"Juna."

Suara perempuan. Berarti suara yang Juna dengar selama beberapa hari belakangan ini bukanlah imajinasinya belaka.

"Juna..."

Terdengar lagi. Perlahan tapi pasti, Juna membalikkan badannya ke belakang. Kosong, tidak ada siapa-siapa. Tapi, saat dirinya merubah posisi tidur menjadi mendudukkan diri, lagi-lagi suara perempuan menyapa gendang telinga. Bedanya kali ini nama depannya disebut secara lengkap.

"Arjuna..."

Juna menolehkan kepalanya ke kanan, tempat asal suara terdengar. Bukan ekspresi kaget karena takut yang ia berikan, melainkan ekspresi bingung. Pasalnya sosok yang dirinya lihat saat ini sangat berbeda jauh dari bayangannya. Juna kira, ia akan melihat wajah seram. Tap kok... berbeda jauh? Mungkin kata cantik lebih tepat untuk menggambarkan sosok tersebut.

Alis Juna terangkat satu, "Lo siapa?"

"Iihhh! Jangan pake lo-gue dong! Pake aku-kamu aja biar akrab." Gerutu sosok perempuan berbaju putih, yang berdiri disamping kanan Juna.

Juna menghela napas lelah, "Mau lo apa sih?" Tanyanya tanpa basa-basi.

Jujur saja, kejadian ini bukan yang pertama kali dialami oleh Juna. Mungkin kalau dihitung, malam ini sudah ke-74 kalinya ia di datangi. Bedanya, baru kali pertama ini dirinya di datangi saat malam hari. Sementara yang lain, rata-rata mendatanginya sebelum matahari tenggelam. Dan lebih mengejutkannya lagi, baru kali ini Juna didatangi sosok yang parasnya bisa dibilang lebih manusiawi.

'Manis,'  batin Juna saat melihat sosok perempuan tadi tersenyum lebar dengan mata yang berbinar.

Namun tak lama, Juna segera mengenyahkan pikirannya. Ia menggelengkan kepala pelan karena heran dengan dirinya sendiri. Dasar, saking lamanya menyandang status single, kah? Juna sampai memuji sosok perempuan yang berbeda alam.

"Sebelumnya, namaku Sarah." Sosok perempun itu mengulurkan tangan kanannya pada Juna, "Maaf kalau aku ganggu kamu. Tapi, aku pengen kamu gambar wujudku," ucap Sarah dengan penuh harap.

Dengan ragu Juna menjabat tangan sosok perempuan yang mengaku bernama Sarah. Satu kata yang terlintas dibenaknya, dingin. Tak mau lama-lama, ia segera melepaskan jabat tangan, kemudian langsung turun dari tempat tidur nyamannya. Dan beralih duduk di meja belajar, tangannya terulur meraih sketchbook biru yang tergeletak disana.

"Kasih gue alasan yang tepat, kenapa gue harus gambar wujud lo?" tanya Juna tanpa melihat Sarah.

Ia lebih fokus membuka dan mencari halaman yang kosong di sketchbook. Sementara Sarah, dia melayang mendekat ke arah Juna, berniat agar dirinya bisa lebih jelas terlihat. Tapi, Juna buru-buru menyadari.

"Lo duduk aja ditempat tidur, jangan deket-deket! Gue masih bisa liat lo!" kata Juna tegas.

Sontak, Sarah berhenti mendekat. Dia menuruti perkataan Juna tanpa protes.

"Tolong gambar wujud aku, Jun. Sewaktu aku masih hidup, orang-orang disekitar bilang kalau aku itu jelek." Sarah menatap Juna sendu, "Jadi... aku penasaran wujud aku sekarang kaya apa. Tolong gambar aku, ya?" pinta Sarah lirih.

Satu kata yang terlintas dibenak Juna, tumben. Biasanya yang datang padanya itu rata-rata ingin bercerita mengenai kehidupannya dulu atau meminta tolong untuk menyampaikan pesan yang belum sempat disampaikan. Dan biasanya dia sendiri yang berinisiatif untuk menggambar para sosok tersebut.

Namun, kali ini berbeda. Jadi, Juna hanya menganggukkan kepalanya paham dan mulai menggerakkan tangan kanannya untuk menggoreskan pena khususnya pada sketchbook yang ada di tangan kirinya.

Fratrem | NCT DREAM 00 Line ✓Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum