tidak semua hal janggal harus disampaikan begitu saja dan saat itu juga. Merupakan suatu hal yang sangat sukar ketika semua yang awalnya baik tiba-tiba berubah menjadi buruk. Dan mereka ingin hubungan pertemanan itu tetap utuh.

•••

Hendery memerhatikan Kinar yang menyimpan ponsel ke laci nakas dan mengelus boneka kecil di samping bantalnya sebelum ia tidur. Saat ini, laki-laki itu duduk di pembatas balkon kamar Kinar dan menatap gadis itu melalui celah gorden pintu kaca yang sedikit terbuka. Ia tak berani masuk meski mampu karena ia tahu Kinar bisa melihatnya. Dan memang hanya Kinar manusia yang bisa melihatnya.

FINDING YOU | Hendery WayVWhere stories live. Discover now