# Extra [IV]

Depuis le début
                                    

"Sebelumnya kau memilih Yuna?"

Ia menganggukkan kepalanya.

"Tapi itu tidak berjalan dengan lancar karena berbagai macam alasan, jadi aku mencoba mencari gadis lain dan akhirnya menemukan mu. Dan ya, aku sangat bersyukur karena telah memilihmu meski pada kenyataannya beberapa hal tak terduga sempat terjadi. Misalnya Jeremy dan rencananya itu."

Oke, aku sudah melupakan betapa menyakitkan nya belati yang sempat tertanam didada kiriku itu, kenapa kau malah mengingatkan ku dengan hari dimana Lucian menangis seperti anak kecil itu hah? Itu benar-benar mimpi buruk yang bahkan sampai saat ini bisa saja aku mimpikan tiap malamnya. Aku menatap nya datar dan mengiyakan ucapan nya dan kembali bertanya karena sepertinya cerita darinya sudah berakhir disana.

"Jadi kenapa sekarang kau bisa lahir sebagai anak dari Hansel, lagi?"

"Bukankah itu bagus? Aku terlahir sebagai pangeran dan kembali terlahir sebagai pangeran. Aku memang benar-benar beruntung."

'wah, dia sombong ternyata^^'

"Apa hanya aku yang mengetahuinya?"

"Iya, hanya dirimu."

Ia menatap kearah ku dengan lembut, entah bagaimana bisa sedari tadi para pelayan tidak ada yang menyadari keberadaan kami berdua disini. Maksudku aku dan sosok dewasa seorang pria dari Heinry, putra pertama kaisar dan permaisuri. Andaikan anak ini satu angkatan denganku mungkin saja dia sudah menjadi rival diantara Hansel, Lucian, dan Albert. oh, jangan lupakan Ethan yang kini bertugas disisi barat kekaisaran.

Ya, heinry cukup tampan untuk diakui sebagai seorang pria idaman para wanita dikekaisaran.

Cukup untuk menarik perhatian ku. Tenang, aku masih ingat suami kok!

Kutatap langit yang sudah senja, entah kenapa semua terasa menyenangkan melihat langit sore seperti ini. yah, musim gugur akan segera datang lalu berlanjut kemusim semi, tanpa terasa dua puluh empat tahun sudah terlewati.

Sepertinya aku harus merayakannya.

"Sebaiknya kau pulang."

Heinry yang menyadari arah tatapan ku menuju langit membuka mulut, masih dengan tampilan sosok pria nya, ia tersenyum kearahku. Mungkin kedepannya dia akan seperti itu padaku. Aku terkekeh geli dan menepuk puncak kepalanya setelah berjingkit beberapa kali, dia benar-benar tinggi!

"Terimakasih karena memilihku. Jika tidak, mungkin aku tidak akan pernah bisa bertemu dengan Lucian dan memiliki dua anak yang lucu-lucu."

"Tidak masalah, sebaliknya aku ingin memberitahukan sesuatu."

Dia mendekatkan bibirnya ditelingaku dan berbisik-bisik, wajahku memerah seperti kepiting rebus dan aku menatapnya tak percaya, ia hanya tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putihnya itu dengan bangga.

"Kau bersungguh-sungguh?"

"Ya, untuk apa aku berbohong?"

"Bagaimana bisa mengatakan itu?"

"Karena aku menyadarinya,"

'bagaimana caraku memberitahukan nya pada Lucian?!'

Belum sempat berpikir selama beberapa saat, Heinry meraih tanganku dan mengecup punggung tangan ku tanpa pikir panjang. meski ini adalah bentuk penghormatan....

"ANNIKA APA YANG KAU LAKUKAN!"

....tetap saja.

Kenapa dia membuat salah paham seperti ini hah? Apa dia sengaja? Setelah mengetahui Lucian 'ku kini berdiri dengan tatapan tak percaya kearahku dan juga dirinya yang masih belum merubah wujud. Dia berjalan kearahku dengan wajah yang entah bagaimana terlihat tidak menerima apa yang baru saja terjadi saat ini.

Bajingan sialan, tidak ayahnya tidak anaknya, sama-sama menyebalkan.

***

"

Kenapa ibu datang kesini?"

"Kenapa? Apa aku tidak boleh melihat putraku sendiri latihan pedang hm?"

Aldwin yang tengah menyapu bersih keringatnya menggeleng cepat dan berjongkok didepan wanita yang telah membesarkan nya dengan penuh kasih sayang itu. Mata merahnya meneliti raut wajah kecewa sang ibu lalu tersenyum kecil.

"Cuaca hari ini sangat cerah sehingga suhu udara juga terasa sangat panas. Meski sudah senja tetap saja Aku tidak mau ibu sakit hanya karena menonton ku latihan, kalau ibu sakit, nanti ayah akan memarahi ku habis-habisan."

Annika membulatkan matanya lebar-lebar. Lalu terkekeh perlahan.

"Dia tidak akan pernah memarahimu."

"Ibu mengatakan itu karena ibu tidak pernah dimarahi oleh ayah."

"Iya juga sih..."

Annika tertawa lebar kala melihat wajah datar Aldwin yang menatap nya dengan datar, meski setelahnya ia ikut tertawa kecil melihat kelakuan Annika yang terlihat seperti anak-anak saat ini. Aldwin memeluk Annika erat dengan kedua tangannya lalu menatap mata ibunya yang meski telah tertawa tetap telihat sedih atau lebih tepatnya sarat akan kekecewaan.

"Ibu..."

"Hmm?"

"Kenapa ibu terlihat seperti sangat kecewa?"

"Karena ayahmu baru saja memarahiku...."

Annika menelan ludah pahit atas kata-katanya. Lucian tidak mau mendengarkan apapun setelah apa yang ia lihat diistana tadi, hanya sebuah kesalahpahaman kecil dan ia tidak mau mendengar penjelasannya setelah datang menjemputnya dengan niat ingin mengajak kencan setelahnya, tidak tahu apa niat nya ingin mengajak kencan. Yang pasti sekarang kacau sudah.

Annika menghela nafas berat dan menatap Aldwin dengan wajah ingin menangis.

"Hiks...."

Aldwin yang tidak mengerti keadaan kini menjadi gelagapan tak tahu harus berbuat apa.

"Huwaaaa menyebalkan! Ian menyebalkan!"

Entah kenapa, Annika terlihat seperti menjadi seorang anak kecil sungguhan yang kehilangan mainannya. sebagai seorang anak, tentu ia tidak ingin melihat wanita pertama yang ia cintai itu menangis. Apalagi saat ini ibunya menangis karena ayahnya sendiri.

Aldwin menatap kearah rumah dengan tatapan horor dan mata merah menyala. Dan seketika itu juga beberapa kaca terdengar pecah dibeberapa jendela mansion kediamannya.

"AYAH-!"

Buah memang jatuh tak jauh dari pohon rupanya. Tapi tidak seperti itu juga kali....

Ekhem, calon menantu modusin calon mertua keknya

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.


Ekhem, calon menantu modusin calon mertua keknya.

Ah iya, hitung-hitung sisa dua chap lagi TVP benar-benar Tamat!

Entah kenapa aku lagi exited sama mitologi Yunani gaes, jadi pengen bikin-bikin cerita yang alurnya benar-benar fantasy gitu. Ngga ada isekai-isekainya😌

Tapi aku ngga janji bakal publish apa ngga mengingat jadwal kembalinya Luna ke habitat seharusnya akan segera tiba.

Don't forget to vote 😉

The Vermilion Primrose [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant