Part 3

31 1 2
                                    

Tiga jam kemudian brownies coklat yang berhasil kami buat sudah terhidang di meja makan. Selain buatan ibu,brownies yang layak makan hanya brownies milik Haruka. Buatanku dan buatan mang Asep,jangankan untuk dimakan,untuk dilihat saja tidak layak. Ibu dan Haruka tertawa melihat hasil karyaku itu. Wajah Haruka bahkan sampai memerah,mata sipitnya itu hanya terlihat seperti garis tipis di wajahnya.

Arigatou gozaimasu. Terima kasih telah mengajakku ke rumahmu. Sekarang aku bisa membuat kue!”,ucapnya saat aku mengantarnya pulang ke apartemennya.

“Sama-sama. Rumahku selalu terbuka untukmu”.

“Iya,bulan depan aku pasti akan berkunjung ke rumahmu lagi”,jawabnya sambil tersenyum.

“Bulan depan? Lama sekali! Besok kamu juga boleh kok datang ke rumah”.

“Tapi besok pagi aku harus kembali ke Jepang. Otousan dan okaasan memintaku cepat kembali untuk merayakan natal disana”.

            Aku sedikit terkejut mendengar jawabannya. Kukira dia memang tinggal di Indonesia. Ternyata dia hanya berlibur disini. Aku hanya mengangguk pelan padanya.

“Aku pasti kembali! Indonesia cantik sekali,aku menyukai ini. Hontouni kirei!”,ujarnya.

            Aku tersenyum kepadanya. Tanpa kusadari tanganku mengusap pelan rambutnya. Haruka sedikit terkejut. Namun dia tersenyum manis,seraya membuka tasnya. Nampaknya dia mencari sesuatu. Lalu Haruka meletakkan sesuatu di tanganku. Sebuah kantung kecil dari satin merah dihiasi bordir emas. Ada gambar bunga dan tulisan yang tak dapat kubaca. Bagian atasnya diikat dengan tali putih.

Omamori. Untuk keberuntungan. Simpan ya!”,ujarnya.

“Pasti!”.

            Haruka pun membungkukkan badannya dan segera berbalik. Setengah berlari dia menuju apartemennya sembari melambaikan tangannya dan tersenyum. Aku akan menunggu senyuman itu kembali kesini.

 Tiga jam kemudian brownies coklat yang berhasil kami buat sudah terhidang di meja makan. Selain buatan ibu,brownies yang layak makan hanya brownies milik Haruka. Buatanku dan buatan mang Asep,jangankan untuk dimakan,untuk dilihat saja tidak layak. Ibu dan Haruka tertawa melihat hasil karyaku itu. Wajah Haruka bahkan sampai memerah,mata sipitnya itu hanya terlihat seperti garis tipis di wajahnya.

Arigatou gozaimasu. Terima kasih telah mengajakku ke rumahmu. Sekarang aku bisa membuat kue!”,ucapnya saat aku mengantarnya pulang ke apartemennya.

“Sama-sama. Rumahku selalu terbuka untukmu”.

“Iya,bulan depan aku pasti akan berkunjung ke rumahmu lagi”,jawabnya sambil tersenyum.

“Bulan depan? Lama sekali! Besok kamu juga boleh kok datang ke rumah”.

“Tapi besok pagi aku harus kembali ke Jepang. Otousan dan okaasan memintaku cepat kembali untuk merayakan natal disana”.

            Aku sedikit terkejut mendengar jawabannya. Kukira dia memang tinggal di Indonesia. Ternyata dia hanya berlibur disini. Aku hanya mengangguk pelan padanya.

“Aku pasti kembali! Indonesia cantik sekali,aku menyukai ini. Hontouni kirei!”,ujarnya.

            Aku tersenyum kepadanya. Tanpa kusadari tanganku mengusap pelan rambutnya. Haruka sedikit terkejut. Namun dia tersenyum manis,seraya membuka tasnya. Nampaknya dia mencari sesuatu. Lalu Haruka meletakkan sesuatu di tanganku. Sebuah kantung kecil dari satin merah dihiasi bordir emas. Ada gambar bunga dan tulisan yang tak dapat kubaca. Bagian atasnya diikat dengan tali putih.

Fruit PieWhere stories live. Discover now