Zuan

3 3 0
                                    

Pagi itu begitu menggigil, perlahan pintu gerbang ditutup setelah pukul 07.00. Zilfa dan Zalifa sudah di dalam kelas untuk belajar yang pada hari itu adalah bahasa Inggris. Untuk persoalan berbahasa asing, mereka lah jagonya karena sering pergi ke luar negeri untuk liburan. Mereka di kelas Mipa A yang terkenal kelasnya anak-anak pintar. Ya sekedar rumor kenyataannya mereka sama saja.

"Zalifa, bisa maju untuk mengisi nomer dua sampai empat," perintah Bu Nita.

Zalifa yang dari tadi mainkan kaca, terkejut seketika, badan Zalifa disenggol Zilfa kembarannya.

"Sana maju," bisik Zilfa.

"Oh siap Bu," jawab Zalifa seraya pergi ke depan.

Zalifa menjawabnya dengan tenang dan cepat, bukan karena ia rajin belajar tapi, karena bahasa Inggris sudah jadi makanan sehari-harinya.

"Em, bagus Za benar semua," ucap Bu Nita memuji Zalifa.

Pelajaran selesai tepat jam sepuluh, siswi SMA Islam ini istirahat.

"Zi ayo pergi sama kita," ucap Nina.

"Makasih tawarannya Nin tapi aku mau di kelas dulu nih," balas Zilfa.

"Za adekmu diajak ke kantin dong," ucap Nina.

"Sudahlah kita berangkat aja gak usah ngajakin dia," ucap Zalifa cuek.

Setelah geng Zalifa pergi, Zilfa yang sendirian di dalam kelas akhirnya keluar. Ia beranjak dari kursinya menuju perpustakaan. Namun saat akan ke sana, dia mendapati kecelakaan. Ya, kepalanya terbentur bola basket.

"Aduh," ucap pelan Zilfa.

"Maaf ya aku gak sengaja, nglemparnya malah kena kamu," ujar seseorang yang berada tepat didepan Zilfa.

Zilfa menatapnya, bayangannya ada seorang lelaki tampan tinggi dan bola matanya yang sipit.

"Eh eh kamu jangan pingsan," ucapnya mengaburkan bayangan Zilfa.

"Udah aku gakpapa kok lagian cuma bola basket," balas Zilfa.

"Kita ke depan sana dulu yuk," ujar laki-laki itu sambil menunjuk taman.

"Kamu anak ipa ya aku kok gak pernah lihat?" tanyanya.

"Iya, anak ipa A," balas Zilfa.

"Wah pinter dong kamu," lontarnya.

"Biasa aja, sama saja kok A B C itu," jawab Zilfa yang masih mengelus kepalanya.

"Masih sakit ya?" tanyanya.

"Enggak kok, btw kamu anak Ipa berapa?" tanya Zilfa balik.

"Aku anak ips, gak kuat kali aku di ipa," jelas lelaki itu yang merubah suasana canggung jadi humor.

"Eh jangan bilang gitu, ips juga hebat-hebat orangnya," ucap Zilfa.

"Btw kita belum kenalan, nama kamu siapa?" tanya lelaki itu sambil menjulurkan tangan.

"Namaku Zilfa Andini, panggil aja Zi atau Zilfa," terang Zilfa dengan menelungkupkan tangannya.

"Oh aku Zuan anak pebasket, kayaknya aku pernah lihat kamu deh. Kamu yang suka di kantin ya?" tanya Zuan.

"Aku jarang ke kantin, mungkin yang kamu lihat itu kembaran aku," balas Zilfa.

"Ouh gitu yah," ucap Zuan.

"Hm," sahut Zilfa dengan singkat.

Zilfa berlalu begitu saja dan menuju ke perpustakaan, ia tidak pamitan dengan Zuan ingin pergi. Zuan yang mendengar jawaban Zilfa dengan sesingkat itu dan berlalu begitu saja, membuatnya penasaran dengan Zilfa.
Zuan pergi ke teman-teman kembali untuk bermain basket kembali. Ia memang dari kecil suka dengan olahraga basket. Dan kini ia menjadi pemain basket yang handal dari teman-temannya. Ia kerap menjadi perwakilan lomba basket di sekolahnya. Ia juga pintar dalam akademik.

Antara Cinta dan CitaWhere stories live. Discover now