Bab 1 - Jam Tangan

Start from the beginning
                                    


***


Senior bertampang judes menatap sebuket matahari yang telah terkulai layu di tangan gempal pria yang 2 ½ kali lipat lebih berisi dari gadis itu.

Kali pertama pria itu memberanikan diri menyatakan perasaan di depan geng senior yang cukup menantang nyawa. Kalau bukan untuk Jelita yang notabennya adalah adik kandung si senior galak ini, Ia gak akan rela masuk ke sarang Gaskann Girl Geng atau 3G (kalau 4G sinyal, mohon maaf). Nyawa taruhannya.

Mella melempar begitu saja bunga matahari itu ke lantai. Bukan levelnya, pikirnya menatap remeh. Gadis itu peka, seakan dirinya tengah dipermainkan saat ini, sementara di sisi lain tahu meski tak banyak tentang pria di hadapannya ini yang dengar-dengar suka mengejar adiknya berkali-kali.

"Nggak malu apa jadi orang? Tahu kan siapa gue?" Mella mencengkeram kuat kerahnya, tak peduli dengan wajah abang ijo burem pria itu yang telah pucat serupa zombie yang kehilangan nafas. Mella terus saja memelototinya. Sama sekali belum ada jawaban dari pria itu.

"Kak Mell!" seseorang datang dari ujung pagar sekat kantin dengan kelas depan. Mella menoleh, pria itu juga.

"Tolong ... lepasin dia, kak!"

Mella hanya tersenyum kecut membuang muka, menatap beberapa geng klopnya tanpa berkata apa-apa lantas pergi begitu saja lalu meninggalkan mereka.

Tumben, ada apa gerangan?
Ali bisa menyihir senior itu dengan perkataan bin simple nan ajaib. Apa gara-gara Ia terlalu tampan untuk dibantah. Ali malah menggeleng, senyum-senyum gaje mengamati pakaiannya yang begitu polos, tanpa gambar. Ia rasa ada sesuatu yang aneh, ada sesuatu di balik hoddie barunya.

Ia mungkin terlalu tampan be like Maskulin di film Terlalu Tampan. Ia terus saja mengamati bajunya sesekali beralih menatap punggung-punggung senior cantik yang telah lolos menghilang dari pandangannya, berbelok ke arah lain.

"Al, " Ali tersadar

"Eh Nand, kamu gapapa? Untung aja tepat waktu, kalau gak kamu udah jadi pepes udang, "
Reva datang membawa sebotol air mineral dingin ke arah Ali lalu menyusul duduk di sampingnya.

"Aku pikir rencana kemarin cuma bercanda, Nan. Ternyata ide jalan terus nih, " kekeh Ali.

Sedangkan Reva tengah mengamati pria yang tak asing di depannya, masih menebak kejadian apa yang membuatnya merasa ada yang familiar dari pria ini. Namun, ia tak ingat kapan atau dimana mereka pernah bertemu. Fatalnya, Ia sampai lupa air mineral yang Ia minum bukan miliknya.

Nando mengamati kado berisi beberapa coklat dan surat cinta yang baru saja dikeluarkannnya dari dalam tas ke atas meja. Ali masih mengamatinya tak percaya lalu berdehem.

"Nand, maaf ... cuma mau tanya aja. Sampai kapan kamu harus berharap ke orang yang belum pasti bakal bilang 'iya' ke kamu setelah ke-sekian kaliannya kamu nembak dia tetep aja ditolak. Dan ... tadi pun kamu coba nembak kakaknya sendiri, yang super pedes. Apa kamu gak capek kalau terus-terus ng-" tanya Ali ragu untuk mengungkapkan. Memang ini yang terbaik Ia pikir tapi sayangnya Nando memotong ucapannya.

"Maaf ya Al. Memang ... sebenarnya aku sudah menyerah, tapi ... pasti Jelita bakal nerima aku kok. Entah kapan, aku yakin!" optimis Nando lalu menghela nafas. Reva masih dalam mode menyimak dan fatal kali yang kedua, tanpa sadar Ia iseng mengamati kado menggemaskan di depannya.

Nyoba satu biji gak ada salahnya!

"Tapi Nand ... ada cewek-cewek waw yang lebih baik, lebih bisa menghargai kamu, lebih perhatian, daripada si Jenong yang gak tau di-"

"Udahlah Al, percuma juga, maaf aku juga gak bisa dengerin kata-kata menyakitkan kamu untuk Jenan. Hati emang gak bisa berpaling kalau udah terlanjur cinta, eaaa. Nikmati makan ajalah, ntar semua aku yang bayar, kalian tinggal pilih! Yuk.. " canda Nando santai.

Memang doyan bercanda aja, Nando. Cinta memang buta dan membuat orang jadi bolot ... sampai gak dengerin sudah berapa kali mulutku meniran kasih nasehat dan saran, tetep aja hasilnya gini,

Ali menggigit ujung batang kacamatanya keras-keras.

Kepelet ikan jenis apaan sih Nando, bisa-bisanya terlalu cinta mati dengan Jelita padahal cantikan emak nya Reva. Julehaaa! Ali terus saja mengeluarkan tanda tanya dan kemirisan besar tentang Nando dalam hati.

Sementara Nando yang baru menyadari ketidakadaan kotak kado miliknya sontak khawatir, di mana? Ia menoleh kanan-kiri.

"Enak juga, " gadis itu menjilat jari telunjuknya untuk tidak menyisakan sedikitpun coklat di tangannya. Nando mengernyit, berteriak dalam hati. Hancur!

Ali yang sadar dengan ulah sahabat perempuannya yang membuat insyaf dan terkuliti menepuk dahinya.

"REVAA!!"

***

Pulang latihan. Reva masih merasa tak enak, sangat tak enak, malu pula. Baru sadar rupanya. Ia masih menatap takut punggung Nando yang berjalan beriringan dengan Ali di depannya. Kini mereka mengarah di parkiran.

Nando baru saja mengingat sesuatu lalu berbalik badan.

"Maaf, maaf, ampun ampun ampun.... Jangan makan aku, aku janji bakal ganti coklatnya suer!" Reva menutup mukanya khawatir kalau-kalau ditelan habis oleh paus di depannya, eh Nando di depannya.

Nando dan Ali tertawa keras.
"Gapapa, santai aja kali. Eh bentar, " Nando menurunkan tas punggungnya, membuka resleting tas lalu mengeluarkan sesuatu.

Jam tangan hijau.
"Punya kamu kan? Maaf aku gak sempat nolongin kamu pas ja-"

"Tunggu! Berarti kamu ... " sahutnya dengan ekspresi melongo lalu terdiam

Ia mulai ingat sesuatu.


***



Nb:
Jangan lupa vote & comment. Terimakasih ^^
Selamat berkarya, semangat belajar dan jangan lupa ngemilnya :v


|| #IBS 1 - The ONAR Friendshrimp ||

- Ranliv -

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 08, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

#IBS1 - The ONAR FriendshrimpWhere stories live. Discover now