"Aku tidak akan membahayakanmu. Kau tau apa kata tabib kan?"

Berbalik, Thanasa lekas mengalungkan tangan dileher pria depannya. Menatap lurus-lurus mata sang suami. Kali ini lebih serius dan menuntut. "Aku juga ingin mempunyai anak sendiri, Delano. Aku tau apa kata tabib tentang kondisiku. Tapi aku tetap menginginkannya."

"Aku tidak sanggup jika hal buruk menimpamu."

Menggeleng kepala, Thanasa tersenyum. "Aku tidak takut. Sudah banyak hal buruk yang ku alami. Merasakannya sekali lagi, bagiku tidak apa-apa."

Tatapan Delano melunak, ia mendekatkan diri. "Apa kau serius?"

Mengangguk memberi jawaban, Thanasa memajukan bibir menyentuh Delano duluan. "Aku siap."

***

Musim semi menyusul setelah seminggu. Delano, Thanasa beserta Naff akan menghabiskan waktu di Grey. Membawa beberapa pelayan dan pengawal menuju kesana. Mereka kini sedang dalam perjalanan. Berada dibawah tenda yang sama. Menjadikan ketiganya semakin akrab. Delano memberi Thanasa mantel miliknya karena gadis itu tidak tahan dingin.

"Ibu, aku akan menjadi Raja yang baik nanti. Melebihi Ayah, dan aku akan melindungi Ibu. Siapapun yang menyakiti Ibu, akan aku hukum. Termasuk Ayah sekalipun."

Tertawa bahagia, Thanasa langsung mendekap Naff dipangkuannya. Tak mau kalah, Delano ikut nimbrung kedalam pembicaraan mereka. "Apa kau sungguh akan menghukum Ayah? Apa kau tidak kasihan jika menghukum Ayah?"

Menggeleng cepat, Naff balik memeluk Thanasa dengan erat. "Aku tidak takut pada Ayah. Aku akan hukum Ayah jika Ayah menyakiti Ibuku."

"Benarkah?" Delano mulai tersenyum jahat. "Tapi Ibumu senang jika Ayah sakiti, apalagi kalau sedang dikamar."

Thanasa menatap tajam, ia lagi-lagi kesal lantaran pikiran kotor Delano yang tak segan-segan diucapkan depan anak mereka.

"Apa itu benar Bu? Apa Ibu senang disakiti Ayah didalam kamar?" Naff begitu polos, Thanasa bingung harus jawab apa. Sedangkan suami mesumnya terkekeh senang.

***

"Selamat datang, Yang Mulia. Selamat datang Ratu. Selamat datang Pangeran." Hormat seorang kepala penjaga gerbang kerajaan Grey. Penjaga itu kemudian menegakkan badan. Memberi isyarat pada yang lain untuk mengurus kereta beserta bawaan lainnya. Sang penjaga mengawal ketiga anggota Kerajaan Altair untuk masuk kedalam istana. Didepan sana, sudah ada Dilan, Grace, dan Pangeran Maxime yang menunggu kedatangan mereka.

"Selamat datang."

"Terima kasih." Sahut Delano pada Dilan. Kakak-adik itu sukses memimpin Kerajaan mereka masing-masing. Bahkan semakin berkembang dan maju, apalagi ditambah keduanya merupakan saudara kandung. Menjadikan Altair maupun Grey semakin kokoh dan kuat dalam bidang pertahanan, ekonomi, dan banyak hal lainnya.

"Maxim, ajak Pangeran Naff untuk bermain."

"Baik Ibu." Segera saja Maxime meraih tangan Naff dan membawa Putra Mahkota Altair itu pergi.

"Kau tau, aku ada permainan baru dengan Meura. Aku yakin kau akan menyukainya."

"Benarkah? Memangnya apa?"

Maxim dan Naff sampai dibelakang istana Grey. Terdapat sebuah bangunan diatas pohon menyerupai rumah yang terbuat dari kayu. "Ayo, Meura sudah menunggu kita diatas."

Setelah menaiki tangga, mereka berhasil masuk kerumah minimalis tersebut. Ada seorang gadis kecil disana yang tengah melongok keluar jendela. Suara berisik dari para Pangeran membuatnya menoleh. "Salam Pangeran."

MY KING MY ENEMY (TAMAT) ✓Where stories live. Discover now