04

681 101 62
                                    

"Lelucon macam apa ini?" Suara bariton itu mengalihkan perhatian seluruh orang yang ada di ruangan.

"Touya." Rei bersuara. Sementara dua lainnya diam.

Nama pria itu adalah Todoroki Touya. Ia kakak pertamanya Todoroki. Anak sulung Enji dan Rei. Namun karena suatu alasan Enji tidak mau mengakui Touya sebagai anaknya lagi.

"Kalian tidak meminta persetujuanku saat kalian menjodohkan Shoto." Wajah sombong Touya tidak pernah hilang dari sejak terakhir kali dirinya pergi tanpa pamit. Seringainya pun tetap menjadi ciri khas.

"Bagus. Bagus. Aku memang sudah tidak dianggap bagian dari keluarga ini lagi ternyata." Ucap Touya dengan sindiran.

"Untuk apa kau kembali ke sini?"

Touya menatap tajam ayah kandungnya tersebut. Ia duduk ditepi sofa tempat Todoroki berada. Satu lengan merangkul pundak anak kebanggaan Enji.

"Tidak ada. Hanya rindu dengan keadaan rumah yang sangat membosankan." Touya menekan kata 'bosan' sambil melirik Todoroki yang sama sekali tidak berniat untuk memandangnya.

"Kau masih tetap tidak berubah ya, Shoto. Selalu tenang apapun keadaannya." Todoroki mengabaikan perkataan Touya. Karena Todoroki sedang tidak ingin mencari keributan dengan kakaknya itu.

Touya melepas rangkulannya. Ia terkekeh sinis. "Hei pak tua Enji. Kalau kau mau membantu orang lain jangan menyulitkan mereka."

Enji masih sabar menanti ocehan Touya yang berikutnya keluar. "Apa kalian pikir aku setuju jika Shoto dijodohkan? Kalian membuat Shoto seperti pria yang tidak laku." Nada ejekan sangat jelas dari perkataan Touya. Ditambah senyum miringnya.

Meski sedikit, alis Todoroki bergerak kesal mendengar kata-kata Touya. Bukannya ia tidak laku. Bukannya ia tidak bisa mencari wanita di luar sana. Jika Todoroki mau, ia bisa saja membawa pulang semua wanita yang selama ini mengajaknya untuk berkencan dan menjalin hubungan.

Nyatanya banyak yang menginginkan Todoroki. Tetapi yang Todoroki inginkan hanya satu orang saja. Dan orang itu cuma Bakugou.

"Darimana kau tahu kami menjodohkan Shoto?"

Touya melirik Rei. "Dua adikku yang tersayang membicarakannya tadi di gerbang depan sebelum mereka pergi. Jadi aku tidak sengaja mendengarnya." Yang Touya maksud tentunya Fuyumi dan Natsuo.

Inilah ada baiknya kita membicarakan hal-hal penting di tempat yang aman agar tidak ada orang yang menguping. Supaya apa yang kita bicarakan terjaga kerahasiaannya jika itu adalah suatu hal yang sangat penting.

"Tapi nampaknya Shoto tidak mau menolak rezeki. Benar bukan, adikku tersayang?" Shoto masih tetap diam meski lagi-lagi Touya menyindir.

Tangan Touya menepuk pelak pundak Todoroki. Touya berbisik di telinganya. "Kau tahu kan Shoto, sesuatu yang dilakukan dengan terpaksa tidak akan memberikan hasil yang bagus. Kau sudah lihat contohnya, yaitu aku."

Todoroki terpatung. Pikirannya mulai tidak tenang. Berbanding terbalik dengan fisiknya yang tetap menunjukkan ketenangan.

'Mungkinkah Bakugou menerima perjodohan ini karena terpaksa? Aku tahu itu adalah hal yang sangat mungkin. Dan aku tidak ingin menanyakannya. Aku takut mendengar jawaban Bakugou nanti.'

"Aku sudah selesai. Jaa ne."

Touya melangkahkan kaki keluar rumah yang akan ia rindukan lagi untuk beberapa bulan kedepan. Datang tak diundang. Pulang tak diantar. Begitulah ia.

××××××××××

Manik merah Kirishima melihat Todoroki berada didalam mobil yang ia kemudikan menuju bar. Kirishima jadi tidak bisa membawa Bakugou ke apartemennya.

Because, I Love YouWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu