3 | Lelaki itu

6 1 0
                                    

SEORANG gadis berjalan di koridor sekolah, memegang sebuah buku, berjalan menuju kelas Viola.

"Nih, Vil," ucap gadis itu sambil mengulurkan buku yang dia bawa tadi.

"Maaf ya telat, soalnya kemarin gue sakit jadinya nggak bisa balikin," maafnya dengan muka sedih.

"Nggak papa, yang penting jangan pada saat hari itu gue ngumpul. Lo tau 'kan akibatnya?" tanyanya, penuh dengan penekanan.

"I-iya, gue tau." Gadis itu seperti tampak takut tetapi hanya sesaat.

"Dah ya, gue balik ke kelas dulu. By ...." Gadis itu melambaikan tangannya tetapi sama sekali tidak dibalas oleh Viola, ia hanya sibuk dengan komik yang sedang ia baca sekarang.

Setelah gadis tadi pergi, Viola memasukkan buku PR-nya ke dalam tas. Lalu, iya pun menaruh kepalanya di meja, seperti kelelahan tetapi tidak tahu karena apa.

Ia pun melihat jam di tangannya, "masih lima menit lagi"-gumamnya, lalu pergi keluar kelas sedikit terburu-buru.

Ia pergi ke toilet untuk buang air kecil, sesegera mungkin ia berjalan ke toilet, takut bel tanda pelajaran dimulai berbunyi.

Saat sudah sampai, ia langsung masuk dan segera melakukan tujuannya. Setelah selesai, ia keluar dengan pandangan mengarah ke bawah karena memegang ponsel. Tanpa sadari ia menabrak seseorang.

Bruk!

Poselnya terjatuh, ia marah dan kesal, bukan hanya karena ponselnya terjatuh saja tetapi juga karena siapa yang menabraknya.

"Lo?!" Viola mengambil ponselnya yang terjatuh dengan rasa kesal.

"Woi! Lo udah bikin ponsel gue jatuh malah diam aja. Lo punya hati nggak sih?!" Marah Viola kepada lelaki itu dan tentunya lelaki itu adalah lelaki yang ia temui kemarin pagi yang membuat ia jatuh di lantai.

"Woi! Ganti nih," ucap Viola sambil menyodorkan ponsel kearahnya. "Woi! Lo budek?"

Lama-lama Viola semakin geram dengan lelaki itu, pengen ia bunuh tetapi ia tidak sejahat itu untuk melawan orang seperti ini.

Lelaki itu sibuk dengan mengepelnya, tidak sedikit pun ia menoleh ke arah Viola, tidak sedikit pun.

"WOI!!!" Hampir saja ia ingin mendorong cowok itu hingga jatuh tetapi diurungkan karena bunyi bel masuk.

"Awas aja lo! Gue nggak akan biarin lo lepas dari gue. Tinggu pas istirahat, awas aja ya!" ancam Viola sambil menunjuk lelaki itu dengan tatapan sinis dan berjalan menuju kelas.

~~~

"Vil, ini ni apa sih, gue nggak ngerti. Ajarin ...," ucap Cika dengan berbisik ke arah Viola.

"Mana saya tau, saya 'kan ikan." Viola tidak memperdulikan temannya itu, ia sedang sibuk mengerjakan tugasnya sendiri.

"Please ..., Bantuin gue ...." Cika memohon-mohon ke Viola dengan muka yang dibuat-buat.

"UDAH DIBILANG GUE NGGAK TAU, YA NGGAK TAU!" bentak Viola diiringi dengan memukul meja, yang lantas membuat semua orang di dalam kelas termasuk guru yang sedang mengajar di kelasnya terkejut.

"Viola ...," ucap Ibu Nia-guru yang sedang mengajar di kelas itu-memanggil Viola.

"I-iya bu," ucap Viola dengan gelagapan.

"Kamu, keluar sekarang!" bentak Ibu Nia sambil mengarahkan jari telunjuknya ke pintu.

Viola pun keluar. "Kamu hormat bendera sampai pelajaran Ibu selesai!"

Ia pun berjalan dengan rasa malas, ia hormat bendera dengan mata yang disipitkan karena silaunya sinar matahari.

Semakin lama sinar matahari membuatnya merasa kegerahan, tangan yang tadinya hormat menjadi kipas untuk dirinya sendiri. Tak sengaja matanya melihat lelaki yang tadi sedang menyapu, "arghhh ... kenapa harus bertemu dia lagi sih," gumam Viola, kesal. Ia pun segera memalingkan wajahnya ke arah bendera.

Lelaki itu melirik ke arah Viola yang kepanasan, dia sedikit kasihan melihatnya dan karena itu ia memberikan air minum ke arah Viola.

Viola yang sedari tadi menatap bendera tak sadar ada sebuah botol berisi air minum yang disodorkan oleh seseorang. Ketika ia melihat orang itu, ia malah menjauh dan masih tetap menatap ke arah bendera.

Lelaki itu mengikuti ke mana Viola pergi dan masih tetap menyodorkan botol yang berisi air minum ke arahnya.

Karena sedari tadi Viola kepanasan, ia melirik ke arah lelaki itu. "Lo beneran ngasih ini ke gue?"

Lelaki itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya disertai dengan senyuman. Setelah mendapat izin, Viola pun meminum air itu sampai habis.

"Makasih," ucap Viola dengan menyodorkan botol kosong yang airnya sudah habis ia minum.

Lelaki itu mengambilnya dan mengulas senyuman ke arah Viola tetapi Viola tidak menghiraukannya. Lelaki itu pun pergi, melanjutkan kegiatan menyapunya.

~~~

Viola telah selesai dari hukumannya dan sekarang ia sedang bersama Cika di kantin.

"Vil, lo mau pesen apa? Biar gue yang pesenin," tanya Cika ke Viola.

"Sama aja kek lo." Sekarang ia lagi malas dengan semuanya, hukuman tadi membuatnya lelah.

"Oke."

Viola menaruh kepalanya di meja, sedikit terpejam sebelum akhirnya ia tertidur.

"Hei!"

Sebuah suara membuat Viola terbangun dari tidurnya. "Eh ayam ayam."

Ia melihat siapa yang mengagetkannya dan tenyata adalah Cika.

"Lo ini." Cika tertawa melihat Viola yang gelagapan seprti itu.

"Kirain ayang." Tawa Viola semakin keras. "Coba kalau cowok yang bangunin lo dan lo gelagapan dengan kata ayang. Pasti tu cowok kegeeran."

"Sa ae lo." Viola kembali menaruh kepalanya di meja dan ingin melanjutkan tidurnya.

"Heh ... ini siapa yang makan baksonya," gerutu Cika.

Viola mengangkat kepalanya. "Kok bakso sih."

"Lah, 'kan kata lo sama kek gue, gue maunya bakso."

"Heh ... gue nggak mau, lo aja." Viola beranjak dari tempat duduknnya menuju kelas.

"Siapa yang bayar? Gue gitu? Nggak mau ah"

"Nih." Viola menyodorkan uang lima puluh ribu.

"Kebanyakan."

"Ambil aja untuk lo, gue mau ke kelas." Viola pun melanjutkan perjalannanya menuju kelas.

"MAKASIH VIOLA BAEK ...." Cika segera menyantap baksonya dengan rasa senang.

TBC...

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 25 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kesempurnaan HatiWhere stories live. Discover now