Kalva ikut memandang sang Putra Mahkota, mengingatkan Kalva kepada Delano saat kecil. Mereka begitu mirip.

***

"Selamat datang kembali, Ratu. Aku akan menyiapkan pemandian mu." Kedatangan Thanasa agak sedikit berbeda dibanding yang sudah-sudah. Ratu mereka terlihat dingin dan enggan bicara banyak. Citra Thanasa jauh dari kesan remaja labil yang selama ini tersemat kepadanya. Kali ini, gadis itu benar-benar memiliki aura seorang Ratu. Bahkan para petinggi saja jadi tidak berani berkutik semenjak ia memasuki istana.

"Panggilkan Perdana Mentri sekarang juga sebelum aku mandi."

Xenya terkesiap. Apakah ia tidak salah dengar? Kenapa Thanasa tiba-tiba ingin memanggil Perdana Mentri? Padahal mereka tidak pernah berkomunikasi sedari awal. Apalagi ditambah nada suara Thanasa yang sangat dingin. Bulu kuduk Xenya meremang. Thanasa yang ada didepannya ini sangat bertentangan dengan Thanasa yang ia layani. Hal apakah yang terjadi selama di Grassia sampai membuat Ratunya berubah?

"Kau tidak mendengarku?"

Tersadar, Xenya buru-buru menjawab. "Ma-maaf Ratu. Aku akan segera memanggilnya."

"Tunggu." Baru saja hendak menyentuh pintu, panggilan Thanasa seketika menghentikan langkah Xenya. Ia jadi takut. Apakah ia telah membuat kesahalan?

"Panggil Perdana Mentri beserta semua petinggi termasuk Delano dan Lilia ke Aula Harfisah."

Mata Xenya membulat tak percaya. Aula Harfisah? Aula itu merupakan tempat perundingan untuk membahas keadaan genting dan darurat yang wajib dihadiri oleh semua petinggi beserta Perdana Mentri dan Raja. Masalahnya, yang membuat pertemuan itu harus ada undangan resmi sebagai bukti pengadaan konferensi. Tidak sembarangan orang bisa memakai aula Harfisah atau sekadar mengajak melalui omongan berdasarkan titah. Hal seserius apa yang ingin Thanasa bicarakan?

Tugas yang begitu berat bagi Xenya yang hanya seorang pelayan. Apalagi ia harus menyampaikan kepada mereka yang memiliki kekuasaan.

"Aku akan memberi undangan resmi dengan segel Ratu. Kau tidak perlu khawatir. Mereka yang menolak akan mendapatkan hukuman."

***

Xenya datang dikediaman Louis selaku Perdana Mentri Altair. Ia memberi gulungan dengan segel Ratu diatasnya pada pengawal yang menjaga didepan pintu.

"Ada undangan resmi dari Ratu, mohon sampaikan kepada Mentri."

Setelah dari kediaman Perdana Mentri Louis. Xenya berkunjung kekediaman petinggi lain dan memberi gulungan yang sama.

Kali ini ia berada didepan pintu kamar Lilia. "Ratu mengundang Putri Lilia ke Aula Harfisah, mohon sampaikan undangan ini."

Orang terakhir yang Xenya datangi yaitu Raja Altair. Gugup dan merinding. "Tuan Alord, tolong bantu aku sampaikan undangan Ratu kepada Raja."

Undangan Thanasa telah berpindah ditangan Delano. Ia membaca isi gulungan tersebut dan segera bergegas ke Aula Harfisah.

Disana sudah dihadiri semua orang, mata lelaki itu berpindah ke Lilia. Tak mengerti kenapa Thanasa mengundang selirnya juga. Segera saja ia menduduki singgasana. Tak lama kemudian, Thanasa memasuki ruangan dan duduk disamping Delano.

Pandangannya menyapu dari sisi kanan dan kekiri. Berhenti pada Lilia. Menyorot dingin dan sombong. Gadis itu membuka pembicaraan.

"Terima kasih untuk semua petinggi dan Mentri yang sudah hadir. Aku mengundang kalian karena ada janji dari Raja kepadaku yang harus segera direalisasikan."

"Maaf Ratu, hal apa yang ingin anda sampaikan?" Balas Louis.

Thanasa kembali menatap orang-orang disana.

MY KING MY ENEMY (TAMAT) ✓Where stories live. Discover now