23 » Camping

9.7K 1.9K 183
                                    

Ternyata, selama 5 hari bergelut dengan beragam lembaran soal, mampu membuat seorang Haikal merasakan lelah.

Lelah secara batin.

Ia sangat butuh yang namanya refreshing. Paling tidak jalan-jalan keluar lah, atau mendirikan tenda di luar rumah.

Namun, sangat di sayangkan karena sedang cuaca tak mendukung. Sebab, sejak pagi hingga malam hujan turun tanpa henti.

Walaupun tak se-deras seperti minggu lalu, tapi tetesan air nya mampu membuat basah kuyup jika berada dibawahnya tanpa payung atau jas hujan.

"Kak, gue pengen refreshing." Ucap Haikal pada Juna yang tumben datang sendiri ke kamarnya. Padahal, biasanya malah Haikal sendiri yang akan ke kamar kakaknya.

Juna mengalihkan sementara fokusnya dari tablet, "Terus?"

"Kasih saran kek."

Alis Juna terangkat satu. Baginya, menggambar itu sudah termasuk refreshing. Jadi, kalau Haikal minta saran ke dirinya, tentu akan dijawab menggambar, tapi adiknya itu mau menerima memang?

"Lo sendiri pengen nya ngapain?"

Haikal mengetukkan jari nya di meja. Menatap jendela di depannya yang tertempel rintik hujan.

Duh, Haikal jadi rindu kegiatan outbond saat melihat rintik hujan yang tertempel di jendela kamarnya.

"Gue pengen susur sungai, kak." Katanya dengan sorot mata sendu.

"Ya udah sana, lo berangkat susur sungai. Paling besoknya langsung ada berita orang tewas gara-gara keseret arus." Ucap Juna pedas.

Haikal menatap malas kakaknya. Ia paham kok kalau kakaknya bermaksud baik di balik ucapan pedasnya, tapi kan dirinya sangat ingin.

"Nggak ada yang lain apa? Kayak nggak pernah ikut kegiatan outbond." Cibir Juna tanpa menatap raut wajah masam Haikal.

Haikal bersandar pada kursi, dan bersedekap. "Ada sih."

Juna menoleh dengan ekspresi penasaran. Alisnya terangkat satu.

"Camping." Ucap Haikal santai.

Tunggu, Juna sedang memproses ucapan adiknya. Camping? Bisa saja sih. Tapi, diluar kan hujan.

"Camping ala anak rumahan aja kak." Ucap Haikal setelah berdiri dari duduknya.

"Mau dimana?"

Haikal menyisir rambutnya ke belakang, "Mohon maaf nih kak, kamar gue kan luas. Muat lah buat di kasih tenda dom 1 biji."

"Ya udah," Juna melanjutkan kegiatan menggambarnya pada tablet, "Sana lo diriin. Gue bagian tim hore-hore aja."

"Yehh. Si kambing." Cibir Haikal lirih pada bagian akhir kalimat.

Refleks, Juna menoleh dengan raut wajah datar, tak lupa tatapan tajamnya.

"Bilang apa lo tadi?"

Mampus.

"Hah? Apaan? Orang gue bilang si kakak." Celetuk Haikal asal.

Juna menatap Haikal penuh selidik. Merasa ada yang aneh pada kalimat yang di ucapkan Haikal sebelumnya.

"Yakin?"

"Iyalah." Sahut Haikal tanpa ragu.

"Dah lah. Gue mau undang Bang Shaka sama Nanda dulu." Lanjutnya sembari membuka pintu kamar.

"Baik-baik lo dikamar gue. Jangan di berantakin." Imbuhnya sebelum benar-benar menutup pintu kamar, dan menghilang dari pandangan Juna.

Setidaknya, Haikal bisa bernafas lega karena tak mendapat amukan atau hujatan dari kakaknya.

Fratrem | NCT DREAM 00 Line ✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora