33. Selir Xu Yenn i

ابدأ من البداية
                                    

Merasa penasaran, Li Xian berjalan mendekat, berdiri untuk menguping pembicaraan seseorang di dalam ruangan itu.

Terlihat dua orang pria berpakaian prajurit tengah berbincang dengan ditemani minuman di mejanya.

"Tidak ada yang tahu bahwa Selir Putra Mahkota Liu Xing Sheng adalah adikku. Saat kebakaran terjadi aku berhasil kabur, dan berkelana hingga bisa menjadi prajurit."

"Apa kau yakin adikmu mendapatkan perlakuan baik dari istri Putra Mahkota yang lain?"

Pria itu mendesah. "Setidaknya aku tidak pernah mendengar hal buruk tentangnya, itu membuktikan bahwa Putra Mahkota memperlakukannya dengan baik."

Pria di hadapannya mengangguk. "Apa yang kau inginkan dariku, Xu Feng?"

Pria bernama Xu Feng itu menyerahkan sebuah amplop. "Seperti biasa, berikan ini padanya, hanya dengan ini aku bisa mengetahui bahwa dia baik-baik saja di dalam istana."

Pria itu mengangguk, menyimpan amplop coklat di dalam bajunya.

Li Xian dan Linda saling tatap, kemudian kembali ke tempat duduknya.

"Selir Yenn i punya saudara?" tanya Li Xian berbisik.

"Saya tidak tahu, Putri. Yang saya tahu bahwa dia sebatang kara, karena itu Putra Mahkota mengangkatnya sebagai selir," balas Linda berbisik.

Li Xian tersenyum sinis, apa akhirnya dia bisa mengusir Selir Putra Mahkota satu persatu? Dan sekarang, dimulai dari Xu Yenn i.

*

Melihat seorang pelayan yang berjalan, Li Xian segera mencegahnya. "Apa yang kau bawa itu?"

"Salam, Yang Mulia, hamba membawa pesan untuk Selir Yenn i," jawab pelayan itu gugup.

Sebenarnya Li Xian sudah meminta Linda untuk memata-matai sedari tadi, dan saat seorang pria datang membawa sebuah amplop untuk Yenn i. Li Xian segera bertindak untuk mencegah langkah sang pelayan, yang mungkin saja pelayan itu juga bersekongkol dengan Yenn i.

"Sangat kebetulan, aku akan mengunjungi Selir Ye, jadi biar aku yang membawanya."

"Tapi, Yang Mulia. Ini adalah tugas pelayan, biar hamba yang membawanya sendiri," tolak pelayan itu gugup.

Li Xian tersenyum. "Apa kau tidak percaya padaku?"

"Bu-bukan begitu, Yang Mulia."

"Kalau begitu biar aku yang membawanya," tukas Li Xian kemudian, membuat sang pelayan itu mau tidak mau harus menyerahkan amplop pada Li Xian.

"Dari siapa pesan ini?" tanya Li Xian.

"I-tu, hamba tidak tahu, Yang Mulia."

Li Xian menyernyit. "Lalu, bagaimana aku memberitahu Selir Ye?"

Pelayan itu nampak pias, gelisah di tempatnya.

"Sudahlah, tidak perlu mencari alasan. Aku akan mengantarkannya," ucap Li Xian kemudian, membalik tubuhnya meninggalkan sang pelayan yang gelisah.

*

"Mari kita lihat apa isinya," gumam Li Xian membuka amplop di tangannya.

Tentu saja dia harus melihat isi pesan yang saudara Yenn i berikan, dia tidak sebodoh itu untuk langsung memberikan pesan pada Yenn i.

Ternyata hanya sebuah tulisan berisi pesan agar Yenn i baik-baik saja, Li Xian mendengus, tapi kemudian bagian terakhir kalimat itu membuatnya terkejut.

"Besok adalah hari peringatan kematian orangtua kita, kita akan bertemu di sana."

Kedua ujung bibir Li Xian terangkat, sepertinya ini akan menarik, pikirnya.

"Apa yang sedang kau baca, Xian'er?"

Suara Liu Xing Sheng menembus gendang telinganya, membuatnya menoleh, sejak kapan pria itu masuk, kenapa dia tidak tahu. Dia segera melipat kertasnya kembali.

"Bukan apa-apa, Yang Mulia."

Liu Xing Sheng tidak semudah itu percaya dengan Li Xian, dia mengambil duduk di samping Li Xian dan mengambil kertas dari tangan Li Xian. Tatapan Liu Xing Sheng meredup membaca tulisan dalam kertas itu. "Darimana kau dapatkan surat ini, Xian'er?"

Li Xian menggeleng. "Aku tidak sengaja bertemu pelayan yang membawanya, karena penasaran, aku buka," jawabnya mengangkat bahunya acuh.

Liu Xing Sheng terdiam.

Li Xian mendekatkan tubuhnya. "Yang Mulia, kau sudah tertipu selama ini, Selir Yenn i masih mempunyai saudara. Apa kau akan menghukumnya?" tanyanya pelan.

Liu Xing Sheng menoleh. "Apa kau berharap bahwa aku akan menghukumnya?" tanyanya.

Li Xian mendesah. "Aku lebih berharap kau akan menceraikannya," jawabnya pelan.

Liu Xing Sheng mengulum senyum. "Dia akan dihukum sesuai hukum kerajaan, karena sudah berbohong terhadap istana. Mengenai apa hukumannya, itu semua Kaisar yang memutuskan."

Li Xian memalingkan wajahnya.

"Lagipula, surat ini tidak bisa membuktikan apapun."

Li Xian menoleh cepat, kedua matanya melotot. "Apa kau tidak membacanya, besok mereka akan bertemu, dan kau bisa menangkap keduanya saat itu," sungutnya. "Kalau kau tidak mau, biar aku yang melakukannya, aku akan membuat mereka mengaku bahwa mereka adalah saudara. Dan selama ini mereka telah membohongi istana," hentaknya lagi.

"Kau tidak aku izinkan untuk pergi kemanapun, Xian'er."

Li Xian memicing. "Aku tidak butuh persetujuanmu."

Liu Xing Sheng mengelus kepala Li Xian. "Beristirahatlah," ucapnya, kemudian beranjak.

Li Xian bersungut-sungut. "Aku pasti akan mendapatkan buktinya, Yang Mulia. Kau lihat saja nanti," pekiknya nyaring. Nafasnya memburu melihat Liu Xing Sheng begitu acuh dengan masalah itu, apa itu artinya Liu Xing Sheng tidak mempermasalahkan kebohongan Selir Yenn i? Apa itu artinya bahwa Liu Xing Sheng tidak ingin menceraikan Selir Yenn i?

Li Xian membenci itu.

.

.

.

Aku suka baca² komentar kalian yg antusias banget sama cerita ini.

Meskipun enggak bisa aku balas semuanya, tapi aku baca kok. Dan aku senyum² sendiri baca komentar kalian. 😁

Karena respon part sebelumnya baik, jadi aku putuskan update tanpa harus nunggu like mencapai 1k.
Baik hati banget kan aku? 😆

Jangan sampai part ini sepi lagi ya, nanti author sedih dan males update hehe 😉

Oh ya, mau nanya, pada masa kekaisaran kayak cerita ini tuh ada buah nanas gak ya?
Tolong di jawab ya, ini untuk mengisi part selanjutnya.

Terimakasih

Happy Sunday
30 Mei 2021

Saskavirby

Li Xian Empressحيث تعيش القصص. اكتشف الآن