28 » Mati Listrik

9.5K 2K 145
                                    

Pemadaman listrik.

Diantara banyaknya kejadian yang ada, hanya 1 kejadian itu yang kompak tidak disukai si kembar selama musim hujan datang.

Apalagi tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu.

Gelap.

Terbatas melakukan aktivitas.

Juna, Shaka, Haikal, serta Nanda benar-benar tak suka dengan hal tersebut. Walaupun tak sesering saat berada di Jogja, tapi tetap saja mereka tak suka.

Tak ada kegiatan yang bisa mereka lakukan, selain berkumpul dan berinteraksi satu sama lain.

Dan malam ini, mereka sekeluarga memilih untuk berkumpul di ruang keluarga.

"Jadi, siapa yang mau muter keliling komplek?" Celetuk Haikal setelah menyalakan lilin di meja ruang keluarga.

"Hush! Mas Haikal omongannya." Sahut Bunda Wendy dengan menepuk pelan pundak kanan anak ketiganya yang tengah bersandar pada kakinya.

"Lo aja yang muter, gue yang jaga lilinnya." Kata Juna yang baru datang dari arah dapur, dengan ponsel digenggamnya sebagai penerangan.

Bunda mendengus sebal saat melihat anak sulungnya yang baru datang, "Ini lagi satu malah nanggapin."

"Canda bun." Ucap Juna santai. Ia mematikan senter di ponselnya yang masih menyala.

Sejenak, Juna memperhatikan saudaranya yang tengah bersantai bersama ayah serta bunda. Netra nya memindai mencari tempat yang kosong.

Dapat!

Sofa panjang yang berseberangan dengan sofa panjang yang ditempati bunda serta ayah.

Dapat Juna lihat, jika di sofa panjang itu hanya ditempati oleh Nanda yang merebahkan diri disana. Dasar, sangat memakan tempat.

Tanpa perlu ijin ke Nanda, Juna langsung bergegas duduk disamping kaki adiknya.

Sementara itu, Nanda sedikit mengangkat kepalanya melihat ke bawah, karena merasa kakinya tergeser menghimpit sofa. Terserahlah, yang penting kakinya tak terlalu terhimpit diantara sofa dan badan kakaknya.

"Bun, dapet salam dari Reza nih." Kata Shaka yang duduk di sofa single, seraya memainkan benda pipih miliknya.

"Cuma bunda doang? Ayah nggak dapet nih?" Canda Ayah Adimas yang betah memeluk pinggang ramping Bunda Wendy sejak tadi.

Shaka menoleh ke ayahnya, lalu tersenyum. "Dapet katanya, tapi dari nenek sama kakek."

Ayah menghela napasnya. "Ya udah, salam balik ya."

Shaka mengangguk, namun suara Nanda telah menginterupsi lebih dulu, sebelum jarinya sempat mengetik pada layar.

"Tolong bilangin ke Reza juga bang, kalo mau kesini jangan mendadak biar bisa dijemput." Pinta Nanda dengan mata terpejam.

"Emang Reza mau kesini, dek?" Timpal Juna dengan dahi berkerut.

"Kayaknya." Ucap Nanda yang telah mengubah posisinya menjadi duduk, bersandar pada sofa.

"Yang bener, Nan?" Tanya bunda penasaran.

"Bunda kayak nggak tau aja Reza sama Azka itu gimana. Mereka kan suka dateng sama pergi secara mendadak." Celetuk Haikal bermaksud menjawab pertanyaan bunda.

Ia mendekat pada lilin di meja, dan mendekatkan tangannya pada lilin. Atensi fokus menatap pada bayangan tangannya yang terbentuk seperti kelinci.

"Kayak jalangkung dong." Tukas Juna enteng.

Fratrem | NCT DREAM 00 Line ✓Where stories live. Discover now