26 - cerita dari toko favoritnya

743 185 2
                                    

Hongjoong sejujurnya heran saat pulang untuk makan siang, tidak menemukan Seonghwa. Meski masakan lelaki itu tersaji untuknya, Hongjoong tidak bisa untuk berpikir tujuan Seonghwa pergi. Meski menurut Kepala Pelayan Lim, Seonghwa pergi bersama San untuk menjenguk seseorang, Hongjoong merasa ada yang tidak beres.

Kecurigaannya terbukti benar saat Hongjoong selesai makan siang, Seonghwa pulang. Wajah lelaki itu terlihat sembab karena menangis, mata serta hidungnya terlihat memerah yang membuat Hongjoong merasa tidak nyaman. Bahkan sebelum Hongjoong sempat mengatakan sesuatu sebagai bentuk afirmasi tentang keadaan Seonghwa, lelaki itu langsung berjalan dengan cepat naik ke lantai dua.

San muncul tidak lama kemudian. Membuat Hongjoong menatap tajam lelaki itu dan San pura-pura tidak menyadari tatapan tidak menyenangkan untuknya itu.

"Berikan sesuatu yang manis dari toko waktu itu," San menatap Hongjoong, "Sisanya, lebih baik hyung dengarkan sendiri darinya. Aku hanya orang luar yang tidak begitu paham situasi yang terjadi pada Seonghwa hyung."

"Tapi penyebabnya adalah dirimu, San."

"Aku tidak melakukan apa-apa?" San justru memberikan jawaban dengan nada bertanya. Menatap Hongjoong, kemudian menghela napas. "Ikuti saranku, hyung. Belikan sesuatu yang manis dari toko roti yang kuberitahu waktu itu dan nanti Seonghwa hyung seharusnya akan bercerita kepadamu."

"Bagaimana kalau tidak seperti itu?"

"Kenapa Hongjoong hyung yakin sekali tidak akan dipilih Seonghwa hyung sebagai orang yang mendengarkan ceritanya?" pertanyaan San membuat Hongjoong terdiam. San hanya menggelengkan kepalanya, kemudian menghela napas. "Aku sebenarnya tidak mendukungmu atau mendukung Yunho di sini, karena kalian itu punya salah dengan caranya sendiri. Aku hanya mendukung Seonghwa hyung berbahagia, meski mungkin dengan cara yang tidak aku sukai."

"Kenapa tiba-tiba ada nama Yunho di pembicaraan ini?"

San hanya tersenyum yang di mata Hongjoong menyebalkan. "Kenapa ya kira-kira?"

Hongjoong merasa kesal mendengarnya dan merasa salah mempekerjakan San sebagai dokter kejiwaan yang menangani Seonghwa. Namun, kemudian lelaki itu pamit pulang karena katanya sebentar lagi jam prakteknya tiba dan Hongjoong melihat San yang berjalan keluar sembari mengangkat telpon yang jelas disebutkan nama Mingi.

Tadinya, Hongjoong ingin mengabaikan perkataan San dan langsung ke kamar Seonghwa. Namun, kemudian Hongjoong memutuskan untuk tidak melakukannya dan kembali ke kantor meski tahu pikirannya tidak akan sepenuhnya kepada pekerjaan. Hongjoong yakin Seonghwa butuh waktu sendirian dan hal terakhir orang bersedih yang membutuhkan waktu adalah kemunculan orang lain yang menanyakan keadaannya.

Benar dugaan Hongjoong, dia tidak bisa berkonsentrasi di kantor sepanjang sisa hari. Membuatnya akhirnya satu jam lebih awal keluar kantor dari waktu seharusnya dan kali ini, dia pergi sendiri ke toko kue yang katanya merupakan favoritnya Seonghwa. Saat sampai, seperti deskripsi sekretarisnya bahwa tempatnya tampak tua, tetapi terawat. Rasanya sesaat terlempar ke masa lalu dan saat masuk, berbagai aroma roti menyapa hidungnya.

Aroma yang familiar, lalu tanpa sadar Hongjoong mengumamkan nama Seonghwa.

"Seonghwa?" tanya seorang lelaki paruh baya yang mengenakan pakaian koki yang membuat Hongjoong terkejut. "Maaf kalau mengejutkanmu, nak. Aku tiba-tiba teringat dengan pelangganku sejak toko ini dibuka. Namanya Park Seonghwa dan kalau kemari selalu membeli makaron."

"Anda mengenalnya?"

"Anak tampan yang nasibnya tidak sebaik penampilannya." Lelaki paruh baya itu menghela napas panjang. "Dia itu salah satu dari sedikit orang yang selalu kembali kemari membeli daganganku. Aku ingat dia karena dari dulu datang selalu membeli banyak untuk satu temannya yang katanya sudah menjadi tunangannya." Tatapannya tertuju kepada kotak panjang yang ada di estalase yang memajang makaron warna-warni. "Namun, beberapa tahun belakangan setiap dia kemari selalu dengan wajah was-was, seolah dia tengah melarikan diri dan akhirnya aku tahu kalau tunangannya tidak membiarkannya pergi sendirian tanpa pengawasannya."

"Oh, begitu."

Lelaki paruh baya itu kemudian menatap Hongjoong. "Apa kamu mengenal Park Seonghwa, nak?"

"Dia sedang tinggal denganku."

"Oh, benarkah?" Lelaki paruh baya itu tampak senang. "Apa dia sudah putus dengan tunangannya sehingga bersamamu? Sebentar, aku akan memberikanmu beberapa kudapan kesukaannya selain makaron."

Hongjoong bahkan belum mengatakan apa pun, tetapi lelaki parub baya tersebut bergegas mengambil nampan. Mengambil beberapa jenis roti yang membuat Hongjoong diam-diam mencatat di kepalanya bahwa itu kesukaan Seonghwa selain makaron. Namun, saat Hongjoong hendak membayarnya, lelaki paruh baya itu menolak dan membuatnya tidak nyaman.

"Tidak apa-apa, bawalah." Lelaki paruh baya itu terus mendorong tangan Hongjoong yang menyodorkan uang. "Aku hanya ingin meminta tolong kepadamu untuk membawa Seonghwa lain kali untuk berkunjung kemari."

"Tapi saya tidak merasa nyaman membawa semua ini dengan gratis."

"Tidak apa-apa!" Lelaki paruh baya itu menyakinkan Hongjoong. "Anggaplah ini selamat dariku karena akhirnya anak setampan Seonghwa bisa terlepas dari tunangannya yang terlalu mengaturnya itu."

Hongjoong hanya bisa tersenyum dan menundukkan kepala saat pamit pulang. Dia bahkan tidak tahu bahkan orang lain pun bisa menganggap hubungan Yunho dan Seonghwa salah. Sampai bisa membuat orang lain senang dan salah mengira hubungan mereka berakhir hanya karena Seonghwa berada di rumah Hongjoong.

Kemudian, satu kesadaran menghantam Hongjoong. Bahwa Seonghwa secara status masih dimiliki oleh Yunho, karena status mereka masih bertunangan. Hongjoong tidak menyukainya dan berjanji kepada dirinya sendiri untuk membuat keduanya mengakhiri status serta alur hubungan yang beracun tersebut.

Meski itu artinya Hongjoong harus mengambil peran penjahat di mata orang-orang yang tidak tahu tentang keadaan Yunho dan Seonghwa.

Dramarama | Joonghwa & Yunhwa [✓]Where stories live. Discover now