49 - datang ke pernikahan teman dan genggaman tangan saat perjalanan pulang

764 159 12
                                    

Karena Wooyoung meminta Seonghwa dan San menjadi salah satu best man di pernikahannya, jadilah mereka berdua bersiap-siap di kamar hotel yang sama dengan Wooyoung. Jas keduanya sudah dibuatkan khusus dan mereka menggunakan boutonniere yang sudah disediakan. Wooyoung dengan serba putih, sementara Seonghwa dan San menggunakan warna navy. Ada fotografer serta videografer yang merekam serta mengambil foto selama mereka bersiap-siap. lalu, mereka bertiga berfoto dengan Wooyoung yang berada di tengah karena dialah yang menjadi bintang hari ini.

Seonghwa dan San keluar dari ruangan Wooyoung saat kedua orang tua lelaki itu datang. Berjalan menuju tempat acara berlangsung dan mencari pembawa acara untuk menanyakan tugas mereka. Setelah tahu bahwa best man yang dimaksud Wooyoung hanyalah orang yang warna bajunya yang dipilihkan olehnya dan tidak perlu melakukan apa pun, keduanya memutuskan ke meja masing-masing. Sayangnya, Seonghwa dan San tidak satu meja dan di meja tempat Mingi berada, ada Jongho serta Yunho.

Sebenarnya San bertanya-tanya alasan Yunho berada di sini karena yakin Wooyoung tidak memberikan undangan kepada lelaki itu karena keberadaan Seonghwa. Namun, pada akhirnya San tidak mengatakan apa pun dan merasa lega mejanya dan meja Seonghwa tidak menjadi satu. Karena pasti suasananya tidak nyaman, satu meja dengan orang yang Seonghwa cintai dan orang yang pernah Seonghwa cintai di masa lalu.

"Seonghwa," panggilan itu membuatnya menoleh dan Hongjoong menatapnya khawatir, "Apa kamu tidak apa-apa?"

"Kenapa bertanya seperti itu, Hongjoong?"

"Karena ada Yunho di sini," Hongjoong menatap Seonhwa, "Apa kamu benar tidak apa-apa? Kita bisa pulang kalau kamu merasa tidak nyaman."

Seonghwa tersenyum, mencoba menenangkan Hongjoong. "Wooyoung belum keluar, masa aku pulang? Aku tidak apa-apa, sungguh."

"Beritahu aku kalau kamu merasa tidak nyaman, oke, Seonghwa."

Seonghwa menganggukkan kepalanya. "Iya, Hongjoong."

Sepanjang prosesi pernikahan, Seonghwa tidak bisa menahan harunya. Setelah prosesi mengikat janji, makanan mulai disajikan dan Seonghwa tidak sadar kalau sejak tadi diperhatikan dari meja lainnya. Hongjoong yang sadar akan tatapan dari meja lainnya dan membuatnya seringkali melirik Seonghwa.

"Hongjoong kenapa?" Seonghwa bertanya, menyadari kalau Hongjoong seringkali meliriknya. "Apa ada yang salah dengan wajahku?"

"Tidak, wajahmu tidak bermasalah, Seonghwa."

Seonghwa mendengar bahwa wajahnya tidak ada masalah seperti makanan yang tertinggal di ujung mulutnya, tentu kebingungan. "Lalu kenapa Hongjoong tampak waspada seperti itu?"

"Apa kamu tidak sadar tengah diperhatikan oleh orang lain?"

Seonghwa mendengarnya tentu bingung, lalu mengerjapkan matanya beberapa kali, tanda memang benar-benar tidak sadar. Hongjoong pada akhirnya hanya bisa tersenyum dan menghela napas, menyadari bahwa reaksinya terlalu berlebihan. Seonghwa yang merupakan objek utama pandangan Yunho bahkan tidak menyadarinya karena sepertinya memang lebih menikmati makanannya.

"Hongjoong tidak melanjutkan makannya?"

"Kenapa? Mau makan punyaku?"

"Tidak, aku masih mau makan penutup nantinya."

Hongjoong mendengarnya hanya tertawa pelan. Saat hidangan penutup datang, mata Seonghwa tampak berbinar-binar karena menemukan makaron. Padahal Hongjoong tahu lelaki itu hampir setiap hari memakannya, tetapi sepertinya nbagi Seonghwa kudapan itu adalah hal paling menyenangkan untuknya. Pada akhirnya, Hongjoong juga memberikan bagiannya kepada Seonghwa dan membuat lelaki itu memandangnya heran.

"Itu punya Seonghwa, kenapa diberikan kepadaku?"

"Aku suka melihat tatapanmu yang bahagia hanya karena makaron."

Seonghwa mengerjapkan matanya, tampak heran. "Apa aku seperti itu?"

Hongjoong hanya tersenyum dan mengusap pelan kepala Seonghwa karena gemas. Sebenarnya Hongjoong ingin mengatakan bahwa Seonghwa menggemaskan, tetapi dia masih menghargai kekasihnya itu di depan semua orang di meja yang mereka tempati. Juga tidak ingin membagi ekspresi Seonghwa yang protes bahwa dirinya tidak menggemaskan. Mungkin ini bentuk egoisnya Hongjoong karena tidak mau berbagi hal yang sebenarnya begitu sederhana dan orang lain mungkin tidak mengambil pusing.

Namun, bagi Hongjoong, apa pun yang Seonghwa lakukan yang menimbulkan impresi menggemaskan, rasanya hanya ingin disimpan untuknya.

Setelah selesai makan dan acara telah selesai, mereka menuju vallet untuk mengambil mobil yang telah dititipkan. Hari ini, Hongjoong yang menyetir, meski Seonghwa sempat cemberut selama beberapa saat saat berada di dalam mobil, hanya untuk kemudian kembali memandang takjub jalanan yang dilewati dari jendela mobil.

"Seonghwa," panggil Hongjoong setelah keduanya telah memasang sabuk pengaman, "Mau langsung pulang atau berjalan-jalan terlebih dahulu?"

"Mau langsung pulang," Seonghwa tersenyum, "Soalnya dingin, aku tidak suka dingin."

Hongjoong menurunkan rem tangan dan mengemudikan mobilnya untuk kembali ke rumah. Namun, Hongjoong merasa diperhatikan sejak tadi dan saat lampu merah, membuatnya menoleh ke arah Seonghwa.

"Ada apa, Seonghwa?" Hongjoong tersenyum. "Aku merasa sejak tadi terus diperhatikan."

"Aku mau memegang tangan Hongjoong."

"Apa penghangat di mobil ini kurang menghangatkanmu?"

"Tapi tangan Hongjoong lebih hangat," Seonghwa tidak sadar mengatakannya sembari cemberut, membuat Hongjoong hanya tersenyum karena sekarang kekasihnya jauh lebih vokal menginginkan sesuatu, "Boleh ya, aku mengenggamnya."

"Tapi aku harus menurunkan rem tangan dan memindahkan gigi, Seonghwa."

"Nanti dilepaskan saat harus melakukannya dan mengenggamnya lagi kalau sudah selesai."

Hongjoong mendengarnya hanya tertawa pelan dan menurunkan rem tangan. Menjalankan mobilnya, mengganti gigi karena bertambahnya kecepatan, lalu mengulurkan tangan kanannya kepada Seonghwa. "Silahkan mengenggamnya, Seonghwa."

"Yeey." Hongjoong tidak bisa menahan senyumannya mendengar cara Seonghwa yang menunjukkan rasa senangnya. "Aku baru sadar tangan Hongjoong lebih kecil dariku ya."

"Ya aku bukan manusia sesempurna itu, Seonghwa."

"Tapi tidak apa-apa. Jadi orang lain tidak perlu melihat tangan Hongjoong saat aku genggam."

"Terdengar sedikit posesif bagiku, Seonghwa."

Seonghwa tidak terasa terganggu dengan perkataan Hongjoong dan justru tersenyum lebar. "Iya, soalnya Hongjoong punyanya Seonghwa."

Hongjoong tertawa, kemudian menarik tangan Seonghwa untuk punggung tangannya diciumnya. Tahu kalau hal itu bisa membuat wajah Seonghwa memerah dan memang benar, dari lirikan matanya, wajah kekasihnya itu memerah karena salah tingkah. Sampai tangannya yang tidak memegang apa pun digunakannya untuk mengipas wajahnya yang membuat Hongjoong tersenyum.

"Seonghwa."

"Y-ya, Hongjoong."

"Aku mencintaimu."

Seonghwa tidak mengatakan apa pun dan tadinya Hongjoong pikir mungkin karena lelaki itu tidak terbiasa mengatakannya. Kemudian, Hongjoong mendengar, "Aku juga mencintaimu, Hongjoong."

Dramarama | Joonghwa & Yunhwa [✓]Where stories live. Discover now