Red Riding Hood (2)

182 34 43
                                    

"Jadi," Neko menarik napasnya sejenak sebelum mengambil sebuah kesimpulan. "Buraiha yang mengadakan pertunjukan mendadak itu untuk mendapatkan uang lebih?!"

"Errr, aku tidak mengerti bagaimana penjelasan tidak jelas dariku bisa kesimpulannya sampai seperti itu... Rame sih... tapi rasanya..." Tokuda menghela napas. "...iya,"

"Dasar!" Neko mengumpat kesal. "Memangnya uang yang diberikan untuk jajan tidak cukup? Ini bisa merusak citra Perpustakaan!"

"Kalau pertunjukkannya bagus, rasanya tidak masalah," ungkap Kanchou. "Melihat dari isi pertunjukkannya, target mereka adalah orang-orang muda yang mau sukarela memberikan sumbangan uang jajannya. Hmm... Ceritanya bisa berbahaya."

"Apalagi mereka rata-rata tidak ada kemampuan untuk tampil di atas panggung ataupun akting... Mereka hanya berbekal kepercayaan diri saja!"

"Ceritanya tentang apa?"

Tokuda menghela napas kesekian kalinya, "Gadis Kerudung Merah dan Serigala.... Mereka mengambil cerita umum dari luar...."

"Kenapa kau tidak melaporkannya?!"

"Ughh," Posisi Tokuda sulit saat ini.

"Bagaimana kondisi panggung?" tanya Kan.

"Sekarang bagian Serigala memakan Si Kakek," lapor Arishima.

"Bagus, bagaimana dengan orang Perpustakaan?"

"Masih di dalam Perpustakaan. Aku tidak yakin pertunjukkan ini akan berlangsung lama, ceritanya tidak panjang juga kok, kurasa tidak masalah."

"Tidak apa-apa," Kan mengintip kondisi panggung dari belakang sambil mengeluh panjang. "Sialan. Seharusnya rencana ini tidak perlu disebar ke Buraiha. Dazai itu terlalu semangat sekali!!"

Mushanokouji yang tengah duduk di belakang panggung tertawa kencang. "Karena itu Dazai sih."

"Pertunjukkan mendadak ini terkesan main-main. Tapi kalau mereka melucu, rasanya menyenangkan," lanjut Arishima.

"Hah... Yah kalau kalian menyebutnya seperti itu, mungkin bisa dibilang begitu," Kan melihat seseorang yang tengah bersiap-siap tak jauh dari mereka. "Kurasa kita hanya bisa pasrah ya?"

Musha tersenyum sambil memutar tubuhnya ke belakang, melihat seorang pria yang tengah bercermin,

"Sudah siap, Shiga?"

"Siap emosi mah iya."

Dazai melangkahkan kakinya sembari memetik beberapa bunga imajinasi yang ada di panggung. Beberapa dimasukkan ke dalam keranjang dan sesekali Dazai bertingkah lucu hingga penonton tertawa. Beberapa penonton pria ada yang gemas karena manisnya, penonton wanita pun mengagumi tingkah lucu Dazai.

Gatau mereka kalau dia titisan iblis.

Akhirnya Dazai selesai memetik bunga. Sudah saatnya menuju rumah Kakek Haruo.

Settingan berubah menjadi rumah Haruo tadi. Ango tengah duduk di kursi kayu yang biasa diduduki oleh Haruo.

Dazai mendobrak pintu bagaikan peluru yang keluar dari meriam. Suaranya bak ledakan dan aura cahayanya bisa mengalahkan kilaunya bom atom ketika meledak.

"KAKEK HARUO!!!!"

"Kalau aku punya cucu kayak elu, yang ada gua serangan jantung,"

Spontanitas yang keluar dari mulut Ango membuat penonton tertawa sangat kencang.

Bungou To Alchemist -Drabble-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang