記憶

163 24 6
                                    

"Bodoh amat! Aku benci Sensei!"

"Eh? Tu, Tunggu dulu, Dazai-kun!"

Saat itu, Kikuchi Kan tengah mengobrol dengan Yoshikawa Eiji. Sekadar menyapa karena Yoshikawa juga melewati koridor dan tiba-tiba saja mengobrol banyak hal ketika Kikuchi ingin menuju Dining Hall bersama Akutagawa.

Akutagawa yang langsung merasa luang pun menyandarkan diri di dinding koridor. Tidak ada celah yang bisa membuatnya masuk ke dalam percakapan Yoshikawa dan Kikuchi. Kikuchi sudah menyuruhnya untuk pergi duluan, tapi Akutagawa bersedia menunggu sampai obrolan mereka selesai.

Di saat itulah, Dazai Osamu tidak sengaja menemukan Akutagawa yang terabaikan. Dengan suara kecil, tapi gerak tubuh yang luar biasa, Akutagawa akhirnya terpanggil dan mendapatkan teman obrolan.

Ketika obrolan Kikuchi dan Yoshikawa selesai, kini giliran Kikuchi yang harus menunggu obrolan Akutagawa dan Dazai selesai. Tidak enak juga rasanya jika Kikuchi pergi duluan setelah Akutagawa sudah menunggunya dari tadi.

Tetapi...,

"Mereka berdebat?" tanya Yoshikawa yang juga menangkap suara teriakan Dazai.

"Wow...?" Kikuchi yang semula melipat tangan dan menyandarkan tubuhnya di dinding sampai berdiri tegap untuk fokus pada Akutagawa dan Dazai. "Dazai bilang apa? Dia benci Ryuu?"

"Kalau tidak salah dengar, memang itu."

Kikuchi membulatkan mulutnya. Yoshikawa dan Kikuchi memandang Dazai yang berlari meninggalkan Akutagawa sendirian.

"Wah...," Kali ini mereka mengucapkannya secara bersamaan.

Akutagawa kembali dengan wajah sedikit terheran. Tangan kirinya sempat memijat sebentar tengkuknya, entah karena canggung atau memang lelah, dan segera pula dia mengambil kotak rokok dari sakunya. Keningnya sedikit berkerut, tapi ekspresi wajah tenang yang selalu dipertahankannya itu terlihat sangat jelas.

"Ayo,"

"'Ayo' apanya. Kamu ngapain sama Dazai?"

"Gatau."

"Kuralat pertanyaanku. Kamu apain Dazai?"

"Kuulangi jawabanku. Gatau."

Akutagawa menghembuskan asap dari bibirnya, kemudian menghela napas panjang. Yoshikawa maupun Kikuchi pun hanya bisa mengangkat bahu dengan wajah heran. Yoshikawa pamit duluan karena memiliki pekerjaan dan perjalanan mereka dilanjutkan menuju Dining Hall.

Sungguh Kikuchi tidak ingin bertanya, tapi apalah daya hati ini sudah dibuat penasaran. Mata Kikuchi tidak terfokus pada lantai ataupun jalan, melainkan mengobservasi setiap garis wajah yang Akutagawa perlihatkan. Bibir yang mengemut rokok itu sesekali digigitnya sehingga rokok itu terlihat naik-turun, kerutan di dahinya terlihat, matanya sedikit lebih sipit. Kikuchi menundukkan kepalanya. Tatapan mata biru itu tidak berubah, tapi jelas fokusnya ada di tempat lain. Menyadari sang rekan begitu memperhatikannya, Akutagawa mulai melirik dan dengan jelas menunjukkan ekspresi terganggu.

"Kenapa, Kan?"

"'Kenapa', kau tanya?" Kikuchi tidak senang karena Akutagawa seolah menyuruhnya tutup mata.

Akutagawa selanjutnya tidak menjawab. Kikuchi juga akhirnya memutuskan untuk tidak bertanya.

"Nanti akan kuceritakan,"

Begitulah Akutagawa menggantung cerita ketika mereka membuka pintu Dining Hall. Alih-alih mendapatkan lanjutan ceritanya segera, cerita itu bergantung selamanya.

End

Ditulis tanggal 12 Desember tapi hingga kini tidak menemukan lanjutannya.

Bungou To Alchemist -Drabble-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang