Perjalanan Kedua

22 11 2
                                    

Tepat pukul 9.16 pagi. Natsumi sudah tiba seperti biasanya di Hiroshima Station, sesampainya di depan monitor informasi jadwal pemberangkatan shinkansen. Ia terpaku sejenak . "Ke mana cerita luka akan membawaku hari ini," Ujar Natsumi

Natsumi melihat telepon genggamnya, ia memastikan kembali peron, nomor gerbong dan jadwal keberangkatan kereta. "Peron tiga belas, gerbong tiga dan tepat pukul 9.36 kereta akan tiba." Natsumi memastikan dalam hati. "Hiro," Jelas tertulis Nama pasiennya hari ini.

Hiro adalah satu-satunya klien Natsumi yang berjenis kelamin laki-laki. Ia sempat ragu pada awalnya menerima Hiro sebagai salah satu pasiennya. Sebuah hal normal bagi seorang pendengar rasa sakit macam Natsumi, kebanyakan pria enggan menceritakan rasa sakitnya. Ada tembok besar bernama gengsi yang menghalangi untuk itu. Seperti sebuah doktrin tidak tertulis dimana laki-laki tabu untuk terlihat menangis, begitu juga dengan keputusan laki-laki menceritakan kenangan buruk yang ia alami kepada orang lain. Apalagi kalau pendengarnya perempuan seperti dirinya. Siapapun laki-laki pasti ingin di nilai kuat. Kalau kuatnya semacam ini Natsumi tidak pernah benci terhadap sosok laki-laki. Memang Natsumi tak pernah menaruh benci dan menyamakan semua laki-laki seperti ayah kandungnya sendiri. Natsumi masih percaya pasti ada laki-laki yang tidak sebinatang gambaran laki-laki dimasa lalunya. Walaupun untuk detik ini, tembok Natsumi agak tebal membatasi kepercayaannya pada setiap laki-laki. Tidak dapat dipungkiri, ia lebih hati-hati berhadapan dengan setiap laki-laki yang ia temui.

Natsumi pun bergegas melangkahkan kakinya menuju peron tiga belas. Selepas menaiki eskalator ia pun tiba di pinggir rel Kereta shinkansen. Matanya menyisir setiap nomor gerbong yang tertuliskan di lantai tepat di pinggir rel kereta. Dalam hatinya mencoba tepat menandai nomor gerbong. Semua penumpang shinkansen biasa Memastikan gerbong yang akan dinaikinya sebelum kereta tiba. Ini penting karena di Jepang kereta datang dan pergi sangat tepat waktu, dan akan lebih baik Kalau ia langsung naik di gerbong yang ia dituju dibandingkan harus berjalan menyusuri lorong kereta. Apalagi peruntukan setiap gerbong berbeda.

Gerbong satu sampai tiga, biasanya bagi penumpang yang tidak memesan nomor tempat duduk, tentunya tiketnya lebih murah. Sedangkan gerbong sisanya, diperuntukkan bagi penumpang yang memesan tempat duduk.

Jauh dari arah kanan mulai terlihat shinkansen berwarna putih semakin mendekat, dengan sangat cepat. Natsumi berharap setiap pasiennya pulih sama cepatnya ketika berkonsultasi di dalam kereta peluru ini.

Pagi ini calon penumpang cukup banyak, sepertinya semua orang menuju arah Jepang bagian barat. Begitu pintu gerbong nomor tiga terbuka, Natsumi pun memasuki kereta. Selepas di dalam gerbong, ia langsung mencari pasiennya yang sudah ketiga kali ini bertemu. Dari kejauhan ada seorang pria yang langsung menyapanya dengan lambaian tangan. Benar itulah Hiro. Hiro usianya tak jauh berbeda dengannya. Tanpa menunggu lama ia berjalan kearah lambaian tangan Hiro.

"Hiro bagaimana kabar mu hari ini?"

"Cukup baik," Hiro menjawab seadanya. "duduklah!" Pinta Hiro

Natsumi langsung duduk disebelah Hiro. Natsumi sepertinya sudah paham kalau hari ini akan jadi pertemuan yang sulit. Karena ini bukan pertama kali Hiro menjawab dengan seadanya seperti ini. Dalam praktek konseling yang Natsumi jalani, pasien memang tak akan langsung menceritakan masalah yang dimilikinya. Natsumi harus sedikit demi sedikit membuka tabir apa yang menjadi beban masa lalu dari setiap pasien yang ia temui. Begitu pula Hiro, pada pertemuan pertama dan kedua Natsumi masih belum mampu membuat Hiro bercerita lepas. Bagi Natsumi ini mempersulitnya mengetahui bagaimana harus menolong pasiennya.

Ingatan akan pertemuan pertama dengan Hiro masih terbekas jelas, bagaimana ketika itu bahkan tidak ada lambaian tangan menyambut Natsumi pertama kali memasuki gerbong shinkansen. Sedingin itu pertemuan kala itu.

Trip to The Wound (BWC 2020)Where stories live. Discover now