02

856 112 98
                                    

"Kau serius?"

Kirishima membulatkan mata saat mendengar cerita Bakugou. Tentu sebagai kekasih Bakugou pastinya ia akan terkejut dengan berita perjodohan itu. Kirishima pikir apa yang merasuki ayahnya Todoroki sampai-sampai menjodohkan anaknya hanya karena sebuah bantuan? Apa ia tidak ikhlas membantu keluarga Bakugou? Jika memang begitu tidak perlu sampai mengajukan syarat segala, kan?

"Aku serius."

Bakugou memukul meja. Ia masih marah dengan hal ini. Sejujurnya Bakugou tidak suka. Tidak suka dengan Todoroki. Bukan, sangat tidak suka malah. Atau bisa dibilang, Bakugou membenci Todoroki untuk beberapa alasan.

Bagaimana bisa Bakugou terima kalau orang yang dijodohkan dengannya adalah orang yang Bakugou benci? Kalau saja bukan Todoroki orangnya, Bakugou pasti akan terima walau dengan sangat berat hati. Asalkan bukan Deku juga.

"Ekhem." Kirishima berdehem untuk menetralkan suasana diantara mereka.

Kirishima tahu kalau Bakugou sedang dalam mode marah saat ini. Ada baiknya untuk membiarkan pria pirang itu tenang sebelum membahas masalahnya lebih lanjut.

××××××××××

Drrtt. Drrtt.

Tiba-tiba saja seseorang menelepon Midoriya saat dirinya hampir terbawa alam mimpi. Midoriya mengucek mata. Ia mengambil ponsel yang berada di meja samping ranjangnya. Ketika melihat nama siapa yang tertera pada layar depan ponsel, dengan segera Midoriya mengangkatnya.

"Ada apa Todoroki-kun?" Todoroki yang berada diseberang telepon tahu kalau Midoriya pasti terbangun dari tidurnya. Suara pria itu terdengar serak.

"Maaf mengganggumu malam-malam begini Midoriya." Ucap Todoroki merasa bersalah.

"Tidak apa-apa. Bukan masalah yang besar." Midoriya tersenyum sebentar. "Jadi, ada apa?"

"Kau tidak keberatan menemaniku untuk membeli sesuatu?"

Dan di sinilah Midoriya berada. Di sebuah toko perhiasan. Todoroki yang meminta untuk ditemani. Dengan senang hati Midoriya menemaninya. Ia bahkan langsung bersiap-siap setelah sambungan telepon dimatikan oleh Todoroki terlebih dulu.

Todoroki melihat-lihat etalase untuk bagian cincin. Ada berbagai macam model cincin terpajang di dalamnya. Todoroki tidak bisa memilih karena semuanya terlihat bagus dan mahal, tentunya.

Midoriya tersenyum ketika Todoroki dengan seriusnya menatap satu persatu cincin-cincin di etalase. Dahi Todoroki sampai berkerut saking bingungnya mau memilih cincin yang mana. Sudah lama Midoriya tidak melihat raut wajah Todoroki yang seserius itu. Lucu sekali.

"Menurutmu mana yang bagus Midoriya?"

"..."

Todoroki tidak mendapatkan jawaban. Justru yang ada Midoriya melihatnya sambil tersenyum.

"Midoriya?"

Midoriya tersentak saat tangan Todoroki menyentuh pundaknya. Diliriknya tangan besar itu. Terasa hangat dari balik pakaian Midoriya. Kemudian Midoriya menggeleng untuk menghilangkan pikiran mengenai Todoroki yang akan selalu memberikan kehangatan padanya jika saja mereka saling menyukai.

"Maaf aku melamun." Midoriya terkekeh sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Benar-benar memalukan." Bisik Midoriya pada dirinya. Beruntung Todoroki tidak mendengar karena matanya kembali fokus pada etalase.

"Menurutmu mana yang bagus?"

Sejenak Midoriya melupakan apa yang ia pikirkan tadi saat Todoroki kembali bertanya. Midoriya mendekat ke Todoroki. Ia ikut memperhatikan banyaknya cincin. Mata Midoriya meneliti satu persatu. Cincin ini semuanya bagus-bagus dan indah, pantas saja Todoroki sampai kebingungan.

Because, I Love YouWhere stories live. Discover now