Perjalanan Ketujuh

14 5 0
                                    

Sesuai kesepakatan, Natsumi dan Hiro memutuskan melakukan perjalanan ke Yakushima memastikan keberadaan ayah Natsumi. Cara tercepat menuju Yakushima adalah mengandalkan gabungan dua moda transportasi, pertama mereka harus menaiki shinkansen menuju Hakata di Fukuoka, lalu naik pesawat dari Bandara Fukuoka menuju Yakushima.

Kepergian Natsumi dan Hiro di iringi gelapnya langit mendung. Sebentar lagi tampak akan Hujan. Natsumi mulai gelisah. Ia benci saat seperti ini.

"Hiro, Apa kamu yakin perjalanan yang kita lakukan ini benar?" tanya Natsumi memastikan kembali. Padahal keduanya telah duduk di Ruang tunggu terminal di Bandara Fukuoka.

Mata natsumi masih menatap tajam ke arah landasan, waktu sebenarnya masih menunjukan pukul dua sore, namun langit sudah seperti pukul enam. Natsumi mencari sesuatu di dalam tasnya. Benda yang seharusnya ada disana dapat membuatnya lebih tenang menghadapi Hujan. Tangannya terus menerus meraba dan memilah barang apapun di dalam tasnya. Sejauh ini belum ketemu benda yang ia cari.

Pikiran natsumi berkecamuk, jika benda itu tidak ada lebih baik ia memilih tidak melanjutkan perjalananan. Tidak akan berhasil tanpa benda tersebut. Kali ini Teru-teru Bosu Natsumi tidak berada di tempatnya. Ia teringat kalau ia sempat mengeluarkan benda tersebut malam sebelumnya. Ketika ia mempersiapkan segala hal terkait perjalanan ini. Bagi Natsumi apapun yang di bawanya saat ini terasa sia-sia, justru benda yang terpenting malah tertinggal di rumah.

Bunyi pengumuman bandara pun berkumandang, tanda setiap orang yang memiliki tiket harus segera memasuki pesawat.

"Sepertinya aku yakin ini tidak akan berhasil," Ujar Natsumi

"Percayalah ini akan berhasil, Aku akan menemani mu," Ujar Hiro menguatkan

"Bagaimana jika dia masih hidup, bukannya akan membuatku malah terjebak pada kenangan masa lalu yang kelam itu," Natsumi berusaha mengulur waktu. Sejujurnya ada yang mengkhawatirkan dari apakah ayahnya itu masih hidup atau sudah mati. Apapun itu terjadinya nanti. Saat ini yang pasti ia belum sembuh total.

Bunyi pengumuman bandara mengharuskan penumpang segera masuk pesawat seakan mengejar siapapun. Termasuk Natsumi yang di rundung ragu atas kepergiannya.

"Sudah ayo masuk, aku janji akan membantumu, aku tidak akan membiarkan laki-laki itu menyentuh dirimu sejengkal pun," Hiro memberi jawaban yang meyakinkan.

Hiro pun menarik tangan natsumi dan sedikit memaksanya masuk kedalam pesawat menuju Yakushima. Natsumi yang tidak mampu berbuat apa terpaksa ikut masuk kedalam pesawat.

Hiruk pikuk penumpang berlalu Lalang berdatangan dan bolak balik kabin membuat natsumi diserang sedikit sakit kepala.

"Boleh aku bertukar tempat duduk denganmu," Natsumi meminta pertukaran tempat duduk di dalam pesawat. Ia lebih memilih duduk dekat jendela. Bagi Natsumi memiliki akses penuh terhadap jendela jadi hal yang penting, mengingat benda penting yang biasa ia bawa tertinggal di rumah. Setidaknya ia bisa menutup jendela pesawat.

"Baiklah," Hiro mengiyakan permintaan Natsumi. bagi hiro di perjalanan kali ini Natsumi lah bintang utamanya. Ia memiliki sebuah misi untuk dirinya sendiri. Misi untuk sembuh total dari luka masa lalu.

..............................................................................

Selang tiga puluh menit selepas Pesawat lepas landas. Natsumi terlihat tertidur. Pusing kepalanya membuatnya memilih memejamkan matanya.

Melihat Natsumi tidur, Hiro pun mengendurkan sabuk pengaman yang ia pakai untuk membuka jendela di samping Natsumi, baginya penerbangan tanpa melihat jendela luar agak kurang nyaman. Dari situ Hiro mendapati Langit mendadak lebih gelap dari sebelumnya. hujan pun turun terlihat jelas dari jendela pesawat. Natsumi yang nyaman dengan istirahatnya. Sedetik kemudian kepala natsumi bersandar menhadap jendela pesawat.

Ada sebuah kilatan di balik jendela, Tidur natsumi agak sedikit gelisah. Kilatan dari luar jendela tersebut rupanya menyelinap melalui kelopak matanya dan menggangu tidurnya. Pesawat pun mengalami turbulensi akibat cuaca buruk dari luar.

Natsumi terbangun dari tidurnya. Seketika terbangun matanya tepat melihat jendela yang terbuka dan penampakan hujan deras. Ia terpaku. Tubuhnya seakan membatu tiba-tiba pada posisi paling tidak menyenangkan bagi seorang natsumi. ia masih tidak sadar sejak kapan jendela di sisi kirinya itu terbuka.

Tangannya mencengkram kuat pegangan tempat duduknya di pesawat. Perlahan keringat turun dari dahinya. Ada sebuah perasaan takut yang menyelimuti seorang natsumi. Dalam kegelapan yang ia tatap di jendela, ia melihat kejadian yang paling ia benci dalam hidupnya. Ia melihat traumanya sendiri. Ia melihat jelas wajah ayahnya yang malam itu jadi awal dimulainya kebencian terhadap ayahnya.

Keringat natsumi semakin banyak. Mengucur deras. Bertolak belakang dengan kondisi sebenarnya di dalam pesawat yang sejuk karena pendingin udara. Tubuh natsumi bergetar hebat. Getaran itu cukup membuat Hiro yang duduk disampingnya akhirnya sadar jika natsumi telah terbangun dari tidurnya.

"Sudah bangun rupanya," ujar Hiro

Tidak ada balasan dari Natsumi, ia masih menatap jendela tersebut.

"Natsumi," Ujar Hiro menyadari ada yang aneh dengan Natsumi. "kamu tidak apa-apa?"

Natsumi masih belum merespon segala perkataan Hiro.

Hiro pun memegang lengan Natsumi. Untuk menyadarkan Natsumi dari keadaanya yang sekarang. Ia genggam lengan kanan natsumi. "Natsumi, kamu tidak apa-apa?" Hiro mengulangi apa yang ia katakana sebelumnya.

Bukannya kondisi tambah membaik, malah makin memburuk. Tubuh natsumi yang awalnya hanya bergetar, tiba seperti akan terlempar tiba, seperti ada dorongan yang yang membuatnya seperti itu.

"Ya daaaaa, Tasukette (Tidak, Tolong aku)," Natsumi berteriak tiba-tiba

Teriakan itu membuat Hiro Panik. Ada apa dengan Natsumi yang awalnya tenang kemudian berteriak tanpa alasan.

Seketika itu pula para penumpang menengok ke arah tempat duduk Natsumi dan Hiro. Para kru kabin pesawat pun berdatangan. Dengan sigap yang pria mengeluarkan hiro dari tempat duduknya. Seolah-olah hiro telah melakukan kejahatan kepada natsumi. di tariknya hiro dan di bawa ke bagian belakang pesawat. Sementara pramugari wanita segera mengambil peran untuk membuat Natsumi tenang. Salah satunya langsung duduk di sebelah natsumi.

"Tidak apa-apa, sudah tidak apa-apa," pramugari tersebut berucap lirih mendekat ke natsumi. bagi natsumi suara tersebut mirip dengan suara ibunya. Tanpa menunggu aba-aba natsumi langsung memeluk pramugari tersebut. Perlahan yang tadinya natsumi menghela napas cepat, melambat kemudian. Ia sedikit tenang. Persis berada di pelukan ibunya.

Sementara hiro sudah dalam posisi duduk di bagian belakang tanpa perlawanan, sesekali ia ingin menoleh ke Arah Natsumi untuk memastikan keadaannya, namun dihalangi paksa oleh kru kabin. Kru kabin masih mengira hiro adalah seorang penjahat. Kejadiannya begitu cepat siapapun pasti akan menduga hal yang sama. Ketika salah satu pramugari mendekati seorang pramugara di dekat Hiro. Pramugari tersebut menginformasikan kalau kondisi dapat terkendali.

Disaat itulah hiro merasa tenang. Hiro tidak peduli dengan keadaannya saat ini. Ia yakin bahwa setelah mendarat semuanya akan berakhir. Hiro pun pasrah duduk terpisah dengan Natsumi selama penerbangan. Mendapat kabar natsumi sudah tenang daripada sebelumnya, bagi Hiro sudah lebih dari cukup melegakan.

.........................

Perjalanan menulis kali ini memang tidaklah mudah, dalam prosesnya ada saja cobaan yang harus saya lewati, beruntung ada kakak-kakak dan para sahabat baik dalam komunitas Aksara Batik dan kawan pembaca wattpad yang tidak pernah lelah mengerti, memahami dan mendukung apapun kondisinya. Mohon maaf atas kekurangan saya dan segala karya saya.

Terimakasih banyak saya ucapkan dari lubuk hati, semoga kebaikan dan dukungan kawan-kawan semua di berkahi kebaikan dari Tuhan YME. Amin.

#Aksarabatik #Batikpublisher #Jepang #Natsumi #Mentalhealth #Sembuh

Trip to The Wound (BWC 2020)Kde žijí příběhy. Začni objevovat