2| Pacar Viola

4 1 0
                                    

SUARA bel sekolah berbunyi membuat semua siswa-siswi bersorak gembira, karena itu adalah pertanda bahwa kegiatan belajar mengajar telah usai. Mereka semua keluar kelas dan ingin segera pulang.

Termasuk Viola, ia sedang membereskan bukunya untuk segera pulang ke rumah. Setelah semuanya sudah di masukkan ke dalam tas, barulah ia pergi meninggalkan kelas menuju parkiran sekolah tempat di mana mobilnnya berada.

~~~
Setelah sampai di sana, ia melirik ke arah samping mobilnya, melihat sepeda yang tadi pagi ia lihat sudah tidak berada di sana. Tak mau ambil pusing, ia pun masuk ke dalam mobil, menghidupkan mesin dan melaju meninggalkan sekolah.

Ia mengendarai mobilnya dengan santai, menyender di kursinya dengan penuh rasa lelah. Sungguh, hari ini terasa lelah baginya. Semangat yang begitu membara di pagi hari tadi, seketika langsung padam dengan semua tingkah laku orang di sekitarnya.

'Mama dan laki-laki itu, menyebalkan'-gumamnya dengan raut wajah yang kesal. Dua orang itu ... ingin rasanya ia lenyapkan dari bumi ini sekarang juga, tetapi itu semua hanyalah khalayan semata, karena ia tidak mampu untuk melawan orang.

~~~

Sesampainya di rumah, ia langsung masuk dan menaruh mobilnya di depan rumahnya. Kemudian ia masuk rumah menuju kamar. Ia pun membaringkan tubuhnya, memejamkan matanya beberapa kali, ingin tidur tetapi sulit untuk dilakukan.

Brum ... Brum ... Brum ....

Suara mobil masuk ke pekarangan rumahnya, tetapi ia tidak menghiraukannya. Ia sudah tahu siapa itu, seseorang yang selalu membuatnya kesal. Siapa lagi kalau bukan mamanya? Ia sudah muak dengan tingkah laku mamanya.

Sedikit demi sedikit, mata terpejam dan alhasil Viola tertidur dalam keadaan belum mengganti bajunya.

~~~

Malamnya, ia telah membereskan semuanya. Ia sudah bangun sejak tadi sore, dan langsung membersihkan tubuhnya. Sekarang ia tengah asik bermain ponsel, sampai-sampai ia lupa kalau ia belum makan. Mungkin itu adalah hal yang baru dicobanya.

"Viola ...." Terdengar sedikit pelan suara mama, karena dirinya tengah menggunakan earphone. Ia seperti tidak memperdulikan mamanya, mengacuhkan dan membiarkan wanita itu mengomel-ngomel tentang dirinya.

Ia sangat tidak peduli, bahkan ia ingin segera hilang dari bumi ini agar bisa terlepas dari kekangan mamanya itu. Karena muak dengan semua ocehan mamanya, ia pun membuka pintu kamarnya.

"Apasih yang Mama mau?" tanyanya dengan suara yang sedikit lantang. "Emangnya Mama peduli kalau aku nggak makan? emangnya Mama pernah peduli semua tentang aku?!"

Pertanyaan itu membuat mulut mamanya bungkam, ia tak mampu untuk berucap. Ia menatap datar Viola dan tidak memberikan jawaban atas pertanyaan Viola tadi.

"Jawabannya enggak 'kan ...? Mama nggak pernah untuk peduli dengan aku, Mama selalu memikirkan diri Mama sendiri! Keegoisan Mama yang bikin aku jadi begini, Mama ... selalu ngekang aku dan itu juga salah satu mengapa aku mau ngebantah Mama!" Tak terasa, bening-bening air mata pun jatuh ke pipi Viola.

"Aku selalu berusaha untuk bisa ngertiin Mama, untuk bisa selalu nurut apa kata Mama. Tapi sekarang ... aku emang nggak bisa lagi untuk nurut sama Mama, karena Mama sudah keterlaluan!" Viola sudah tidak tahu apalagi yang harus ia bicarakan kepada mamanya agar mamanya bisa menerti tentangnya.

"Mama selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk kamu, Viola! Tapi, apakah ini balasan darimu untuk Mama? Mama nggak habis pikir lagi dengan kamu!" ucap mamanya membuka suara dengan suara meninggi.

"Iya! Iya, ma! Aku nggak bisa untuk berterima kasih ke mama karena mama selalu bikin mood-ku jadi hancur. Semua yang mama kasih telah sirna karena semua perilaku mama ke aku! Sudah aku bilang, kalau mama seperti ini terus ... aku nggak bakal main-main untuk pergi dari rumah ini!" Viola pun masuk ke kamar, menangis terduduk di belakang pintu. Antara salah dan benar, ia seperti tidak percaya dengan semua yang telah di lakukannya tadi. Tetapi, semua sikap mamanya itu yang membuat ia harus menjafi seperti itu.

Kejadian seperti itu selalu saja terjadi, hampir setiap hari ia berantem dengan mamanya, adu mulut dan akhirnya, aku yang harus mengalah.

Ting Tong!

Suara bel rumah membuat ia mengangkat kepalanya dari dalam dekapan tangannya. Ia menghapus air matanya dan melihat dari balkon, siapa yang datang bertamu.

Setelah dilihat, rupanya yang datang adalah pacarnya. Ia seperti menjadi bersemangat karena cowok itu. Ia segera memilih pakaian untuk bersiap-siap pergi bersama pacarnya itu, karena malam ini ia sudah janji akan pergi bersama dengannya.

Ia melihat ke arah cermin yang memberikan pantulah dirinya, setelah dilihatnya sudah cukup rapi, barulah ia pergi turun ke bawah.

~~~

"Hai!" sapanya diiringi dengan senyuman.

"Hai," ucap pemuda yang ada di hadapan Viola dan tak luput dari senyuman. "Kamu cantik sekali malam ini."

Viola tersipu malu. "Hehehe, nggak kok. Oh ya, ayo jalan entar kemaleman." Viola pun segera menarik tangan Geral-pacarnya Viola-agar segera pergi kencan.

"Yaudah ayo!"

Mereka pun masuk ke dalam mobil, dan bersiap-siap untuk jalan bersama.

~~~

"Bagaimana menurutmu tempat ini?" tanya Geral setelah mereka sampai ditempat yang ditujukan.

"Bagus, aku suka," kawab Viola dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ayo kita duduk."

"Oke."

Mereka sekarang tengah berada di sebuah restoran yang paling terkenal di Jakarta. Menikmati malam dengan makan bersama.

Mereka juga memesan makanan. setelah itu pelayan restoran pergi untuk membuat pesanan mereka dan kembali membawa makanan siap saji.

"Aku mau ke toilet dulu ya, nanti aku ke sini lagi, oke?" ucap Geral di tengah-tengah makan bersama mereka berdua.

"Oh, oke," ucap Viola dan setelah melihat punggung Geral semakin menjauh ia pun melanjutkan makannya.

Setelah itu, Geral pun kembali. "Bagaimana, sudah?" tanyanya ketika melihat makanan Viola yang telah habis.

"Sudah, ini sebenarnya bertepatan banget sama aku yang belum makan tadi siang. Kalau nggak ada kamu, mungkin aku belum makan sampai pagi," ujarnya dengan cengiran sedikit.

"Ya 'kan, aku nggak mau lihat kamu sakit," ujar Geral sambil memegang bahu Viola. "Yaudah, kalau sudah, yuk kita pulang."

Geral pun memanggil si pelayan dan memberikan sejumlah uang untuk membayar biaya makanan yang telah ia pesan. Ia juga langsung memegang tangan Viola dan membawanya pergi dari restoran.

~~~

"Makasih ya atas kencan hari ini," ucap Viola sesudah sampai di rumahnya.

"Iya, sama-sama." Geral sedikit mengacak rambut Si Viola. "Aku pulang dulu ya. Jaga diri kamu baik-baik, dan ingat, jangan telat makan lagi ya ... aku nggak mau kihat kamu sakit. See you." Geral melambaikan tangannya ke arah Viola.

"See you next time, da ...." Viola membalas lambaian tangan Geral dan memberikan sedikit senyum. 'semoga kita bisa selalu bersama, baby ....' -batin Viola.

TBC...

Kesempurnaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang