"Lysia!"

"Rosella!"

Rosella, anak kedua dari Albert dan Selena tersenyum lebar hingga lesung pipi terpampang jelas dipipi kanannya itu. Berteman baik dengan Lysia, mereka berdua mewarisi hubungan baik dari kedua ibu mereka. Berbeda dengan kedua kakak laki-laki mereka yang kini sama-sama menatap tajam satu sama lain.

"Aku dengar kau mulai belajar pedang, Aldwin."

"Lalu? Apa masalahmu, Justine?"

"He, aku tidak menyangka kau bisa sesombong ini."

"Dan aku tidak menyangka kau bisa-bisa nya berlagak hebat didepan tuan rumah dari kediaman yang kau kunjungi hari ini."

Justine menatap tajam Aldwin, begitu juga sebaliknya. Selena menatap dari kejauhan dengan nafas lelah lalu tersenyum kikuk kearah Annika yang tertawa hambar melihat keburukan hubungan kedua putra mereka.

"Sepertinya mereka tidak akan pernah akur kan?"

"Yah, kupikir juga begitu."

Annika tersenyum lebar dan menarik Selena menuju taman kediamannya, para anak-anak dibiarkan bermain bersama dalam ruangan khusus yang ada didalam Mansion. Mereka duduk berhadap-hadapan dan saling menatap serius satu sama lain.

"Jadi..."

"...."

"Apa yang ingin kau bicarakan denganku?"

"Selena, wajahmu terlalu serius, itu membuatku takut. Kau tahu?"

"Ah maaf-maaf," Selena tertawa kearahnya dan menghela nafas panjang. "Kau bilang ini masalah serius melalui surat, jadi aku berpikir bahwa ada sesuatu yang besar yang sedang terjadi saat ini."

Annika menggelengkan kepalanya dan menelan pie yang ia kunyah dimulutnya. Menatap kesamping kanan-kiri menyuruh para pelayan menjauh dari tempat mereka berada.

"Kau ingat tidak? Anak tetangga ku dikehidupan kita sebelumnya."

Selena mengerjapkan matanya sebentar. "Kau pikir aku ingat? Heh, ibu-ibu yang biasa beli sayur didepan rumah ku saja aku tidak ingat wajahnya, Bagaimana aku tahu dengan anak tetanggamu itu."

"Akh, bukan itu, yang wajahnya itu benar-benar mencolok karena mirip bule!"

"Yang kemarin sempat viral dikelas sepuluh?"

"Ya!"

"Ingat-ingat tidak ingat, Kenapa?"

"Apa menurutmu dia ada hubungannya dengan keberadaan kita disini?"

Selena mengangkat sebelah alisnya lalu menatap Annika dengan tatapan herannya.

Apa gunanya membahas tentang hal itu sedangkan mereka saat ini sudah bahagia dengan jalan hidup masing-masing yang mereka tempuh selama ini. Selena menyesap tehnya dan menunggu Annika melanjutkan kembali ucapannya.

"menurutku dia sangat mirip dengan putra pertama yang mulia kaisar."

"Mirip anaknya Hansel? Ponakanku? Si Heinry?"

"Ya, yang mulia pangeran Heinry."

Annika menyadari betapa banyak kemiripan yang ia lihat melalui anak yang satu tahun lebih muda dari putra pertama nya Aldwin. Pertama kali saat melihatnya adalah dipesta ulangtahunnya satu bulan yang lalu. Iris mata emas yang khas itu membuatnya teringat dengan seorang anak yang pernah ia temui saat bermain ayunan dimalam hari ketika ia diusir dari rumah. Annika menghela nafas pelan lalu memijit pelipisnya.

"Sejak saat itu, aku selalu bermimpi tentang kehidupan ku yang dulu."

"Apa Lucian tahu?"

Annika menggelengkan kepalanya atas pertanyaan Selena. Mungkin Lucian tahu tentang dirinya yang sebenarnya, tapi pria itu tidak tahu tentang kehidupan nya dulu, kalaupun Lucian mengetahuinya yang ada malah pria itu akan datang kesana (mungkin) lalu memporak-porandakan rumah dan ekonomi keluarga tirinya seperti yang ia lakukan pada salah satu bangsawan negeri sebelah yang tidak sengaja mengejek mata merah milik Lysia.

The Vermilion Primrose [END]Where stories live. Discover now